Chapter 32

846 91 7
                                    

Setibanya di rumah sakit, nyonya Lee yang datang bersama Seokmin dikejutkan oleh suara ribut dari dalam ruangan Wonwoo.

Nampaknya tuan Lee tengah berdebat cukup keras dengan dokter yang mana ia tahu, ia mengenal dokter muda tersebut. Sejenak nyonya Lee mengusap dadanya, hanya untuk menenangkan dirinya. Ada rasa cemas yang kian memuncak disana.

"Seungcheol!" panggilnya pada Seungcheol yang tengah menekuk lututnya di lantai, tepat di depan ruangan Wonwoo. Seungcheol yang akhirnya mendongak untuk menatapnya.

"Bu, kau datang.." sambut Seungcheol dan lalu memeluk sang ibu. Terlihat jelas gundah di wajahnya yang tak mampu ia sembunyikan sedikitpun.

"Apa yang terjadi di dalam? Wonwoo baik-baik saja kan?" tanya nyonya Lee terlihat panik.

Seungcheol hanya mampu menatap sang ibu tanpa memberikan jawaban pasti.

"Tadi dia menanyakanmu bu. Ah, dia juga menanyakanmu Seok. Syukurlah kau datang.." ucapnya mencoba menyambut Seokmin.

Inginnya Seokmin melupakan marahnya disaat genting seperti saat ini. Namun nyatanya itu tak berlaku. Seokmin tetap mendiamkannya dan memilih menatap ruangan Wonwoo dari jendela kecil di pintu, memunggungi Seungcheol.

"Lalu bagaimana dia sekarang? Kenapa banyak dokter di dalam?"

Seungcheol kembali dalam sadarnya setelah sang ibu kembali bertanya. "Bu," lirihnya mencoba untuk tenang. "Kita harus mencoba untuk menerima kemungkinan terburuk, apapun itu.."

"Tidak mungkin! Wonwoo kita baik-baik saja kan?" raung sang ibu seketika setelah dapat menangkap maksud dari ucapan putra sulungnya tersebut. Air mata segera berhamburan membasahi wajahnya.

Seungcheol mencoba tersenyum dan mengangguk. "Ia baik-baik saja bu. Hanya saja, jangan meninggalkannya untuk saat ini. Hubungi paman dan bibi, juga Mingyu untuk segera datang.."

Sesaat Seokmin melirik pada Seungcheol. Ia dapat menangkap firasat buruk yang ada. Meski ia bungkam, ia masih dapat melihat, mendengar dan menyimpulkan apa yang tengah terjadi saat ini. Memang tak banyak yang mampu dilakukannya selain itu saat ini. Tapi mungkin nanti, kehadirannya akan sedikit membantu..










...









Dari sekian banyak orang yang ia temui, sosok Seokmin lah yang dinanti olehnya. Oleh Wonwoo yang sudah kembali dalam kondisinya yang membaik. Meski bukan dalam artian membaik seutuhnya, namun ia sudah dapat membuka matanya kembali. Mengatur nafasnya dengan baik meski itupun dibantu oleh selang yang turut mengantarkan oksigen ke hidungnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Seokmin untuk pertama kalinya. Ada rasa canggung yang mengguar dari tiap kata yang diucapkannya.

Wajar karena masalah yang ada, dan lagipula ini untuk pertama kalinya mereka saling bertegur sapa sejak perpisahan terakhir bulan lalu.

"Seokmin," panggil Wonwoo kemudian.

"Kau membenciku?" tanyanya dengan sangat pelan. Ia bertanya tanpa berbasa-basi, seolah tak memiliki banyak waktu untuk menanyakan hal yang lain.

Seokmin segera menggeleng. "Tidak! Mengapa aku membencimu? Aku tidak benci padamu Wonwoo...."

"Karena aku," tutur Wonwoo terbata dan sangat perlahan. Satu kalimat saja bisa menguras tenaganya. "Karena aku kau harus menjadi orang lain.."

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang