Chapter 36

813 91 18
                                    

Berjam-jam mereka lalui tanpa sekejapun memejamkan mata. Mereka enggan merapatkan kedua mata mereka. Bahkan ketika kicauan burung kembali terdengar, menandakan pagi akan segera tiba. Keduanya masih terduduk kaku di salah satu kursi tunggu disana.

Seungcheol berulang kali merutuki para dokter di dalam sana, yang sangat lama sekali menghabiskan waktu mereka!

Namun itupun hanya fikirannya yang terbalut emosi saja. Tentu ia tak akan mampu menuntut apapun dari mereka yang tengah menyelamatkan nyawa Seokmin.

Satu menit dari waktu tersebut..

10 menit..

Dan di menit ke 37 menuju pukul 5 akhirnya seorang dokter keluar dari dalam sana. Lagi-lagi seorang Joshua yang datang. Ia menghampiri Seungcheol dengan segurat lelah yang tercetak di wajahnya.

"Shua, bagaimana Seokmin? Dia baik-baik saja kan? Mengapa lama sekali di dalam?" sontak Seungcheol menghujani Joshua dengan banyak pertanyaan, yang terlalu menampakkan sebuah pengharapan yang dalam akan keselamatan Seokmin.

"Hyung.."

Baik itu Seungcheol maupun Mingyu, dapat menangkap gurat bingung disana. Gurat putus asa yang begitu dalam. "Dia baik-baik saja kan hyung?" selidik Mingyu.

Joshua nampak menghela nafasnya. "Aku bisa jelaskan mengenai keadaannya. Tapi aku harus bicara dengan ayahmu, hyung. Kita harus merundingkan sesuatu yang penting.." katanya pada Joshua.

"Apa? Ada apa? Tak bisakah aku saja yang menjadi wali Seokmin disini?"

"Tapi ada hal lain. Dan ini penting untuk kubicarakan dengan kalian semua. Sekarang dimana dia? Aku bisa jelaskan semuanya nanti.."

Bersamaan dengan itu, beberapa dokter yang turut dalam operasi Seokmin pun keluar satu persatu. Membuat seorang Mingyu berani untuk bertanya, "Bolehkah aku melihatnya ke dalam selama kalian merundingkan apapun itu?" tanyanya.

"Apa dia masih belum siuman? Mengapa tak dipindahkan ke ruang rawat hyung?"

Seungcheol diam. Ia memilih menjauh sambil meraih ponselnya untuk menghubungi sang ayah. Sedang Joshua menepuk pundak Mingyu.

"Dia belum boleh dipindahkan," terangnya. "Tapi kau bisa melihatnya ke dalam.."

Mingyu tersenyum. Setelah melihat Seungcheol yang sibuk dengan ponselnya, ia masuk ke dalam untuk melihat Seokmin, meski ada rasa takut yang semakin menjadi. Terlebih saat dia membuka pintu, menghantarkan bunyi detak kehidupan, yang tak lain adalah tanda-tanda kehidupan Seokmin dari dalam sana.

Dan saat pintu tertutup, Mingyu tertegun disana. Ia masih belum menapakkan kakinya, menyandarkan tubuhnya pada sang pintu. Jantungnya berdenyut kencang. Matanya memanas seketika, membuatnya menautkan alisnya, mencoba membuat ekspresi untuk menahan tangisnya.

Dilihatnya keadaan Seokmin. Ia menjadi bergetar. Sang sepupu tidak terlihat baik-baik saja.

Karena "separah inikah?" lirih Mingyu sambil mulai mendekat. Dilihatnya sebuah penyangga di leher Seokmin. Perban tebal yang melilit kaki kiri Seokmin. Jangan tanyakan soal alat bantu pernafasan, infus dan bantuan darah yang turut membantu.

Mingyu mendekat. "Seokmin-ah.." panggilnya.

Ia goyangkan sedikit bahu Seokmin. Dan Seokmin benar-benar terlelap dalam ketidaksadarannya. Terlelap, pulas dengan wajahnya yang pucat tak berwarna. Seokmin seperti tak bernyawa. Namun Mingyu cukup beruntung karena masih dapat mendengar bunyi detak jantung Seokmin dari alat di sampingnya.

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang