Sapuan nafas berhembus, menyapa tiap helaian rambutnya. Dingin, semakin dingin ia rasa semenjak tubuhnya telah basah, karena bermain di dalam kolam renang beberapa menit lalu.
Kini dirinya tengah terduduk di sisi kolam. Menenggelamkan sebagian kakinya disana. Ia hanya seorang diri. Ia hanya diam, disusul dengan bunyi riak air, akibat tubuh seseorang yang entah siapa, terjatuh ke dalam kolam, dan bergerak lincah di dalam sana.
Cipratan air mengenai wajahnya namun tak cukup untuk membuatnya bergeming dari tempatnya. Ia hanya terdiam, mencoba melihat riak air, hingga satu wajah keluar dari sana, dan membuatnya sedikit terkejut. Terlihat canggung hingga dengan cepat ia beranjak, mengambil handuk miliknya dan lalu pergi begitu saja.
Sedang dia yang masih di dalam air itu menjadi bingung. Bukan tak mungkin, jika ia melihat gurat terkejut dan takut dari pemuda seusianya yang baru saja pergi itu. Membuatnya hanya mengangkat bahunya tak mengerti, hingga namanya terdengar dari mulut lain.
"Mingyu-ya! Mengapa kau malah berenang?! Aku akan kabur jika kau tak menemaniku bermain game!"
...
Satu senyuman tersungging, terukir di bibir Seokmin. Lebih tepatnya sebuah senyuman yang begitu miris terasa. Baru saja ia mendengar sebuah nama, yang tak pernah ia dengar lagi sejak ia pergi meninggalkan Korea.
Ada banyak nama yang ditinggalkannya. Ada banyak sosok yang harus berpisah dengannya. Dan sekarang?
"Mingyu-ya! Mengapa kau malah berenang?! Aku akan kabur jika kau tak menemaniku bermain game!"
Ia mendengar kembali satu nama di antara sosok-sosok itu. Ia masih belum jauh meninggalkan kolam tempatnya berenang tadi. Ia terus berjalan sambil bergumam, "jadi benar ini kau, huh?"
Ya. Seokmin tahu Mingyu pada akhirnya. Ia sempat lupa dan tak yakin karena, pertemuan di masa lalu, sewaktu mereka masih dalam keadaan anak-anak.
Tentu fisik keduanya sekarang berbeda dengan yang dulu. Terlalu banyak berubah hingga mereka tak saling mengenal.
Berbeda dengan Seungcheol dan sang ayah yang masih dikenalinya. Mereka tak banyak berubah. Seungcheol pun masih sama meski ukuran tubuhnya sedikit tinggi sekarang.
Seokmin tersenyum..
Ia masih dapat melihat wajah sang hyung kemarin sewaktu di rumah sakit itu. Juga ada sang ayah yang masih dikenalinya meski ada beberapa rambut yang telah berubah menjadi putih sekarang.
Namun, dibalik itu semua, Seokmin berkata bahwa;
"Keadaan yang berubah kini. Siapa Wonwoo? Siapa dia?" lirihnya.
Tak ia rasa bahkan, disaat kakinya menginjak lantai di ruangan tidurnya, kamarnya di antara banyak deretan ruangan disana.
Dia, Seokmin pada akhirnya menempati satu sekolah berasrama. Dan ada Wonwoo dan juga Mingyu disana.
Seokmin mana tahu sebelumnya. Hanya saja, sang ibu mengusulkan sekolah tersebut untuknya.Salahkan dirinya yang belum ingin menemui Seungcheol dan sang ayah, meski malam itu, saat ia mengantar Seokmin ke rumah sakit?
Ia bermalam disana, hanya untuk melihat sang hyung yang tertidur saat menemani seorang Wonwoo yang mana Seokmin, tak mengenalnya juga tak berniat mengenal sosok tersebut.
Satu dering telpon terdengar. Seokmin, meraih ponselnya dan tersenyum saat mengetahui sang ibulah yang tengah menghubunginya.
"Hallo bu?" sapanya sambil tak henti tersenyum.
"Kau terlalu sering menelponku! Aku baik-baik saja bu. Aku tak berbuat yang macam-macam. Sekolah dimulai esok hari.."
Dengan posisi telentang di atas kasurnya, Seokmin mendengar beberapa nasihat berarti dari sang ibu disana. Ia mengangguk, dan berkata "ya," sesekali. Hingga dipertanyaan berikutnya? Ia mengurung senyumnya seketika.
Hening sesaat..
Sempat ia terlihat ragu, namun dengan yakin ia menjawab, "aku ingin hyung yang menyadari aku disini! Aku ingin dia mengenaliku sendiri tanpa harus ibu, atau aku yang memberitahu.."
"Tapi dia mungkin tak mengenalimu. Kau berbeda dari Seokmin yang mungil sayang! Kau telah tumbuh. Kau sudah banyak berubah. Ibu menyesal tak pernah mengirim fhotomu yang sekarang padanya."
"Aku tahu!" timpal Seokmin pada sang ibu. "Setidaknya, seharusnya dia merasa bahwa, 'adik kandung'nya ada disini, dekat bersamanya, bu.."
"Dia tak akan tahu dan merasa jika kau tak pernah menunjukkan dirimu pada mereka, Seok...."
Seokmin menghela nafasnya. Ia sudah menekankan kata 'adik kandung' dari mulutnya. Ia marah jika mengingat hal tersebut.
Adik kandung? Sedang sekarang, ada adik lain yang menggantikan posisinya. Di hati sang ayah? Di hati Seungcheol terutama. Bahkan Mingyu?
"Tak usah banyak berfikir bu. Aku akan baik-baik saja.."
Seokmin menutup sambungan telponnya tanpa kata pamit terlebih dahulu. Ia merasa hatinya tak tenang jika mengingat itu semua. Namun, saat ponselnya ia simpan di atas kasur tempatnya berbaring kini, di dekatnya, ia berkata, "hyung melihatku kemarin! Ayah juga! Tapi mereka tak mengenalku!" ucapnya pelan.
Ia mengingat kemarin, saat Seungcheol mengantar Wonwoo menuju asrama dimana dirinya berada. Sempat terkejut dan ia merasa "mengapa bumi ini sempit!" hingga lagi-lagi ia dipertemukan dengan mereka-mereka itu!
Seperti seolah takdir yang mengharuskan mereka untuk bertemu, dan Seokmin? Menyadari itu semua.
"Sudahlah!"
Seokmin terlihat jengah. Ia memutar tubuhnya, hingga selimut yang sejak tadi turut ditidurinya itu, menggulung tubuhnya, menjadikannya hangat. Padahal, rambutnya masih basah karena kegiatan berenang tadi namun, ia sudah terlalu lelah hingga terlelap begitu saja dengan mudahnya.
Ia terlalu berharap untuk melupakan semuanya meski ia yakin, itu tak akan bisa!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf