"Kau tenang saja, Seungcheol. Ibumu baik, jangan takut.."
Seungcheol tersenyum kaku. Itu adalah saat dimana dirinya menginjakkan kakinya di rumah sang ayah, bersama istri barunya, ibu tirinya.
Seungcheol tak pernah berprasangka buruk, akan seorang ibu tiri yang akan berbuat jahat padanya. Tidak. Sebelumnya ia tak berfikir seperti itu. Maka, satu bungkukkan ia berikan pada sang ibu dengan hormat dan santun. "Senang bertemu denganmu, bu.."
Sang ayah, dan ibunya tersenyum. Seungcheol mendapat sambutan yang baik. Sikapnya memang baik tak mampu untuk diragukan. Bahkan ia mampu memberikan senyum tulusnya disana.
Ada satu hal yang membuatnya tertarik. Satu sosok kecil yang tengah mengintipnya di balik pintu menuju sebuah kamar bernamakan 'Wonwoo'.
Matanya yang bening membulat, dan berkedip pelan. Sejenak hal tersebut membuat hati Seungcheol berdesir. Dalam otaknya ia mengingat dan menyebutkan "Seokmin...." sang dongsaeng yang kini tak bersama dengannya.
"Dia anakku," jelas sang ibu ragu.
"Tapi.."
"Dari suamiku yang pertama.."
Seungcheol melongo. Ia sempat heran, mengapa bisa mendapat saudara lain secepat itu. Namun, penjelasan sang ibu membuatnya mengerti. Saudara tiri? Namun Seungcheol tak melihat itu sepertinya. Ia tersenyum pada sang dongsaeng yang terlihat takut-takut.
"Wonwoo-ya, kemari nak. Dia hyungmu, kau tak usah takut.."
Menyambut detiknya, cukup lama namun Wonwoo enggan menampakkan dirinya seutuhnya. Seungcheol menjadi gemas. Dilihatnya kulit yang putih dengan pipi yang bulat meski hanya nampak dari sebagian wajah itu. Ia, bermaksud mendekati Wonwoo namun, ada lengan sang ayah yang mencegahnya.
"Jangan membuatnya takut dan terkejut Cheol.."
"Kenapa ayah?"
"Jantungnya, agak kurang sehat.."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seungcheol hanya mampu menghela nafasnya sambil memperhatikan Wonwoo yang mulai masuk menaiki kendaraan yang dibawa Mingyu.
Mingyu, saudara sepupunya yang kini membuka kaca mobilnya, lantas melambai ke arahnya. Seungcheol membalas. Ia melambai dan lalu sedikit berteriak..
"Jaga dia selama dia di asrama nanti! Kalian pulang akhir bulan ini kan?"
Mingyu mengangguk dari kejauhan. Ya. Keduanya akan tinggal di asrama sekolah mereka. Ini sudah terjadi, semenjak mereka memasuki sekolah menengah atas yang sama.
Wonwoo yang memilih tinggal di asrama meski kedua orang tuanya, dan juga Seungcheol sempat melarang. Anak itu mencoba menjadikan Mingyu sebagai alasan agar ia bisa mandiri di asrama sana. Ia bilang, "Mingyu akan menjagaku!"
...
Masih di hari yang sama, namun di jam berbeda. Sudah menapaki sore hari, dimana terik matahari mulai mereda perlahan.
Saat itu, Seokmin, untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun itu akhirnya kembali menginjakkan kakinya di negara asalnya, kota kelahirannya, Seoul.
Dengan binar di matanya, ia menangkap banyak perubahan pada kota tersebut. Ia benahi topi yang sedang dipakainya, lalu membuka headphone yang sedari tadi menghantarkan musik di telinganya, menjadi tersampir di lehernya.
Dia sudah ada di sisi jalan, dan lalu memberhentikan sebuah taksi. Ia menaiki taksi seorang diri. Hatinya berdegup kencang. Ia kembali mengingat malam dimana pesta pernikahan sang ayah terjadi. Ia pergi ke rumahnya yang dulu, seorang diri. Ia ingat, hingga dirinya tersenyum kecil.
Sempat bingung kemana dia akan pergi. Sebenarnya sang ibu dari negara sana, telah menghubunginya beberapa waktu lalu.
Beliau menawarkan sebuah tumpangan untuk Seokmin, takut sang putra tersesat. Ia berkata akan menghubungi temannya namun, Seokmin menolak. Sesungguhnya, ia ingin leluasa pergi kemanapun ia ingin.
Ada satu tempat yang ingin ia kunjungi, dan begitu dia rindukan..
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Fiksi RemajaBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf