Satu kalimat terpahit yang Seungcheol dengar adalah..
"Akan lebih baik jika kalian mau menuruti setiap keinginannya mulai sekarang. Karena jujur, kami sudah tak mampu melakukan apa-apa lagi untuknya.."
Seungcheol terus saja menyimpan tangisnya. Seperti mengering sudah air matanya, meski terkadang kedua matanya selalu ia dapati dalam keadaan basah dan memerah. Perih dihatinya seolah sudah tak dapat ia rasakan. Terlalu pedih! Melihat tiap detiknya bersama Seokmin yang kian terasa cepat.
Mungkin ia masih pantas untuk bersyukur, akan kehadiran Seokmin di sampingnya hingga detik itu. Masih dapat digapainya, masih dapat disentuhnya, dan masih dapat dirasanya hembusan nafas sang dongsaeng. Turut berbaur dengan udara yang juga dihirupnya.
"Terima kasih.."
Seungcheol melirik Seokmin dengan ujung matanya. Seokmin yang tengah terasa manja dalam gendongannya. Bersandar hangat di punggungnya.
"Ini menyenangkan, hyung. Aku ingin selalu bersamamu.."
"Hm, kau boleh bersamaku sampai kapanpun. Semaumu, Seok..."
"Benarkah?"
Seungcheol hanya mengangguk samar. Ia tak berani mengatakan apapun. Terlalu menjaga tiap katanya untuk Seokmin. Terlalu takut untuk mengungkit apapun. Bahkan tiap kata yang terlontar, ia takut itu akan menjadi sebuah tangisan tak tertahan.
"Kita sampai," ucapnya tiba-tiba.
Keduanya telah tiba tepat di kediaman mereka. Di depan pintu dimana ada mereka semua yang menyambut di pintu sana.
Seungcheol tersenyum pada mereka semua. Dalam hati ia berterima kasih, bahkan ada pesta kecil untuk menyambut kepulangan Seokmin, meski nyatanya, tangislah yang ada. Mereka menangis di dalam hati mereka. Mereka menjerit pilu dalam diam. Seungcheol hafal benar.
"Aku ingin turun saja," pinta Seokmin kala mendapati sosok Wonwoo, Mingyu dan yang lainnya di ambang pintu.
"Aku tak boleh meninggalkan kesan buruk di hari pertamaku pulang kan, hyung?" ucapnya sambil merapihkan dirinya sendiri. Membenahi pakaiannya, juga rambutnya yang kusut.
"Hyung bantu," imbuh Seungcheol.
Ia turut merapihkan pakaian Seokmin. Ia rapihkan pula rambut Seokmin, meski akhirnya ia baru menyadari satu hal setelah melihat wajah Seokmin yang semakin tirus. Wajah itu semakin pias, menghilangkan ronanya. Bibirnya mengering. Bahkan kedua mata itu dihiasi lingkaran hitam dan nampak tak berwarna. Seungcheol menatapnya miris.
"Kenapa?"
Segera Seungcheol menggeleng.
"Tidak!" bantahnya. "Kau tampan sepertiku!" candanya lalu merangkul Seokmin, menjaganya saat melangkah. "Mereka sudah menunggu kita.."
...
Seokmin pulang meski pada kenyataannya, ia lebih banyak diam dan bahkan tertidur kala Seungcheol, Wonwoo ataupun Mingyu menemaninya.
Ada banyak waktu yang ia habiskan dengan terlelap damai di atas tempat tidurnya. Sesekali membuat siapapun ketakutan karena merasa mata itu seperti menutup sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Novela JuvenilBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf