Menapaki hari kedua di rumah sakit. Seokmin sudah membaik. Demamnya sedikit mereda.
Dia terbangun, tepat pukul 10 pagi kala itu. Namun, ia mengernyit bingung tak mendapati siapapun disana. Ia menjadi takut dan akan mulai menangis, terlebih Seungcheol tak ada di sisinya.
"Hyung.." isaknya hingga dirasanya, ranjangnya bergoyang membuatnya terkejut.
Seokmin terbangun, dan akhirnya mendapati sosok kecil sepertinya tengah mencoba menaiki kursi sambil berpegangan pada sisi ranjangnya.
"Mingyu.." panggil Seokmin dengan wajah terkejut.
Ya. Dia adalah Mingyu, yang kini berdiri di atas kursi untuk melihat Seokmin, mungkin. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya sambil menggerutu,
"Ranjangnya tinggi sekali!" berganti dengan matanya yang memandang Seokmin. "Kau sudah bangun? Eh, jangan menangis!" ucapnya berubah panik kala melihat Seokmin akan menangis.
"Mingyu-ya...." panggil Seokmin, mengurungkan tangisnya. Ia akan malu menangis di hadapan orang yang hampir satu usia dengannya. "Seungcheol hyung dimana?" tanyanya parau.
"Seungcheol hyung sekolah. Aku dan ibu yang menjagamu, tapi ibu sedang membeli makanan keluar. Ia bilang hanya sebentar. Ada yang sakit?"
Seokmin menggeleng lalu merubah posisinya menjadi terduduk. Saat itu, dapat dilihatnya buku gambar beserta crayon yang berserakan di lantai. Ia tahu, itu milik Mingyu karena ia pernah meminjamnya. "Kau sedang menggambar? Kau membawa alat sekolah kesini?"
Mingyu mengangguk. Turun dari kursi lantas membereskan alat-alat gambarnya. "Aku langsung kemari sepulang sekolah tadi.." ucapnya. Ia akan memasukkan alat gambar itu ke dalam tas sekolahnya jika saja Seokmin tak bertanya..
"Kau sedang menggambar apa?"
Mingyu menggaruk kepalanya. "Aku sedang membuat mobil yang bisa terbang.."
"Huh? Mana ada mobil yang bisa terbang, Mingyu!"
"Tapi aku tambahkan sayap di kedua sisinya.."
"..."
"Ini bagus!"
Seokmin mengamati, hingga ia membuka telapak tangannya. "Sini kulihat!" ucapnya dan Mingyu memberikan buku gambarnya pada Seokmin.
"Sayapnya kurang besar!" ocehnya. Ia mulai kembali cerewet. Mungkin ini terjadi jika ia tengah bersama orang yang satu usia dengannya.
"Kalau begitu bantu aku merubah sayapnya.." pinta Mingyu tiba-tiba.
Seokmin mengangguk, lalu menyilang kakinya di atas ranjang. Dengan dagunya, ia menunjuk bagian ranjangnya yang kosong dan mengajak Mingyu.
"Duduklah disana, dan bawa kemari crayonnya, kita menggambar bersama.."
Tak keduanya sadari, sepasang mata tengah mengamati mereka dari celah pintu yang kecil. Sepasang bibirnya melengkung, menampakkan satu senyuman yang tulus dengan ponsel di yang menempel di salah satu telinganya.
"Kau pulang agak siang? Tidak apa-apa Cheol kau jangan hawatir. Bibi akan menjaganya.." tuturnya sambil tetap mengawasi ruangan rawat Seokmin, dimana dua anak tengah asik bermain di atas ranjang pasien disana.
"Tidak, dia tak lagi menangis. Dia sedang bermain dengan Mingyu, kau tenang saja.."
...
Berganti siang, adalah saatnya Seokmin menantikan datangnya Seungcheol, sebagaimana yang diucapkan sang bibi yang berkata "Sebentar lagi hyungmu pulang. Dia akan menjagamu nanti. Tak apakan jika Mingyu pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf