Chapter 50

1K 85 18
                                        

"Terdapat pendarahan di kepalanya. Kami pikir ini adalah Salah satu akibat dari kecelakaan beberapa bulan lalu. Maaf karena aku harus menyampaikannya. Mungkin karena kami tak menemukan ini dari pemeriksaan sebelumnya.."

"Bagaimana bisa?!"

"Pendarahan yang di alami Seokmin cukup tersembunyi. Sulit terdeteksi, dan penyebarannya terbilang lambat. Bahkan penderita tak akan merasakannya di awal-awal, karena jumlah pendarahan yang memang sedikit. Meski akhirnya ini akan terasa saat mereka bertambah dan bertambah banyak.....Apakah Seokmin pernah mengeluh sakit pada kepalanya? Karena kini pendarahan tersebut sudah meluas. Maaf.."

.

.

.

.

Seungcheol hanya mampu memandangi Seokmin yang kembali tenggelam dalam ketidaksadarannya.

Padahal baru tadi ia melihat Seokmin terbangun dan tersenyum padanya. Tersenyum dengan tulus seperti biasanya. Senyuman khas yang selalu Seokmin tampilkan padanya.

"Kenapa keluar tadi, hm?" tanya Seungcheol, sambil menggerakan jemari Seokmin yang sedang berada dalam genggamannya.

Sedikitpun ia tak mengalihkan pandangannya dari wajah Seokmin. Meski sesekali ia harus menelan pahit ludahnya saat sebuah tangisan ia rasa akan segera meluncur.

Setegar mungkin Seungcheol tetap dalam posisinya. Ia tetap memandang wajah Seokmin, meski hatinya hancur saat itu. Namun, "hyung tak ingin melewatkan satu detikpun untuk tak melihatmu.." inilah hatinya. Ungkapan gundah dari dalam hati sang hyung.

Dengan serius ia memandang Seokmin. Tak sekejap pula genggaman tangannya terlepas. Ia rasakan detiknya, menitnya saat rasa kehilangan itu terasa semakin mendekat. Kedua matanya berembun sudah, namun segera ia usap.

"Seungcheol...."

Seungcheol tetap tak bergeming meski suara sang ayah kini mendekat padanya. Ia tetap memandang Seokmin, seperti enggan berkedip sebentar saja.

"Bagaimana hasilnya? Dia baik-baik saja, kan?"


Tes.


Ah! Sang ayah menggagalkan usahanya untuk menahan tangisan itu. Karena akhirnya isakan tangis meluncur dari bibirnya kala untaian kalimat sang ayah terlontar. Ia pererat genggaman tangannya pada Seokmin sambil menggelengkan kepalanya dengan enggan.

"Dia tidak baik-baik saja, ayah!" isaknya.






...










"Apa yang terjadi? Bukankah tadi sudah baik-baik saja?!"

Mingyu berujar panik ketika ia melihat sosok Wonwoo di ambang pintu ruang rawat Seokmin.

Anak itu menangis dalam diam sambil terduduk. Tak bergeming membuat Mingyu semakin cemas. Di tangannya ada seperangkat baju ganti yang lalu ia letakkan di samping Wonwoo.

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang