Di kursi tunggu itu, Seokmin dapat melihat suster dan dokter berlalu lalang ke arah ruang ICU, semenjak Wonwoo menyambangi tempat tersebut. Seokmin yang membawanya kesana.
Tak Seokmin duga, bahkan sang suster membawa alat kejut jantung?
Setidaknya rumah sakit bukanlah hal aneh bagi Seokmin. Ia tahu sedikit alat-alat rumah sakit yang pernah dicobanya.
Ia mengira-ngira, Wonwoo yang dibawanya itu, apakah sakit parah? Atau mengalami luka dalam akibat pukulan tadi? Membuatnya ingin menunggu, hingga sang suster datang menghampirinya.
"Kau baik-baik saja nak? Mari kuobati.."
Seokmin menjadi tersadar akan lukanya. Ia melihat kaosnya yang sudah mendapat banyak tetes darah disana. Pantas tubuhnya agak terasa lemas, sulit ia gerakkan. Nafasnyapun demikian, terasa berat dirasanya. Tapi ia tersenyum ke arah sang suster. "Aku baik-baik saja, suster. Aku hanya butuh minum.."
"Eh?"
Seokmin meraih tisu dari dalam tasnya, lantas mengelap luka di kepalanya dengan wajah datar, seolah ia hanya mengelap keringat disana. "Ini luka ringan saja, sungguh. Aku hanya butuh minum.."
"Emh, baiklah. Tapi biarkan aku menutup lukamu nanti, ya?"
Seokmin mengangguk. Ia tahu suster itu terlihat bingung. Mungkin ia baru pertama kali melihat orang sepertinya, membuat Seokmin mengulum senyum di wajahnya.
Satu sosok suster lagi datang dan bertanya, "Kau saudara pasien di dalam?"
Seokmin menggeleng. "Bukan. Aku menemukannya di jalan tadi. Aku tak tahu siapa dia.."
Cukup. Hanya itu. Karena memang Seokmin tak tahu menahu, membuat sang suster undur diri darinya.
Seokmin sandarkan tubuhnya di sandaran kursi yang di dudukinya sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 10 malam. Seharusnya ia sudah tiba, dan bertemu dengan wajah yang begitu dirindunya.
Setidaknya sang ayah? Dan juga Seungcheol hyungnya. Tapi apa boleh buat? Dia enggan pergi sebelum memastikan Wonwoo baik-baik saja di dalam.
...
.
Mingyu, berlari dengan tergesa-gesa melewati lorong pada sebuah rumah sakit setelah mendapati kabar dari pihak rumah sakit tersebut mengenai Wonwoo.
Entah darimana mereka tahu, dan entah apa yang terjadi. Yang jelas, ia sedang mencoba menghubungi Seungcheol dan keluarganya.
Wajahnya begitu cemas. Sangat tegang dengan nafas yang memburu. Ia terus berjalan hingga tak sadar, bahunya menyenggol orang lain.
"Maaf! Aku tak sengaja," ucapnya sambil membungkuk. Ia terlalu tergesa-gesa hingga tak fokus namun, ia menjadi diam saat mengangkat wajahnya.
Sosok yang ditabraknyapun, hanya mematung di tempatnya.
Yang Mingyu lihat adalah, tetesan bekas darah di kaos orang tersebut. Juga, luka di kepalanya, Mingyu dapat melihatnya dengan jelas.
Dalam hati ia menjadi berkomentar, 'seharusnya ia kemari untuk berobat bukan?'.
Tak lama, ia segera pamit setelah orang tersebut mengangguk menandakan semua baik-baik saja.
Satu hal yang membuat Mingyu menjadi tak yakin. Wajah itu, ia merasa tak asing. Ia menjadi terus melamun sepanjang perjalanan jika saja tak ada yang menghubungi ponselnya, menampakkan nama Seungcheol disana.
"Hallo, hyung. Aku sudah di rumah sakit. Ia sudah dipindahkan ke ruang inap katanya, aku sedang kesana. Kutunggu kau disini, ya. Ya.."
Sambungan terputus dengan sangat cepat, bersamaan dengan Mingyu yang membuka ruang inap yang saat dibuka pintunya, ada Wonwoo disana sedang terbaring dengan matanya yang terbuka. Ia sudah siuman..

KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
JugendliteraturBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf