Chapter 22

905 85 3
                                    

Pertemuan yang terkurung dalam suasana haru dan terasa canggung dalam waktu yang sama. Itu tengah dirasakan oleh keduanya yang kini hanya saling memandang dalam diam, meski masing-masing di antara mereka memancarkan arti berbeda dari sorot mata yang mereka tampakkan. Terdapat satu tatapan ragu dan juga satu tatapan yang penuh akan harap.

"Seokmin...."

Begitulah saat satu nama disebut dengan lirih dari bibir seorang Seungcheol. Ia genggam tangan Seokmin begitu erat. Menatap Seokmin penuh harap dan menanti sepatah kata yang akan tertuang dari mulut yang kini masih tertutup sempurna.

Seokmin terlihat tengah mengumpulkan tiap kesadarannya. Setelah mengerjapkan matanya berulang kali, akhirnya ia dapat melihat dengan sempurna. Dapat dirasakan pula olehnya genggaman pada salah satu tangannya. Namun wajah yang dilihat olehnya saat ini, membuatnya sedikit terperanjat seketika, meski itu tak ia tunjukkan dalam gerak tubuhnya. Ia merasa setiap kata di otaknya hanya tercekat di tenggorokannya. Ia tak mampu berkata.

"Katakan sesuatu, Seok! Hyung senang kau datang. Kau tak merindukanku?"

Seokmin masih bungkam. Ia telah mendengar banyak kata dari orang yang dirindunya kini. Kata yang langsung terucap untuknya. Ada sedikit rasa bahagia, namun entah mengapa tangannya bergerak untuk melepas genggaman pada jemarinya tersebut.

Membuat Seungcheol kecewa seketika. "Seokmin....." lirihnya tak percaya melihat reaksi Seokmin akan kehadirannya.

Seokmin terlihat bangkit. Memilih posisi duduk, meski itu sedikit sulit ia lakukan. Ia tetap tak bicara, bahkan menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya dari Seungcheol.

"Ada apa? Kau kenapa?" tanya Seungcheol sedikit panik.

Seokmin masih bungkam. Bibirnya bergetar dan sesekali digigitnya kala sebuah rasa sakit menyengat hatinya. Terlebih ketika Seungcheol merengkuh tubuhnya, dan lalu mengusap kepalanya. Sentuhan yang begitu dirindunya, bahkan membuat buliran air mata menyeruak dan keluar dari kedua matanya.

Seungcheol menghela nafasnya. Ia terlihat menyerah ketika di dengarnya isakan kecil dari Seokmin. "Hyung tahu semuanya," tuturnya setengah berbisik.

"Mingyu sudah menceritakannya pada hyung. Ada banyak hal yang ingin hyung bicarakan dan ingin hyung dengar darimu, Seokmin.."

Sedang Seokmin sibuk dengan tangisnya..




...







Pintu pada ruangan lain di tempat yang sama kini terbuka. Seungcheol menapakkan kakinya pada ruangan lain dengan selimut cukup tebal dan terlipat di kedua tangannya. Ia menghampiri sosok yang kini tertidur di ranjang putihnya. Ia buka lipatan selimut di tangannya, dan lalu menyelimuti sosok itu.

"Hyung, kau datang?"

Seungcheol menoleh. Ia percepat gerakan tangannya merentangkan selimut hingga menutupi tubuh itu hingga tepat ke bagian dada. Terakhir jemarinya beralih untuk mengusap kumpulan rambut yang terlihat kusut. "Kenapa kau bangun, Won?" tanyanya kemudian.

Dia yang adalah Wonwoo, sosok yang baru saja mendapatkan kehangatan baru dari selimut yang dibawa Seungcheol itu langsung menekuk wajahnya.

"Aku menunggumu hyung! Kau kemana saja seharian ini? Aku pernah bilang bukan? Aku mau dirawat asalkan kau yang menemaniku!" tuntutnya.

Seungcheol tersenyum dan duduk di atas kursi di samping ranjang Wonwoo. "Hyung harus membantu Mingyu mengurus temanmu.." jelas Seungcheol.

Wonwoo menoleh. "Seokmin?" tanyanya.

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang