Menapaki hari-hari selanjutnya Seokmin mulai bosan..
Hanya sekolah, dan akan menempati kolam renang, itupun jika seorang Mingyu tak ada disana.
Seokmin seolah bersembunyi dari siapapun. Untuk hari ini, ia keluar dari asrama, dan pergi membeli beberapa alat lukis. Ya. Menggambar adalah kegemarannya yang lain selain berenang. Ini masih berlaku hingga saat ini.
Sedikit gila jika dilihat di hari libur tersebut.
Di hari minggu tersebut, dimana ada sebagian para siswa yang memilih untuk pulang ke rumah mereka, Seokmin memilih tinggal.
Lagipula, kemana ia akan pulang? Ia belum ingin menemui Seungcheol dan juga ayahnya, juga tak mungkin ia melintas negara hanya untuk libur satu hari.
Ia kini tengah mengisi kosongnya atap gedung yang sebelumnya selalu ditempatinya. Ia hanya seorang diri. Menapak di atas lantai yang gersang, dimana sisi pinggiran atap tersebut terbalut cat yang telah melepuh di berbagai tempat. Juga ada coretan siswa tak bermakna disana, membuatnya menjadi buruk terlihat.
Seokmin. Lalu membalik posisi topi yang tengah dikenakannya. Dikeluarkannya sebuah kuas dari dalam tasnya. Digigitnya ujung kuas itu, sementara kedua tangannya sibuk mempersiapkan yang lainnya. Ada berbagai bunyi kecil yang ditimbulkannya.
Setelah semuanya siap, ia diam. Ia berfikir, apa yang harus dibuatnya disana? Hingga warna biru dari langit membantunya berfikir. Betapa indah warna biru itu. Ia ingin biru itu memenuhi matanya kini. Maka, dengan senyum di wajahnya, tangannya mulai bekerja..
...
"Aku belum tahu namanya! Dia tak mengatakannya, Mingyu!" kesal Wonwoo, yang heran karena Mingyu terus mendesaknya menanyakan nama teman baru dari Wonwoo.
"Berarti dia bukan temanmu.." cetus Mingyu.
"Terserahmu saja! Kau iri aku mendapatkan teman.." balas Wonwoo setengah mencibir. Tak jarang mereka bercanda satu sama lain. Bukti bahwa mereka dekat.
Kontak fisikpun terjadi. Dari Mingyu yang pada awalnya menyikut pelan lengan Wonwoo. Disambut rangkulan keras dari Wonwoo pada tubuh Mingyu, disertai tawa keras dari keduanya meski, Wonwoo tertawa lebih keras dari Mingyu. Mingyu memang bukanlah tipe orang yang akan selalu ribut.
Keduanya berjalan beriringan tanpa tahu, sepasang mata mengamati di atas atap sana. Dengan sendu ia menatap ke arah keduanya yang melangkah, hingga hilang saat memasuki gedung yang juga dipijak olehnya kini. Olehnya – Seokmin.
Seokmin yang sempat menghela nafasnya, membuang rasa iri yang membuncah dalam dirinya. Dengan usaha keras ia mengabaikan hal tersebut dan kembali berkutat dengan gambarnya. Memenuhi dinding pinggiran atap dengan warna.
Namun karena apa yang dilihatnya baru saja tidak benar-benar hilang dari benaknya, nama Mingyu menyeruak masuk ke dalam otaknya.
Mingyu – Mingyu – Mingyu.
Seokmin mengingat kenangan singkatnya di masa kecil bersama Mingyu. Dan itu, mempengaruhi pada apa yang dibuatnya saat ini.
Beberapa jam berlalu..
Seokmin selesai dengan gambarnya dan sedang membenahi alat lukisnya. Saat itu, dapat di dengarnya suara derap langkah mendekat, membuatnya agak tergesa-gesa..
"Wow~"
Satu decakan keras membuat Seokmin mengeluh. Ia sedikit terlambat karena kini ada orang lain berbaur dengannya.
"Ini hebat! Kau yang menggambarnya?"
Seokmin belum berbalik untuk menatap siapa yang telah memberinya pujian itu. Ia masih sibuk dengan barang-barangnya. Ia belum berniat bicara, lantas berbalik untuk melangkah pergi namun, ia tertegun setelahnya. Ternyata ada dua orang kini yang berada di hadapannya. Dan Seokmin, terlihat canggung setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Ficção AdolescenteBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf