Suara gemericik air terdengar, saat Seungcheol memeras handuk kecil di tangannya. Air-air yang sempat memenuhi ruang dalam handuk di tangannya tersebut kini berubah warna menjadi merah semenjak mereka bergabung dengan darah Seokmin yang mengering.
Setelah Seokmin terlelap pada akhirnya, Seungcheol memutuskan untuk membersihkan wajah Seokmin dari noda darah disana. Ia lakukan dengan perlahan, takut Seokmin akan terbangun karenanya. Bahkan darah itu melumuri lengan Seokmin.
"Aku tak tahu kau semarah ini," ucap Seungcheol tiba-tiba sambil mengusap untaian rambut di kening Seokmin setelah dia berhasil membersihkan tubuh Seokmin. Ia usap-usapkan kulit pada salah satu jemarinya untuk mengelus pelan pipi Seokmin dengan lembut.
Mungkin seharusnya Seungcheol merasa lelah dan jengah. Namun nyatanya ia tak jera. Terus berusaha untuk menggapai yang terbaik. Demi dirinya. Demi Seokmin. Demi Wonwoo. Dan demi semua orang. Meski ia kesulitan saat harus membagi kasihnya pada dua dongsaengnya kini.
Sedikit lelah mungkin akan terlihat biasa. Maka iapun lebih cepat jatuh ke dalam kantuknya. Menangkupkan wajahnya pada lengan Seokmin tanpa sengaja..
...
"Kau juga meninggalkanku!" cetus Wonwoo.
Akhirnya setelah beberapa hari Mingyu datang untuk menemui Wonwoo. Berbeda dengan kedua orang tua Wonwoo yang akan selalu menatap anak mereka dengan cemas, selalu melontarkan bujukan untuk Wonwoo mereka.
Mingyu lebih bisa bersikap tenang. Ia sama sekali tak menggubris ocehan Wonwoo. Apa yang ditakutkannya dari seorang Wonwoo yang terbaring lemah? Ia sempat berkata dengan santainya, "Mengapa harus kalah oleh orang yang sakit? Mau tidak mau mereka akan menuruti kita."
"Aku bicara padamu Kim Mingyu bodoh!" desis Wonwoo menyerupai bisikan.
Jelas Wonwoo kesal. Karena Mingyu tak membalas umpatannya dan hanya sibuk mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya. Hingga tak lama kemudian Mingyu menjawabnya. Meski masih sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak menatap Wonwoo.
"Kau pikir aku kemana? Aku sekolah! Jika tidak, maka aku akan benar-benar bodoh seperti apa yang kau katakan!" balasnya dengan tenang.
Wonwoo mendelik sebal dibuatnya. "Aku benci kalian semua!"
Mingyu mengangkat bahunya. "Aku tahu kau tak sungguh-sungguh."
"KIM MINGYU!"
Ah! Wonwoo marah bukan main. Ini reaksi awal dari sikap seenaknya seorang Kim Mingyu. Wonwoo merasa kesal dan sebal, disaat ia tahu Mingyu sangat mengerti dirinya meski itu tak tertuang dari mulutnya.
"Aku bawakan semua catatan satu minggu terakhir ini. Kau bisa menyalinnya," ucap Mingyu sambil menyimpan buku-buku miliknya yang cukup banyak di atas meja belajar Wonwoo. Dan ia mengernyit. "Mengapa semua barang disini menghilang?" tanyanya. "Kemana mainan-mainan milikmu?"
"Aku tak ingin membahasnya!" ketus Wonwoo.
"Ah, aku dengar kau melemparkan mereka semua?" ucap Mingyu. Ia mengitari seluruh ruangan dengan matanya.
"Bahkan kau merusak lemarimu?!" kagetnya. "Untung saja ayahmu kaya hingga dapat membeli yang baru dalam waktu dekat!"
"Ish diamlah!" sentak Wonwoo sedikit meringis setelahnya.
Mingyu mengetahui itu dan segera menghampiri Wonwoo. Ia usap-usap punggung Wonwoo semenjak posisinya terbaring menyamping. "Kau baik-baik saja?" tanyanya cepat. Ia berusaha menyembunyikan cemasnya.
"Kau pikir?" dengus Wonwoo. Ia sibuk mengatur nafasnya dan terus meringis sakit.
"Dimana obatmu?"
"Aku tak mau memakannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Novela JuvenilBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf