Chapter 35

816 91 4
                                    

Seungcheol merasakan hatinya berdenyut sakit. Bibirnya bergetar. Tangannya tak henti meraba wajah sang dongsaeng dengan hati-hati. Seolah takut menyakitinya. Takut melepuhkan kulit pias disana. Namun matanya terus menatap dengan teliti. Mengamati wajah itu dengan gumaman nama "Seokmin" di tiap katanya.

"Apa yang terjadi padamu, Seokmin! Bangunlah.."

Masih terbalut ketidakpercayaan dan keterkejutan, Seungcheol berusaha untuk tenang dan berfikir dengan baik meski derai air mata turut berjatuhan. Dan ketika dia usap helaian rambut Seokmin, seketika ada noda darah yang menempel pada permukaan telapak tangannya.

"Astaga! Ya Tuhan lindungi Seokmin!" jerit Seungcheol tertahan.

Ia baru tersadar saat mendapati luka lain pada kepala sang dongsaeng dengan aliran darah yang bersembunyi di tiap helaian rambutnya. Maka iapun menjadi tak tahan dan semakin terisak disana.

Padahal ada beberapa orang dokter di ruangan tersebut, tengah mempersiapkan berbagai hal untuk Seokmin.

Pasien baru mereka yang baru saja tiba. Untuk itulah Seungcheol masih dapat menemaninya. Menemani Seokmin dengan beberapa kain pada bajunya yang sudah terlepas. Terbalutkan selimut putih nan tipis.

Seungcheol semakin terisak pedih di samping Seokmin. Ia hampir saja kehilangan keseimbangan tubuhnya karena lutut yang kian melemas. Separuh jiwanya seolah terenggut seketika. Ia cemas luar biasa. Tak mampu untuk lebih lama menatap Seokmin yang terbaring seperti saat tersebut, maka iapun memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun..

"Hyungie.."

Seungcheol terhenyak seketika. Matanya membulat menatap kembali wajah Seokmin dengan satu harapan. Ia telan ludahnya untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang terasa sakit. Ia menanti saat dimana Seokmin akan membuka matanya dan memanggilnya seperti apa yang di dengarnya baru saja.

Namun semua hanya ilusi saja. Seungcheol merenggut kecewa saat mengetahui dirinya hanya berangan.

Benarkah? Nyatanya batinnya berkata lain. Ia merasa, embun yang ditimbulkan oleh nafas lemah Seokmin dari balik masker oksigen itu adalah hembusan nafas yang baru saja memanggilnya.

Seketika Seungcheol meraih jemari Seokmin. Ia dekatkan wajahnya untuk menatap wajah Seokmin.

"Kau memanggilku, Seok?" bisiknya.

Hanya hembusan nafas Seokmin yang terdengar. Namun entah mengapa Seungcheol mengangguk dengan senyum getir di wajahnya.

"Jangan hawatir, hyung disini bersamamu.." lirihnya.

Tiba-tiba terdapat pergerakan. Seungcheol menemukan gerakan dari bola mata Seokmin. Ia berjengit kaget, terlebih ketika merasakan jemari Seokmin bergerak-gerak di tangannya.

"Kau mendengarku, Seok?" tanya Seungcheol dalam ragunya.

"Hyung," tiba-tiba suara lain terlantun.

Seungcheol menoleh dan mendapati Joshua yang menepuk pundaknya pelan. "Biarkan kami melaksanakan tugas kami, ya?"

"Tapi Seokmin butuh aku, Shua!" bantah Seungcheol.

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang