Hujan turun dengan sangat derasnya. Suhu udarapun menjadi dingin seketika. Namun tak membuat Seokmin bergeming dari tempatnya. Terduduk dengan memeluk lututnya di sisi ranjang milik sang hyung. Wajahnya begitu murung tersorot sisa cahaya dari arah luar.
Bahkan kedatangan Seungcheol tak digubrisnya. Seungcheol yang lalu meniru tingkahnya. Terduduk di atas lantai, meski posisi kakinya terlentang lurus, tergolek di lantai. Perlahan ia merebahkan tubuhnya pada sisi ranjang.
"Kau benar-benar marah?" ucapnya dengan satu pertanyaan bodoh.
Seokmin pun mendengus sebal karenanya. Ia masih sibuk menekuk wajahnya semenjak berpuluh menit yang lalu. Tepatnya setelah dirinya tahu bahwa..
"Kalian menipuku huh?! Mengatakan hal buruk tentangnya? Ini sama saja artinya memaksaku pulang! Ucapanmu tak dapat kupercaya hyung!"
"Maafkan hyung dan Mingyu. Kami melakukannya demi kebaikanmu Seok.."
Seokmin mendelik tajam. "Benarkah?! Bukan untuk kebaikan Wonwoo? Atau demi kebaikanmu sendiri?" tuturnya tajam.
Ia terlihat malas untuk kembali berkata. Di matanya itulah yang terjadi. Dari sisi mana dapat terlihat jika itu semua untuk dirinya?
"Tapi hyung yakin kau akan aman disini. Bersama kami. Hyung akan.."
"Hentikan!" hardik Seokmin dalam bisikan tajamnya. Ia tatap Seungcheol dengan gurat pedih di wajahnya.
"Berhenti bersikap seolah-olah kau mengerti aku! Berhenti menganggap semua akan lebih baik jika semua dilakukan berdasarkan keinginanmu!"
Seungcheol tak dapat lagi berkata. Iapun menjadi ragu akan tingkahnya selama ini. Hanya desahan kecil yang terlihat.
"Aku hanya menyayangimu Seok.."
Kini berganti, Seokmin terlihat diam. Diam bukan dalam artian menyesal. Namun tak ingin mengertikan ungkapan sang hyung. Ia hanya berusaha membuang wajahnya ke arah lain. Ia mengakhiri percakapan tersebut dengan wajah yang belum membaik. Masih menekuk tajam.
Memakan beribu detiknya, beratus menitnya bagi Seokmin untuk dapat menutup matanya. Tertidur meringkuk di atas lantai yang dingin.
Tak apa toh dia tak merasakan dingin itu. Sapuan nafasnya mengenai lantai dan menciptakan embun-embun kecil disana. Menandakan bahwa cuaca memang benar-benar dingin. Namun aneh karena Seokmin terlelap disana.
Satu sosok nampak muncul dari ambang pintu. Sosok yang pada awalnya hanya mengamati di balik celah pintu. Kini ia menampakkan dirinya secara utuh dan menghampiri Seokmin yang terlelap. Jangan lupakan selembar selimut cukup tebal yang kemudian ia gunakan untuk menutupi tubuh Seokmin.
Tak ada kata tertuang. Hanya saja tak lama berselang, hadir Seungcheol yang menatapnya sekilas. Lalu menatap Seokmin di lantai berserta selimut barunya. Saat itu sebuah senyum tulus terukir di bibir Seungcheol. Lagi, keduanya saling menatap dalam pandangan berbeda.
"Kau ingin tidur disini bersama kami Won?" tawar Seungcheol kemudian.
"Tidak!" jawab Wonwoo dengan ketus dan mulai menuju arah pintu.
Sejenak Seungcheol menatap Seokmin yang masih meringkuk di atas lantai. Iapun dapat melihat selimut dengan corak yang dihafalnya. "Terima kasih untuk selimutmu, Wonwoo.." ucap Seungcheol kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf