"Seokmin, maaf telah menghilangkan kalung milikmu!"
"Tidak! Dia tidak hilang Wonwoo.."
"Gambarmu? Malaikatmu? Ah! Ibumu.."
"Ya, ada apa dengannya? Kau berubah pikiran? Kau ingin memintanya sekarang?"
"Bolehkah?"
Keduanya terdiam. Larut dalam pikiran mereka masing-masing. Termenung dalam lamunan yang begitu dalam. Bersama, keduanya memandangi langit yang cerah. Bersama udara sejuk yang mereka hirup, bercampur dengan bau rerumputan yang kini mereka injak. Mereka rebahkan tubuh mereka di rerumputan halus tersebut.
"Apa kau begitu ingin hidup? Apa yang membuatmu ingin bertahan hidup, Wonwoo?"
Wonwoo mengangguk mantap. Ia tatap sosok pemilik mata teduh di sampingnya sambil tersenyum tulus. "Banyak yang menungguku..."
"Itu terdengar bagus!"
"Kau juga.."
"Huh?"
"Apa kau ingin aku hidup? Atau kau membenciku hingga menginginkan kematianku?"
"Kukatakan aku tak pernah membencimu, bukan? Lalu kau pikir untuk apa aku rela memberikan malaikatku untukmu, Wonwoo? Itu agar kau tetap hidup!"
Wonwoo tersenyum. Namun, senyum itu tak bertahan lama, kala genggaman pada tangannya mulai melonggar. Ia melirik untuk menatap wajah tulus itu.
"Pergilah Wonwoo. Kau benar! Semua menunggumu.."
Wonwoo mengerutkan keningnya. Wajah putih itu semakin samar tersorot cahaya yang entah darimana datangnya. Sementara tangannya mulai terasa hampa. Bibirnya mulai bergetar.
"Tapi bukankah lebih baik bila kita pergi bersama kan, Seokmin?" resahnya.
"Pergilah Wonwoo.."
Wonwoo merasakan jantungnya berdetak cepat. Bahkan suara sosok tersebut semakin samar terdengar bersama bayangannya yang perlahan menghilang.
"Seokmin!" panggilnya agak tergesa-gesa. "Kita akan bertemu lagi kan?"
"Hm.."
...
Kerjapan mata dapat terlihat. Kelopak mata itu mulai bergerak-gerak, sebagaimana bola mata yang turut bergerak di dalam sana.
Tak lama kemudian, kedua mata itu terbuka. Menampakkan satu pandangan kosong menatap ke arah langit-langit putih dalam ruangan tersebut. Kedua mata yang kemudian menyipit, seolah menahan perih karena serangan cahaya yang belum dapat ia terima dengan baik.
"Wonwoo.."
Goyangan pelan ia terima. Satu gerakan tangan nampaknya menggoyangkan tubuh itu dengan sedikit tak sabar. Meski dia: Wonwoo nampak tak mampu menggerakkan tubuh yang nampak lemah tersebut, Wonwoo tetap berusaha untuk mendengar, serta memutar bola matanya ke arah samping. Satu kerjapan terjadi, setelah dirinya mampu melihat satu wajah dengan ujung matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf