"Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa Seungcheol. Mungkin Seokmin yang kabur?"
Seungcheol menggeleng pasti. "Itu tidak mungkin, paman!" bantahnya kuat. "Seokmin tak mungkin melakukannya! Aku tahu dia seperti apa!"
"Jangan lupa keadaan berubah sekarang. Anak mana yang akan tahan berada dalam posisinya? Termasuk kau! Kau yang akhirnya memutuskan hubunganmu dengan orang tuamu sendiri, dan memilih tinggal denganku, kan? Seokmin pun sama!"
"Kupikir ia terlalu muda untuk berfikir sepertiku," balas Seungcheol, sedikit merenggut kesal, sambil menarik selimut Seokmin, melindunginya dari angin yang dingin.
"Buktinya? Sekarang bahkan ia tak ingin kembali pada siapapun. Pada ayah kalian? Pada ibu kalian? Jelas ia tak akan mau! Buruk jika mengingat, mereka membuat jadwal untuk mengurus Seokmin bergantian!"
Seungcheol mengangguk lemah, menyetujuinya. Keadaan nampak terbuka perlahan. Ia pandangi wajah Seokmin yang masih memerah, dengan mata bengkaknya akibat tangisan beberapa waktu lalu. Ia usap helaian rambut Seokmin yang basah oleh keringat.
"Seandainya mereka tak berpisah, seandainya mereka tak mengecewakan kami! Mungkin keadaan tak akan seperti saat ini, paman!"
...
"Kita akan bercerai!"
"Baik jika itu maumu! Seungcheol dan Seokmin, akan ikut denganku!"
"Tidak akan! Kita serahkan semua pada pengadilan.."
"Aku tidak mau ikut dengan kalian! Tidak akan! Lupakan bahwa aku adalah anak kalian!"
"Seokmin, kau akan tinggal dengan siapa?"
"Hyung, jangan tinggalkan aku.."
Seokmin, bergerak gelisah dalam tidurnya. Anak itu, tengah bermimpi sesuatu hal yang mampu mengoyak luka hatinya. Kenangan satu tahun terakhir yang begitu mengerikan baginya, yang sulit sekali untuk lepas dari bayangannya.
"Hyung.." isaknya. Ia mulai terbawa akan mimpinya dan tanpa sadar, mencengkram selimut yang tengah dipakainya.
"Jangan pergi! Aku tak ingin sendiri!" ujarnya sambil menutup erat kedua matanya. Ia terlalu ketakutan..
Hingga beberapa saat, cahaya mulai menerangi ruangan yang di tempatinya. Diikuti suara langkah mendekat ke arah ranjang dimana ia berada, dan lalu menghampirinya serta menepuk pelan pipinya. "Seokmin-ah.."
Tak butuh waktu lama, Seokmin terperanjat dari tidurnya. Dengan nafas memburu ia menatap sekelilingnya hingga terlihat olehnya, satu sosok yang mampu membuat matanya kembali berembun.
"Hyung.." panggilnya dengan sorot mata tak percaya.
Seolah membenarkan, bahkan ia mengangkat kedua telapak tangannya untuk menggapai kedua sisi wajah sosok yang dipanggilnya. "Seungcheol hyung ini kau?" tanyanya.
Seungcheol tersenyum, merasakan kehangatan dari tangan Seokmin. "Ini hyung, Seok.."
"Aku tak bermimpi kan?"
Seungcheol menggeleng lembut. "Tidak, kau tidak sedang bermimpi.."
Saat itu pula, dengan wajah merenggut Seokmin kembali melingkarkan tangannya di leher Seungcheol dan berbisik, "aku merindukanmu, hyung! Kenapa kau tak pernah menemuiku?"
Seungcheol kembali mengusap punggung Seokmin, dimana disana, kain piyama yang bahkan Seungcheol yang memakaikannya tadi malam, itu melekat di punggung Seokmin yang basah. "Maaf untuk itu, Seok.."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf