Halo semua kesayangan ....
Hera kembali ^^
Jangan lupa vote dan koment ya ....
Biar aku-nya semangat🥰
***
Hera menyeret kakinya, berjalan tertatih kepondok kecil yang telah disiapkan untuknya. Pondok yang sebenarnya sudah tidak layak ditempati.
Pondok yang sepertinya dulu ditempati para pekerja yang baru datang dan baru mulai bekerja. Itulah yang terlihat dari suduh tembok sebelah kiri, ada panduan cara memakai sumur dan dapur.
Pondok ini jauh dari kastil, cukup membuat Hera lega karena bisa sendiri tanpa siapapun. Ditengah pondok tersebut ada pohon besar yang cukup rindang, pembatas alami antara pondok dan bangunan kastil yanh megah.
Pekerja yang baru selesai membenahi bagian dalam pondok langsung pergi begitu melihat Hera. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Dalam kepercayaan mereka, bertegur sapa dengan manusia yang dikutuk sangat berbahaya. Kesialan bisa menghampiri mereka tanpa ampun.
Tapi bagi Hera suatu keberuntungan jika tidak ada yang mengajaknya bicara. Selain Camelia dan pengasuh bibinya itu, tidak ada yang pernah mengajaknya bicara.
Mereka lebih sering menghina langsung tanpa dia bisa membela diri.
Hera masuk kedalam pondok yang terbuat setengah batu dan kayu, pndok kecil ini termasuk besar untuk ditinggalinya seorang diri. Saat melihat kamar, hanya ada kasur usang yang tidak layak pakai, tanpa bantal dan juga selimut.
Hera menatap datar kasur tersebut, pikirannya melayang memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan bantal dan selimut hangat.
Hera berjalan kedapur, semua alat masak terlihat berdebu tapi setidaknya ada. Jelas pria itu menginginkannya hidup di sini seorang diri tanpa bantuan.
Hera membuka pintu belakang yang ternyata tanah luas, saat berjalan lebih kedalam langsung bertemu bibir hutan dimana ada aliran sungai kecil, sumber air untuknya.
Hera tersenyum kecil, merasa bersyukur karena ada air yang bisa digunakannya untuk membersihkan diri. Tapi, kalau dirinya mandi dan mencuci baju, tidak ada baju lain yang bisa dikenakannya.
Dan kalau tidak mandi, badannya semakin bau. Hera memilih berendam meski dalam keadaan demam. Setelah itu dia duduk dibawah sinar matahari untuk mengeringkan tubuh.
Hera menekuk lutut dan memeluknya, tanpa sadar airmatanya mengalir. Dia menyesali kenapa hari itu bukan dirinya yang mati, padahal mati adalah impian terbesarnya.
Bukan tidak pernah mencoba bunuh diri tapi selalu gagal, bibinya selalu berhasil menyelamatkannya. Apa yang pria itu katakan benar sepertinya, kematian enggan menghampirinya.
Perut Hera tiba-tiba bunyi, dari semalam belum makan apa-apa. Makanan yang dibawa pelayan tidak sedikitpun disentuhnya. Hera bangkit, dengan tertatih dia berjalan menuju dapur, memeriksa apa yang bisa di masak.
Dan ternyata tidak ada yang bisa dimasak.
Hera tidak putus asa, ada air yang bisa diminum untuk mengenyangkan perut. Setelah itu dia masuk kedalam kamar untuk kembali tidur.
***
"Harusnya aku yang menikah dengan Andrian Edmund." Kesal seorang wanita cantik, almarhmum kakaknya Camelia yang belum menikah.Adik Charles yang belum menikah, Casey Dowson. Sudah lama dia tertarik pada Edmund tapi tidak bisa melakukan apapun karena Edmund mencintai adik yang disayanginya.
Dia tidak mau menjadi kakak yang buruk dengan merebut Edmund dari adiknya yang sekarang sudah meninggal. Lagipula Edmund tidak pernah meliriknya.
Charles menghela napas pelan, "lupakan dia, kau bisa mencari pria lain. Selamanya dia tidak akan pernah mencintai wanita lain selain adikmu. Dan kau cukup tahu kenapa dia menikahi anak itu."
"Si pembawa sial itu ... kenapa Camelia meninggalkan wasiat segila itu." Geram Casey pada dirinya sendiri, "apa dia mau melihat Edmund sial seumur hidup?"
Mengingat Hera sekarang berstatus istrinya Edmund, amarah Casey membuncah. Mungkin kalau bukan Hera, dia masih bisa mengikhlaskannya.
"Berhenti membahas anak pembawa sial itu. Mulai sekarang dia tidak ada hubungannya dengan kita lagi, itu yang penting." Sahut adik Charles yang nomor dua, Cathy Dowson.
Cathy sudah menikah dan memiliki dua orang anak, kedua anaknya sedang berada di London dengan suaminya, tidak bisa pulang saat Camelia meninggal karena sekolah dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Cathy menikah saat usianya tujuh belas tahun, pribadinya tenang, tidak banyak bicara, Charles versi perempuan, itulah yang orang katakan tentang dirinya.
Dan dialah yang paling membenci Hera dalam diamnya. Dia sangat dekat dengan almarhum kakak iparanya, ibunya Hera. Sedari kecli selalu dirawat dengan baik.
Ibunya Hera berperan menjadi ibu bagi adik-adiknya Charles. Sebelum ada Hera hidup keluarga mereka sangat bahagia. Bahkan saat pernikahan Cathy, seluruh pelayan dan penyewa estat diberi kelonggaran berpesta.
Tapi semua kebahagiaan itu hancur begitu Hera lahir, dari sanalah semua orang menganggap Hera pembawa sial, termasuk ayahnya sendiri.
Charles sangat mencintai istrinya, Hermia Dowson atau yang sering di panggil Mia. Selama pernikahan, mereka tidak pernah bertengkar, cinta tumbuh setiap hari bak bunga yang di rawat dengan baik.
Namun semua itu hancur setelah Hera lahir, lagi-lagi Hera. Ya ... saat hamil Hera, Mia jatuh sakit dan tidak bisa bangkit dari tempat tidur, tepat setelah melahirkan wanita cantik dan lembut itu menghembuskan napas terakhir karena pendarahan yang tak kunjung berhenti.
Cassey mengangguk, "tapi kita harus kehilangan Camelia karena itu." Dia menunduk sedih.
Seperti namanya, Camelia menjadi sumber kebahagiaan buat keluarga Dowson. Sifatnya yang baik hati serta karakternya yang ceria membuat seisi kastil bisa bernapas lega meski harus membagi oksigen yang sama dengan Hera.
Dan karena gadis itupula mereka tidak membuang Hera. Ya, Charles pernah berniat membuang putrinya karena tidak sanggup melihatnya setiap hari.
Rasanya wajah Hera membuat emosinya meletup-letup, teringat penyebab meninggalnya istri tercinta adalah karena melahirkannya. Sedari Hera masih bayi, tidak pernah sekalipun dia menyentuhnya.
Cathy memeluk adik satu-satunya itu, "Lia sudah tenang disana. Mungkin sedang tertawa lepas bersama kakak ipar. Jangan bersedih lagi."
Cassey membalas pelukkan kakaknya lalu menangis sejadi-jadinya. Dalam hati terus mengumpati Hera, mengutuk gadis itu agar mati dengan cara yang mengenaskan.
Mereka tidak tahu kalau itulah yang Hera impikan. Tidak perduli bagaimana cara matinya, yang penting mati.
***
Hera terbangun saat mendengar suara keras diluar rumah, berjalan tertatih lalu membuka pintu, tidak ada siapapun. Tapi ada kantungan goni besar, saat Hera melihatnya, ternyata bahan makanan.Dengan sisa tenaga, Hera menyeret goni itu masuk. Dia membawanya kedapur lalu mengeluarkan satu persatu bahan makanan.
Ada labu, lobak, wartel, gandum, kacang-kacangan dan lain sebagainya. Mata Hera sedikit berbinar karena ada bahan makanan yang bisa dimakannya.
Dia tidak perduli jika makanan itu ternyata mengandung racun, setidaknya mati dalam keadaan perut kenyang. Tubuhnya bahkan sudah gemetar karena kelaparan.
Dengan cepat Hera mengolah sayuran tersebut, hanya direbus begitu saja. Tidak ada bumbu dapur atau apapun, dalam hati dia mengucapkan ribuan terima kasih buat orang yang telah mengirimkan makanan ini.
Dia sama sekali tidak berpikir bahwa Edmund-lah yang memerintahkan pelayan untuk mengiriminya bahan makanan. Dan Edmund melakukan itu karena masih ingin menyiksa sipembawa sial itu.
Tidak boleh mati begitu cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceNovel sedang proses cetak. Kunjungi Ig: Ado_9027 atau Novelis_ado9027 untuk info lebih lanjut. Edisi exlusive, terbatas. Hanya untuk 22 orang tercepat. Terdapat extra bab yang tidak ada di PLATFORM. *** Jangan coba-coba berani plagiat cerita ini kal...