Season 2 Ara bakal tayang di Karyakarsa, sebelum itu boleh follow dulu akunnya ya (Ado) atau (@Ado9027)
Sebelumnya terima kasih atas dukungan kalian semua. Happy reading kesayangan ....
Jangan lupa tinggalin jejak koment dan Vote-nya ya :)
****
Zavion menghela napas panjang berulang kali tanpa mengatakan apapun. Saat ini Hera tidak bisa diberi pandangan karena sudah terlalu lama menanamkan diri sebagai pembawa sial.
"Bagaimana kesanmu bertemu ibuku?" Zavion mengalihkan pembicaraan. Tidak berharap ucapannya direspon tapi siapa sangka gadis itu mengangguk kecil.
"Sangat baik, karena itu aku takut." Hera kembali menatap lurus kedepan, hamparan bukit padang rumput yang asri sama sekali tidak membuatnya tenang.
Entah kenapa dia merasa akan ada bahaya besar yang datang menerjang dan semua itu karena dirinya. Otaknya tidak mampu menikmati apa yang tersaji didepannya karena sebentar lagi harus membayar semua yang lakukannya sampai saat ini.
"Hidup dalam ketakutan akan membuatmu sengsara, kemanapun melangkah tidak akan ada ketenangan, bahkan jika kau memutuskan untuk mati."
Hera tercenung.
"Mati bukan pilihan yang tepat, kau tidak akan dapat kedamaian setelahnya. Aku tahu walau belum pernah merasakan mati, tapi kita sepakat mati bukan penyelesaian suatu masalah. Mati sama dengan berakhir, kau meninggalkan semua masalah tanpa berusaha menyelesaikannya, bukankah sama dengan pengecut?"
"Setidaknya aku tidak menyusahkan orang lain atau menempatkan orang tak bersalah dalam masalah dan musibah." Hera menarik napas panjang lalu melanjutkan, "dan kau sudah pasti tahu apa yang terjadi padaku. Desa itu gemar menceritakan tentang kutukkanku, tidak ada satu tempatpun yang mengabaikan kutukkan itu."
Ini pertama kalinya Hera bicara dengan kalimat yang panjang.
"Ya, aku tahu dan tidak perduli. Aku hidup dilingkungan yang memanusiakan manusia. Kami tidak percaya hal semacam itu, termasuk Norman. Meski dia sempat ketakutan karena aku menolongmu tapi saat mendengar tentangmu pertama kali ketika kami baru sampai, dia mengumpat kasar."
Hera tidak bergeming, kembali membisu.
"Besok aku akan kembali ke Cadburry pagi-pagi sekali, mungkin tidak sempat menemuimu untuk berpamitan."
Hera menatap Zavion, ada kekhawatiran ditatapan gadis itu, hati Zavion menghangat.
"Tidak akan terjadi apapun padaku. Dia tidak bisa menyakitiku meski mencurigaiku. Aku punya cara untuk menghadapinya, serahkan dia padaku, yang perlu kau lakukan, hiduplah dengan baik ditempat ini. Aku usahakan sesering mungkin mengunjungimu, setelah pekerjaanku selesai, aku akan kembali kemari, menetap disini, selamanya."
Ucapan Zavion terdapat makna yang dalam tapi sayang Hera takkan memahaminya. Gadis itu kembali bergeming tanpa menatapnya, Zavion memahaminya.
"Aku ingin memperkenalkanmu dengan kedua adik dan ..."
"Aku tidak siap, tolong jangan lagi menghadirkan orang lain." Potong Hera. Suaranya terdengar sangat lirih, Zavion menatapnya selama beberapa waktu lalu mengangguk paham.
"Jaga diri baik-baik, aku akan kembali secepatnya." Zavion seperti sedang berpamitan pada pasangannya. Hera hanya mengangguk kecil, tidak ada kalimat apapun yang di ucapkannya.
Sampai saat Zavion akan berbalik pergi, suaranya menghentikan langkah pria itu, "terima kasih sudah membantuku sejauh ini, aku berjanji akan baik-baik saja."
Zavion berbalik, senyum hangatnya membuat Hera terpana sesaat lalu kembali sadar setelah mengingat siapa dirinya.
"Maukah kau berjanji akan menungguku kembali? Dan saat kita bertemu lagi, kau lebih ceria." Zavion melanjutkan, "ceria yang kumaksud, kau banyak bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceJangan coba-coba berani plagiat cerita ini kalau gak mau malu dan nanggung akibatnya. Cerita ini sudah lindungi hukum yang jelas. *** Terlahir dengan julukkan 'pembawa sial' sama sekali tidak pernah diinginkan siapapun, termasuk Zhepyra Hermia (Hera...