Utusan kerajaan memberi tahukan bahwa rombongan raja sudah tiba di perbatasan Widbury yang artinya sebentar lagi mereka akan bertemu dengan pemimpin negri dan juga rombongan, terutama Andrian Edmund yang kekuasaannya di gadang-gadang setara dengan raja.
Nyonya Nohan tidak bisa menunda waktu, pesta penyambutan harus segera di persiapkan. Tidak ada waktu mendatangi Hera dan berpesan pada gadis itu untuk tidak kemanapun beberapa hari kedepan.
'Ya Tuhan, beri aku waktu untuk memberi tahunya' batin nyonya Nohan.
Memberi tahu maksudnya bukan tentang kedatangan Edmund, melainkan jangan kemanapun sampai waktu yang ditentukannya. Pria itu bisa kemanapun ditempat ini tapi tidak bisa masuk kerumah orang tanpa izin.
"Bu, kau terlihat sangat khawatir." Tegur Eliza yang ikut khawatir karena melihat reaksi ibunya. Dalam otaknya menerka-nerka raja dan rombongannya.
Apa mungkin mereka orang jahat sampai ibunya sekhawatir ini?
"Jangan merengek, tentu ibu khawatir karena tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan segalanya. Daripada mengganggu ibu, lebih baik lakukan apa yang bisa kau lakukan. Mempersiapkan gaun dan kebutuhanmu untuk menyambut raja dan rombongan misalnya."
Eliza menghela napas berat, "aku tidak sanggup memikirkan hal itu sekarang. Waktu kita kurang dari dua puluh empat jam, aku lebih memikirkan jumlah pelayan kita yang tak cukup mempersiapkan hidangan untuk besok. Ayah dan ibu bisa malu, kenapa mereka begitu tiba-tiba." Terdengar helaan napas berat setelah kalimat terakhirnya.
Nyonya Nohan tersadar dari lamunannya.
Dia menatap kedua putrinya, "ibu tidak punya waktu membantu kalian memilih gaun dan lain sebagainya, minta pengasuh kalian untuk menyiapkan semua tanpa ada yang kurang."
"Tapi aku ingin membantu ibu."
"Menurutlah sayang, itu sudah sangat membantu. Ibu harus pergi kerumah mrs, Dephny untuk meminjam pelayannya. Setelah itu keruma mr. Brad untuk memesan anggur. Dan ayahmu harus memastikan semua penyambutan tepat waktu, kami tidak punya waktu banyak untuk memperhatikan kalian." Nyonya Nohan menatap Emy, "bisakah ibu percayalan Eliza padamu?"
Emy mengangguk mantap, "tentu saja, aku akan memastikannya tampil cantik besok."
"Terima kasih sayang, kau membuat ibu tenang." Nyonya Nohan mengecup pipi Emy lalu mengelusnya begitupun dengan Eliza.
"Sebaiknya sekarang kita pilih gaun bersama pengasuh."
"Aku ingin cari Puby dulu."
"Berhentilah mengkhawatirkannya, kau tidak ingat ibu bilang apa? Kecuali kau ingin mengecewakan dan mempermalukannya besok."
Eliza mencebik dan mendapat tatapan peringatan dari Emy. Oh ... kakaknya yang satu ini memang sangat menonjolkan kebangsawanannya.
"Aku akan menyusul, Puby jauh lebih penting daripada gaun-gaun itu. Aku percayakan pilihanku padamu!" Eliza langsung berlari keluar rumah setelah mengecup pipi Emy.
Emy hanya bisa mengangkat tangan tanpa suara, tidak mungkin berteriak karena itu bukan sikap seorang lady. Menghela napas panjang dia berbalik menaiki undakan tangga, menuju kamarnya.
***
"Puby!" Eliza mencari anjing kesayangannya, bukan kebiasaan anjing itu bermain terlalu lama diluar rumah kecuali bersamanya atau yang lain.Puby bukan anjing pemburu yang berani.
Dia tidak akan mau menggerakkan ototnya dengan suka rela, karena itu sekarang kekhawatirannya meningkat, takut terjadi sesuatu pada anjingnya.
Belum sempat langkahnya memasuki wilayah rumah peristirahatan keluarga Norman terdengar gonggongan Puby yang semakin dekat. Tidak lama kemudian wujudnya terlihat berlari kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceJangan coba-coba berani plagiat cerita ini kalau gak mau malu dan nanggung akibatnya. Cerita ini sudah lindungi hukum yang jelas. *** Terlahir dengan julukkan 'pembawa sial' sama sekali tidak pernah diinginkan siapapun, termasuk Zhepyra Hermia (Hera...