Belum jauh meninggalkan Eliza yang ingin mengajak Puby kembali pulang, Ed lmund berbalik, "benar juga, sudah seharusnya peliharaan diberi tali kekang seperti itu. Karena kalau punya kesempatan berlari jauh kadang tidak tahu cara kembali, sangat merepotkan. Dan lebih di sayangkan lagi jika ada orang yang memungutnya meski tahu peliharaan itu milik siapa."
"Heh?" Eliza menatap bingung Edmund.
Jangankan Eliza, Emy saja tidak tahu kemana arah tujuan ucapan Edmund. Dia memberi tatapan penuh peringatan pada adiknya agar segera pergi.
Eliza langsung menggendong Puby meski sedikit kesulitan. Lebih baik menghilang dari pandangan pria itu daripada terlibat percakapan yang tidak masuk akal.
Otak Eliza tidak mampu memahami tiap kata yang Edmund ucapkan.
Sepanjang perjalanan Emy menceritakan banyak hal tentang desanya. Apa saja yang menjadi kebanggaan masyarakat dan bagaimana cara mereka hidup tapi tidak satupun kalimat yang di ucapkannya menarik perhatian Edmund.
"Adikmu tadi mengarah kemana?"
Emy terpaku sejenak karena pertanyaan Edmund jauh dari apa yang sedang di jelaskannya. Sedari tadi dia tidak membahas jalan itu tapi pria yang berjalan disisinya ini justru menanyakannya.
Edmund yang tidak mendapat jawaban langsung menatap Emy, gadis itu terlihat gelisah. Edmund muak melihat mendapati reaksi seperti yang Emy tunjukkan saat ini.
Emy yang sadar dengan tatapan Edmund langsung menjelaskan dengan berusaha tenang, "jalan kerumah peristirahatan keluarga Norman, teman kakakku yang menemaninya ke Cadbury. Rumah itu sudah lama kosong, sejak orangtuanya meninggal tidak pernah di kunjungi, Norman membayar jasa pelayan untuk membersihkannya beberapa bulan sekali. Pemandangan disana sebenarnya sangat indah, ada bukit yang menjulang tinggi, lautan terbentang luas. Salah satu pantai merupakan wilayah kekuasaan ayah, tidak ada yang boleh kesana tanpa seizinnya, kecuali Zavi, tentu saja."
"Kau terlihat sangat gugup, tidak nyaman? Kalau tidak nyaman jangan memaksakan diri, aku tidak seburuk rumor yang beredar. Setidaknya aku tidak akan menggertak seorang lady."
Emy langsung menekukkan kaki lalu membungkuk, "maafkan aku your grace."
"Bukan salahmu, sebaiknya kita kembali, hari juga mulai gelap. Walaupun aku terkenal buruk dan bengis, aku tidak akan membiarkan wanita jalan dalam kegelapan kecuali pantas menerimanya."
Bulu roma Emy meremang.
**
Edmund tidak menghadiri makan malam dengan alasan ingin istirahat lebih awal. Raja tentu tidak mempermasalahkannya, memang siapa yang berani memaksanya?Emy menghela napas kecewa karena tidak mendapati Edmund diruang makan, tadinya ingin menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf, perasaan bersalah menggerogoti hati dan pikirannya.
"Baguslah dia tidak hadir, aku tidak menyukainya. Sekarang aku paham kenapa ibu begitu khawatir."
"Eliza, perhatikan cara bicaramu. Tidak seharusnya kau berkata seperti itu untuk seorang Duke. Kau tidak pantas mengkritisi sikapnya, statusnya jauh diatas kita."
Eliza memutar jengah bola matanya.
"Perhatikan sikapmu."
"Ya Tuhan Emy! Kau sangat berlebihan! Dia sangat santai, kenapa kau memikirkan aturan ini dan itu? Memangnya tidak boleh mengkritisi sikap seorang Duke? Aku tidak sedang berada di kerajaan, dan yang paling penting aku tidak mengkritisi statusnya tapi pribadinya."
Emy menghela napas panjang lalu berjalan menuju balkon. Setelah makan malam selesai dia dan Eliza langsung kembali kekamar sesuai intruksi ibu.
Jamuan ini tidak melibatkan wanita sehingga setelah makan para wanita boleh kembali ke aktifvitas masing-masing. Mendadak Emy merasa malamnya tidak begitu indah untuk dilewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceJangan coba-coba berani plagiat cerita ini kalau gak mau malu dan nanggung akibatnya. Cerita ini sudah lindungi hukum yang jelas. *** Terlahir dengan julukkan 'pembawa sial' sama sekali tidak pernah diinginkan siapapun, termasuk Zhepyra Hermia (Hera...