Dia Yang Ku Maksud

483 59 61
                                    

Edmund merengkuh pinggul Hera, "mulai hari ini aku akan melecehkanmu sesuka hati, bahkan kau akan merasa lebih rendah dari pelacur." Edmund diam sejenak lalu melanjutkan, "pelacur masih terlalu bagus, kalimat yang tepat dan pantas adalah lebih rendah dari binatang."

Hera menggeleng, berusaha melepaskan diri dari Edmund tapi rengkuhan pria itu terlalu kuat dan keras, pinggulnya nyeri karena kuku yang menancap di kulit panggulnya.

"Semakin kau berontak semakin aku bergairah menghancurkanmu." Bisik Edmund kejam, "kau tahu apa yang lebih mengerikan dari kematian?" Tanyanya dengan suara rendah, geraman marah dan benci bercampur jadi satu, pori-pori Hera membesar saking merindingnya, "menghancurkan mentalmu berkali-kali hingga sampai tidak berani melihat cahaya."

Setelah itu Edmund mendorong keras tubuh Hera hingga tersungkur, tanpa melihat dia berbalik pergi meninggalkan kamar tersebut.

Bantingan keras pintu membuat Hera tersentak kaget, tubuhnya meringkuk dalam keadaan gemetar. Tangannya menyentuh payudara yang diremas Edmund, harga dirinya telah hancur tapi apa yang baru saja pria itu lakukan semakin menghancurkan harga dirinya.

Tidak lama kemudian pintu kembali terbuka, Hera beringsut ketempat tergelap, berharap tidak terlihat oleh monster itu. Tapi langkah kaki yang mendekat bukan milik sang monster.

"Tuan memerintahkanmu untuk menjaga tubuh, jangan sampai ada bekas luka sedikitpun." Polo meletakkan salep diatas meja, "gunakan salap ini kalau lukamu sudah kering, salap ini membantu menghilangkan bekas luka lebih cepat dari yang seharusnya."

Polo hanya melirik sekilas Hera yang berada di balik sudut meja hias, meringkuk seperti bayi. Tanpa mau memaksa gadis itu menanggapinya, dia berbalik pergi dengan langkah tenang dan pasti.

Tidak ada yang bisa dilakukannya untuk menolong Hera, kesetiaannya pada Edmund lebih besar dari rasa kasihannya. Sudah pernah dia membiarkan gadis itu sekali, sekarang tidak bisa lagi.

*
Tengah malam yang kelam seseorang masuk kedalam kamar Hera, pintunya memang tidak boleh dikunci dari dalam karena Hera bukan pemiliknya.

Hera yang kelelahan menangis tertidur pulas dalam gelap malam yang ditemani cahaya lilin. Dia tidak sadar kalau bahaya sedang mengintainya.

Seorang pria yang tak lain adalah Edmund menatapnya dalam selama beberapa saat. Pria itu melepaskan jubah tidurnya lalu beranjak ketepi kasur, setelah mematikan lilin dia bergabung dengan Hera dibalik selimut.

Tubuh Hera menegang saat merasakan sentuhan pada pahanya, tangan pria itu membelai dan mengelusnya. Hera segera membuka mata, gelap gulita menyambutnya.

"Jangan berbalik atau aku akan memperkosamu." Suara yang sangat Hera kenal berdengung di telinganya. Tubuhnya seolah menurut, tak bergerak sama sekali.

Tapi dalam hati menangis sejadi-jadinya karena sentuhan kurang ajar Edmund pada bagian tubuhnya sensitifnya.

Tangannya menjalar keluar gaun tidur, mencari tali yang mengikat dibagian perut lalu melepaskannya dengan kasar, Hera menggigit bibir bagian dalam sampai berdarah.

Edmund menurunkan bagian lengan jubah tidur, mengecup pundak Hera dan menggigitnya pelan. Dia bisa merasakan tubuh Hera mendingin dengan napas yang tertahan.

"Mulai besok jangan kenakan jubah tidur karena setiap malam aku akan menggerayangimu seperti ini. Tenang saja, kalau kau menurut, aku tidak akan menidurimu dalam waktu dekat, aku ingin bermain-main dulu dengan tubuhmu."

Hinaan yang sangat mengerikan.

"Jubah tidur ini mengganggu." Terdengar sobekkan jubah tidur yang terbuat dari sutra. Sekarang Hera hanya mengenakan gaun tidur bertali satu.

SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang