"Sudah tiga hari tapi dia belum sadar juga. Kita dalam masalah besar!" Norman menatap kesal temannya.
Pria yang menolong Hera adalah Zavion, sejak berteduh dirumah Hera setiap sore pria itu akan menyusuri hutan hanya untuk melihat gubuk reot Hera dari jauh.
Entah apa yang membuatnya sampai seperti itu, terlihat seperti penguntit, sangat tidak beretika tapi langkahnya tetap membawanya kesana meski tahu kalau yang dilakukannya salah.
Saat sedang menyusuri hutan tiga hari lalu tanpa sengaja dia melihat Hera berlari kencang, tidak memperhatikan jalan atau lebih tepatnya tidak tahu arah.
Tentu saja dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, ditambah lagi tidak ada siapapun yang mengejar gadis itu. Dan saat itu tanpa pikir panjang dia menyamai lari gadis itu dengan jarak yang cukup jauh, tidak berani mendekat karena melihat gadis itu sepertinya sangat ketakutan.
Dan beberapa detik kemudian dialah yang dibuat terkejut dengan tindakkan gadis itu yang ingin terjun dari atas jurang. Tanpa pikir panjang dia berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkannya.
Tanpa perduli resiko yang akan dihadapinya, mana mungkin dia membiarkan orang mati didepan matanya terlebih orang itu adalah gadis yang beberapa waktu terakhir menarik perhatiannya.
Zavion menatap lamat Hera yang terbaring diatas ranjang, tidak ada tanda pergerakkan. Dua hari lalu dokter yang di mintanya datang dari daerahnya mengatakan kalau Hera mengalami trauma berat dan hanya keajaiban yang bisa membangunkan gadis itu.
"Lebih baik kita tidak terlibat!" Norman hampir mati berdiri saat melihat temannya kembali dengan seorang gadis yang jatuh pingsan. Dan lebih mengerikannya lagi adalah gadis itu merupakan istri Edmund yang terkenal sebagai raja neraka.
"Baru beberapa hari tinggal disini kau sudah kehilangan empati?" Tanya Zavion sambil berlalu keluar dari kamar yang ditempati Hera.
Norman melihat sekilas Hera lalu menghentak kaki dan segera menyusul temannya dengan raut wajah yang sangat khawatir.
"Bukannya aku kehilangan empat, tapi sebelum menolong orang lain, kau harus pastikan dirimu dalam keadaan aman. Tapi apa yang kau lakukan? Kau mengantar nyawa kita secara langsung pada dewa neraka."
"Aku tidak akan melibatkanmu."
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Kita teman, bukan teman biasa, kita lebih dari saudara. Aku punya hak mengingatkanmu." Norman terlihat sangat frustasi.
"Kau tahu apa yang kau lakukan ini sangat beresiko. Kau masuk kedalam masalah yang besar, aku yakin sekarang ini dewa neraka itu sedang mencari istrinya. Demi Tuhan, sebentar lagi kita pasti mati!"
"Dia memperlakukan gadis itu seperti binatang, sangat tidak manusiawi. Hanya karena kekasihnya mati menolong gadis itu, lantas dia menyiksanya sedemikan rupa. Sangat tidak masuk akal."
Baru kali ini Norman melihat temannya seemosional ini. Biasanya selalu tenang dan santai, senyum di wajahnya tidak pernah lepas tapi tiga hari ini tidak seperti itu.
"Dimana dirimu yang tidak suka ikut campur urusan orang lain? Disaat seperti ini kau harus acuh. Kalau kau tidak tega mengembalikannya kehutan, antarkan dia kembali pada pemiliknya."
Zavion langsung menatap temannya dengan tajam lalu berkata, "dia bukan barang! Cara bicaramu lama-lama sudah seperti warga desa ini, memalukan."
Norman menyugar rambutnya frustasti, "ok, dia bukan barang tapi juga bukan milikmu. Segera kau temui tuan Edmund dan katakan padanya kalau tiga hari lalu kau tanpa sengaja menemukan istrinya pingsan didalam hutan. Karena kalut kau membawa istrinya lalu berniat memberikan pertolongan tapi siapa sangka setelah tiga hari lamanya wanita itu tidak sadarkan diri. Katakan seperti itu, tidak sepenuhnya kau berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceJangan coba-coba berani plagiat cerita ini kalau gak mau malu dan nanggung akibatnya. Cerita ini sudah lindungi hukum yang jelas. *** Terlahir dengan julukkan 'pembawa sial' sama sekali tidak pernah diinginkan siapapun, termasuk Zhepyra Hermia (Hera...