Halo kesayangan, udah aku panjangin chapternya :)
Selamat membaca ... muuaccchhh!
****
"Aku harap kau tidak tersinggung dengan apa yang kepala pelayanku katakan." Edmund mempersilahkan Zavion masuk kedalam kastil, mengikutinya.
Dia menyerahkan cambuk dan sarung tangannya pada Polo, langkah tegap dan pastinya terdengar terhentak sepanjang jalan menuju ruangan karena boots yang dikenakannya.
Edmund pria tinggi bertubuh gagah dan kekar, tiap otot yang mencuat dibalik pakaian yang di kenakannya menandakan betapa kuatnya tubuh pria itu, tak tergoyahkan.
Zavion memiliki tubuh yang hampir sama seperti Edmund, tapi otot-otot yang tercetak dalam tubuhnya lebih menegaskannya sebagai pria yang tidak pernah mengandalkan otot dalam menyelesaikan masalah.
Beda hal dengan Edmund, yang seolah terlahir untuk menjadi petarung, ototnya seolah memang di ciptakan untuk bertarung. Tidak ada yang berani mencari masalah dengannya karena tahu akhirnya akan binasa.
Edmund tidak pernah membiarkan musuh berkeliaran disekitarnya, sangat mengganggu pandangan menurutnya. Karena itu tidak ada yang berani menjadi musuhnya, lebih baik menghindar.
Zavion tidak merasakan apapun saat masuk kedalam kastil, entah apa yang di harapkannya tapi kastil ini serasa biasa saja. Zavion benar-benar tidak bisa mencari sesuatu yang sangat ingin diketahuinya.
"Keluargamu sangat menyambutku walau kutahu ibumu sangat membenciku. Sangat aneh bertemu dengan orang asing yang langsung membenci tanpa pernah bertemu sekalipun. Aku anggap itu salah satu kebiasaan orang-orang didesamu."
Zavion meralat, "jangan samakan sikap ibuku dengan orang-orang didesa. Bisa jadi ibuku punya alasan kenapa terlihat tidak menyukaimu."
"Menurutmu kenapa dia tidak menyukaiku? Maksudku, bahkan sebagai tamu dia tidak begitu menyambutku, tidak ada ketulusan. Ada kemarahan yang tertahan dalam dirinya." Edmund mencoba berpikir lalu melanjutkan, "aku tidak mungkin salah menilai karena tuan Nohan mencoba menenangkan ibumu disetiap kesempatan. Pasangan yang kompak."
Lagi, Zavion tahu makna dari kalimat yang Edmund ucapkan.
"Sebenarnya apa yang ingin kau beri tahu?" Tanya Zavion.
"Tidak ada, memangnya apa yang harus kuberi tahu?" Edmund bertanya balik. Keduanya saling bertatapan sebelum Zavion memutuskannya lebih dulu dengan menyodorkan laporan.
Edmund menyunggingkan senyum iblisnya lalu membuka laporan yang Zavion berikan, "aku tidak ragu dengan kinerjamu. Sebentar lagi pabrik itu selesai dan kau bisa meninggalkan desa ini."
Edmund menutup berkas dan sedikit melemparnya keatas meja. Tangannya saling mengatup dengan siku menopang diantara lengan meja, "tapi kau bisa kembali sebelum pabrik itu selesai. Tidak ada masalah serius yang mengharuskanmu tinggal lebih lama. Tapi semua keputusan ditanganmu."
"Aku tidak akan pergi sebelum semuanya selesai." Edmund mengangguk acuh.
Dedikasi Zavion terhadap kerjasama ini sama sekali tidak membuatnya tersentuh. Dalam bisnis ini Zavion juga mendapat keuntungan yang tidak sedikit.
"Kunjungan raja membawa dampak besar untuk keluargamu, terutama adik perempuanmu yang sebentar lagi debut. Para pelamar yang datang pasti senang dengan kemurahan hatinya, apalagi dia tipe gadis yang ekspresif."
Zavion menatap dalam Edmund, tentu kalimat penilaian itu tidak menunjukkan penghinaan. Tapi karena Edmund yang mengatakannya, berarti ada sesuatu yang terjadi.
"Kau bicara banyak dengan adikku?"
"Tentu, raja memintanya menemaniku berkeliling di hari pertama kami tiba. Siapa sangka, gadis yang terlihat pemalu dan pendiam ternyata sangat semangat, tidak ada penolakkan saat raja memintanya, aku tahu itu bukan bentuk kepatuhan. Itu kenapa aku katakan dia sangat ekspresif, tahu apa yang di tuju dan diinginkannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
Roman d'amourNovel sedang proses cetak. Kunjungi Ig: Ado_9027 atau Novelis_ado9027 untuk info lebih lanjut. Edisi exlusive, terbatas. Hanya untuk 22 orang tercepat. Terdapat extra bab yang tidak ada di PLATFORM. *** Jangan coba-coba berani plagiat cerita ini kal...