Tidak Boleh Sakit

956 89 13
                                        

Jangan lupa koment & vote ya ^^

***
Hera tengah mengobati telapak kakinya yang terlika akibat tancapan duri kecil sepanjang jalan keluar dari tempat pemandian pria itu.

Dengan kondisi yang masih lemah dan tenaga yang hampir habis Hera mengobati telapak kakinya karena takut terinfeksi jika di biarkan terlalu lama.

Sepanjang jalan terdapat rumput berduri yang begitu sakit jika tertusuk kulit. Dan itulah yang Hera rasakan selama jalan menuju gubuk, jarak yang cukup lumayan jauh membuatnya kehilangan banyak tenaga apalagi dalam keadaan demam.

Wajah pucat dan suhu tubuh yang panas membuatnya tidak bisa bergerak dengan leluasa. Bahkan matanya tak sanggup terbuka ketika masih harus mengobati telapak kakinya yang berdarah.

Hera tertidur dalam posisi yang sangat menyedihkan.

Dilain tempat, tepatnya ditempat pemandian pribadi sang tuan rumah, Polo mengingatkan kalau Hera butuh perawatan extra sekarang ini.

"Saya mengatakan ini bukan karena menerimanya, tapi anda masih membutuhkannya, kalau dia sakit dan tidak tertolong maka anda yang rugi."

"Sejak kapan kau cerewet begini? Berhenti bicara." Tegas Edmund. Pria itu sedang berendam dalam tempat pemandian air hangat yang berbentuk seperti sungai kecil yang berbatu.

Polo membungkuk hormat, "saya anggap ucapan anda sebagai izin." Pria tua itu undur diri.

Edmund tak mengatakan apapun atas apa yang kepala pelayannya ucapkan. Dia lanjut menikmati air hangat yang merendam tubuhnya sambil membayangkan masa-masa bersama Camelia.

**
"Maaf, tapi kali ini aku tidak akan mendengarkanmu." Bacil menolak perintah Polo.

Tidak ada satupun pelayan yang sudi menemaninya kepondok tempat tinggal Hera. Tidak mungkin dia kesana seorang diri, dan untuk hal ini dia juga tidak bisa memakai kewenangannya untuk memaksa pelayan.

"Untuk apa kau perduli? Ingat, semua orang yang perduli dengannya mati mengenaskan. Lebih baik abaikan saja," ucap juru masak yang selalu kasar pada Hera tiap kali bertemu.

"Tuan masih membutuhkannya dan sekarang dia sedang sakit, aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja."

"Tuan tidak perduli dia sehat ataupun sakit, artinya tuan juga tidak perduli terhadap hidup matinya. Kau jangan ikut campur apalagi sampai berbaik hati padanya. Ingat, dia pembawa sial dan siapapun yang dekat dengannya akan mengalami kejadian buruk."

Bacil mengangguk, "apa yang dikatakannya benar. Sir, jangan sampai kau tertimpa musibah karena kasihan pada wanita itu. Demi apapun kami tidak ingin melihatmu celaka."

Tanpa mengatakan apapun Polo pergi meninggalkan dapur dimana semua pelayan berkumpul. Dia memutuskan pergi seorang diri menuju pondok dengan membawa obat-obatan dan vitamin.

Untuk ukuran orangtua sepertinya jarak antara kastil dan pondok yang ditempati Hera sangatlah jauh. Dan begitu sampai dia meletakkan kotak obat didepan pintu dengan mengetuk pintu beberapa kali tanpa mengeluarkan suara.

Satu hal yang disadarinya pondok ini jauh lebih bersih dan hidup. Terdengar pintu terbuka dan saat dia berbalik terlihat seorang gadis muda yang rapuh tak berdaya.

Gadis didepannya ini tidak terlihat sama sekali seperti orang yang dikutuk. Pembawaannya yang lembut dan binar mata yang murni membuat siapa saja bersedia melindunginya secara suka rela.

Hera menunduk takut saat Polo menatapnya lamat, terbesit rasa kasihan dalam hati pria tua itu. Membayangkan bagaimana jika putrinya yang berada di posisi gadis muda ini, pasti sangat menyakitkan untuknya.

Kenapa dunia tidak adil dalam memperlakukan setiap manusia?

"Jangan salah artikan kedatanganku, aku hanya membawa kotak obat. Selama tuan menginginkanmu hidup, kau tidak boleh sakit."

Hera semakin menunduk dengan tubuh yang sedikit gemetar, tepat dibawah kakinya ada kotak obat yang pastinya berisi obat-obatan. Selain mengangguk tidak ada yang dikatakannya.

Sebelum pergi Polo berkata, "sudah kukatakan untuk tidak pergi kesungai ataupun hutan."

Hera langsung menggeleng, "aku tidak kesana," ucapnya gemetar dengan suara yang sangat serak. Tenggorokkannya kering.

Tapi Hera langsung sadar kalau ucapannya tidak mungkin di percaya, dengan lemah dia kembali berkata, "tidak akan kuulangi."

Polo tidak mengatakan apapun, langsung berbalik pergi dan meninggalkan pondok itu.

Hera mengambil kotak obat tersebut lalu membawanya masuk kedalam. Dan saat membuka kotak obat itu ada rasa haru merayap dalam hatinya, sebab diantara obat ada obat yang sangat di perlukannya saat ini.

Sepertinya kepala pelayan itu tahu kalau telapak kakinya tertusuk duri. Dengan cepat Hera membersihkan lukanya dengan air bersih lalu mengobatinya.

Rasa perih pada telapak kakinya tidak lebih menyakitkan dari perih hatinya. Dunia ini begitu kejam untuknya dan dia di paksa hidup untuk merasakan semua kekejaman ini.

Miris, tapi itulah yang harus di jalaninya.

**
Sudah satu minggu ini Hera bolak balik pondok tempat pemandian, setiap hari dia membersihkan tempat tersebut hingga licin bersih. Bahkan jalan menuju tempat pemandian itu dia bersihkan agar tidak ada lagi rumput duri yang hidup ditengah jalan.

Selama membersihkan tempat itu tak jarang Hera melihat binatang melata berlalu lalang, beberapa waktu lalu bahkan dia bertemu dengan ular yang melintas.

Takut pasti tapi tidak berani teriak karena takut akan mengganggu para pekerja yang lain, dan akhirnya dia akan menjadi bulan-bulanan amarah mereka.

Untuk itu, Hera memilih berdiri ditempat sambil menutup mulut, membiarkan hewan berbisa itu melintas tanpa merasa terganggu. Dan untungnya hanya satu kali dia bertemu hewan tersebut setelahnya tidak lagi.

Melegakan.

Selesai membersihkan tempat pemandian Edmund, gadis itu langsung bergegas pergi karena sebentar lagi jadwal pria itu datang untuk mandi, dan dia tidak boleh berada disana.

"Apa yang tuan pikirkan sehingga memberi izin gadis sialan itu membersihkan tempat mandi pribadinya!" Kesal seorang pelayan yang tak lain adalah Bacil.

Bacil sedang melampiaskan kekesalannya pada seorang pria yang Hera tahu pelayan muda yang selalu membawakan bahan makanan untuknya.

Tidak ingin terlihat keduanya, Hera bersembunyi dibalik pohon besar yang berada dijalan lintas antara kastil dan jalan-jalan lain yang ada di estat luas ini.

Untungnya pohon besar itu bisa memeluknya sehingga tubuh kecilnya terlindungi.

"Jangan memprotes keputusan tuan, kalau ada yang dengar kau akan berada dalam masalah besar. Biarkan saja gadis sialan itu membersihkan tempat mandi tuan, kalau terjadi apa-apa pada tempat itu, dia yang akan di salahkan."

Mata Bacil membola sempurna, "maksudmu?"

Pelayan muda itu tertawa lalu berkata, "sebelum aku mengatakan, aku ingin sesuatu darimu."

Dia menarik pinggul Bacil lalu mencium kasar pelayan itu. Bacil meronta dan memcoba menjauh, dengan kasar dia mengusap bibirnya.

"Jangan melewati batasmu! Aku tidak sudi berciuman dengan pelayan rendah sepertimu!"

Pelayan pria itu terbahak lalu berkata dengan sinis, "kau pikir kau siapa? Kau juga pelayan, apa yang kau harapkan dengan statusmu itu? Tuan rela tidur denganmu? Kalaupun dia menidurimu, kau akan di campakkan setelahnya."

Bacil menggeram, "lebih baik seperti itu daripada tidur denganmu."

"Kalau begitu aku tidak akan membantumu, padahal rencanaku cukup cemerlang membuat gadis sialan itu di siksa tuan habis-habisan."

SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang