Halo kesayangan ....
Mau nginfo, cerita baruku udah tayang di Karyakarsa dengan judul = Ikrar Cinta Lintang.
Sok mampir, mana tau suka. Alurnya ringan tapi menguras airmata, related sama kehidupan sehari-hari kita :)***
Hera mengobati luka yang berada di telapak kakinya saat Edmund masuk. Pria itu mengenakan pakaian berkuda, sepertinya bersiap ingin menunggang kuda, rutinitasnya setiap pagi.
Edmund duduk dikursi dengan santainya, mengamati Hera yang mengolesi salap di telapak kakinya. Tampak Hera mulai tak nyaman karena keberadaan Edmund, pria itu menikmatinya.
"Adik kekasihmu datang jauh-jauh kemari untuk bertemu denganku. Bagaimana baiknya aku menyambutnya? Membawanya langsung keatas ranjangku atau ..."
Edmund tidak melanjutkan ucapannya karena reaksi Hera, gadis itu mengangkat kepala, menatapnya.
"Jangan menatapku begitu, aku belum mencicipi tubuhmu." Hera menggigit bibir dalamnya sekuat mungkin.
Edmund beralih ketelapak kaki Hera, "luka itu sejak kapan?"
Hening.
"Aku paling tidak suka bicara sendiri seperti orang gila!" Bersamaan dengan itu terdengar guci hias di ujung ruangan pecah, Edmund melemparnya dengan tongkat.
Hera terkejut mendengar pecahan guci begitupun dengan Polo yang berdiri didepan pintu, menunggu perintah sang majikan.
Edmund memukul keras meja, "duduk disini!" Perintahnya yang langsung di patuhi Hera. Tertatih gadis itu jalan dan duduk diatas meja sesuai keinginan Edmund.
Edmund menarik kaki Hera, melihat luka yang ada di telapak kaki gadis itu, "seingatku, aku belum melukai bagian ini, siapa yang melakukannya?"
"Tanpa sengaja aku menginjak bara api."
"Tanpa sengaja? Kau bodoh atau idiot? Otakmu dimana saat melewati bara api? Kekasihmu bisa kau bohongi, aku tidak." Edmund menekan kuat telapak kaki Hera mengakibatkan gadis itu menjerit rendah dengan tubuh tersentak.
Hera menangis karena Edmund melebarkan luka, darah kembali keluar, "kalau tidak di obati dengan benar, bisa infeksi. Kalau sudah parah kakimu bisa di potong. Aku tidak sudi tidur dengan perempuan cacat!"
Edmund menatap tajam Hera, "atau itu yang kau inginkan? Berharap menjadi cacat agar tidak melayaniku, kau pikir aku akan membuangmu? lalu kekasih bodohmu itu memungutmu kembali!"
Edmund berdecih kejam, "jangan harap, kau akan tetap disini meski dalam keadaan cacat. Kalau tidak bisa melayaniku bukan berarti kau aman."
Edmund menekan kuat telapak kaki Hera, gadis itu tak kuasa menahan sakit, menjerit kesakitan. Polo yang mendengar teriakkan Hera langsung masuk, mencoba menenangkan tuannya.
"Tuan, kalau anda menekan luka terlalu kuat, luka akan semakin parah." Polo mencoba mengingatkan tuannya, tapi nihil. Pria itu terlihat menikmati teriakkan Hera.
"Hentikan!" Teriak Hera sambil mencoba menarik kakinya tapi gagal.
Polo menatap Hera lamat, "katakan pada tuan yang sebenarnya. Bagaimana bisa kau terluka seperti ini?" Polo mengangguk kecil pada Hera, meminta gadis itu untuk tidak menentang tuannya.
"Keluar!" Bentaknya pada Polo. Polo langsung keluar dengan harapan Hera mengerti maksudnya.
Edmund menarik Hera berdiri lalu menghempasnya hingga tersungkur kelantai. Lalu dia beranjak dari tempatnya, mengunci pintu agar tidak ada pengganggu.
Dia menyambar cambuk kuda yang di letakkannya dimeja hias samping pintu, menggulungnya ditelapak tangan lalu melibasnya keudara.
"Jawab atau kuhiasi tubuhmy dengan bekas cambuk!" Guci kembali pecah karena sahutan cambuk kuda Edmund.

KAMU SEDANG MEMBACA
Samar
RomanceNovel sedang proses cetak. Kunjungi Ig: Ado_9027 atau Novelis_ado9027 untuk info lebih lanjut. Edisi exlusive, terbatas. Hanya untuk 22 orang tercepat. Terdapat extra bab yang tidak ada di PLATFORM. *** Jangan coba-coba berani plagiat cerita ini kal...