'Terkadang kita terlalu dipaksa oleh keadaan. Bimbang lebih memilih ego atau menyalahkan keadaan.''
"Darren!"
"MasyaAllah ganteng banget!"
"Gantengnya nggak ketulungan!"
"Damagenya nggak ada otak!"Teriakan kumpulan anak cewek yang sedang menyaksikan pertandingan basket. Terlihat raut wajahnya yang sangat sumringah dengan kedua tangannya yang melambaikan ke arah pemilik nama tersebut dengan kedua kaki yang seraya ikut berloncatan kecil.
Vanka dan Shepora yang sudah berada diantara sekumpulan cewek-cewek tersebut.Mendengar segala sontakan dari cewek-cewek tadi, Shepora merasa bingung siapa sebenarnya nama Darren yang begitu membuat cewek-cewek tersebut tergila-gila bak jatuh cinta.
"Yang namanya Darren yang mana sih? Kok banyak banget fansnya." guram Shepora sambil melihat satu persatu para pemain basket.
"Tuh Darren yang nomor punggung 10." jawab Naomi yang ada di sebelah Shepora.
Cowok berparas rupawan, rambutnya hitam kelam dengan potongan rambut bagian bawah dibuat tipis dan bagian atas dibiarkan agak panjang menghadap ke samping, matanya hitam tajam, alis hitam tebal, bertubuh tinggi dengan kulit kuning langsat. Sosok cowok itulah yang menjadi banyak incaran para kalangan kaum cewek-cewek di SMA Aestro.
"Eh buset! Emang paling ganteng itu! Kakak kelas ya?" tanya Shepora penuh tebakan.
"Bukan! Dia anak kelas sebelah, anak Xl IPS 2." balas Naomi menatap Shepora.
"Anjir perasaan nggak pernah lihat. Apa ngumpet ya tuh cowok biar nggak ketahuan gue?." tawa Shepora sambil menyenggol tubuh Vanka yang ada di sebelahnya.
"Giliran urusan goodlooking langsung maju paling depan." sindir Vanka dengan berbalas senggolan pada tubuh Shepora.
"Kalo yang ini buat lo aja deh, ikhlas gue." ledek Shepora pada Vanka
Vanka menatap Shepora dengan kesal. "Apaan sih! Random banget lo."
"Ganteng banget kek gitu yakali diskip. Cuman buat orang burem kali yang nggak mau sama dia." canda Shepora pada Vanka yang terlihat kesal.
"Percuma lo ngomong sama orang burem. Nggak kelihatan!" tukas Vanka sambil memutarkan kedua bola matanya.Memang terlihat Darren begitu rupawan di mata para cewek yabg sedang menyaksikan latihan basket kali ini ataupun cewek yang sudah mengenalinya, tetapi bagi Vanka menganggap cowok ganteng adalah hal yang berlebihan karena pada dasarnya cowok adalah seorang yang dilahirkan ganteng, walaupun bagi setiap insan ganteng adalah hal relatif, sehingga jika ditanya tentang kegantengan cowok pasti dia memilih mendengarkan pendapatan orang sekitar saja.
''Ganteng lo, Van. Ganteng kan, Van?'' canda Naomi yang tersenyum melirik ke arah Vanka.
''Pasti dalam hatinya 'ganteng banget tuh cowok parah kacau gila'.'' lanjut Shepora dengan tertawa kecil sambil menyenggol samping badan Vanka.
''Kalo itu suara hati lo.'' cetus Vanka yang memutarkan bola matanya.Ting!
Langkah kaki terhenti oleh suara notifikasi dari layar handphone, Darren segera mengambil handphonenya yang berada di tas ranselnya. Dengan segera, jari tangannya berlangsung menekan tombol handphonenya.
Kak Daniel: Gue tunggu di lapangan basket sekarang!Darren merasa kebingungan atas perintah dari Daniel, ketua basket SMA Aestro. Batinnya mengapa harus ke lapangan basket lagi sedangkan baru saja tadi usai dilakukannya latihan basket dan ini pun kejadian yang sangat langka bagi Darren, yaitu mendapatkan pesan via wa dari Daniel hingga melakukan pertemuan kepadanya.
"Woi lo ngapain bengong di situ bambang?" tanya Gerald menghampiri Darren.
Darren bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan kedua temannya, Gerald dan Rafael.
"Lo pulang aja duluan! Gue mau ada urusan."
"Urusan apaan woi? Kita ikutan dong!" cetus Rafael penuh kebingungan.Mereka berdua mengikuti langkah kaki Darren dari belakang, ternyata tempat yang dituju adalah lapangan basket. Terlihat seorang cowok yang mengenakan baju basket dengan pemilik nomor punggung 28 sedang asyik melakukan dribbling bola. Dia adalah Kapten Tim Basket SMA Aestro, Daniel Caesario.
Darren menghampiri Daniel dengan langkah ragu. "Maaf kak, ada apa ya?"
"Nggak usah banyak nanya! Sekarang kita one by one, Kalo lo nggak mau, gue cap cemen! Nggak pantes masuk grup basket SMA Aestro!" tegas Daniel menatap Darren dengan tajam.
Darren semakin merasa kebingungan apa maksud dari rencana yang akan dilakukan Daniel kepadanya.
"Ini maksudnya apa ya, Kak?" balas Darren dengan spontan.
Daniel melangkahkan kakinya maju mendekati Darren, dekat saling berhadapan.
"Udah dibilang nggak usah banyak nanya! Lo berani nggak?" balas Daniel dengan teriakan keras.
"Oke Kak! One by one!" jawab Darren perlahan.
Daniel kembali menatap Darren. "Kalo lo menang gue bakal kasih posisi ketua basket ke lo setelah gue lulus! Tapi kalo lo kalah, lo harus ngelakuin challenge dari gue!" tegas Daniel sambil menepuk salah satu lengan Darren.
"Woi lo berdua yang jadi wasit!" teriak Daniel pada Gerald dan Rafael di sudut lapangan yang sedang memperhatikan dari kejauhan.Permainan berjalan cukup sengit, skor sementara Daniel unggul dari Darren dengan poin 18-15. Darren yang terus berusaha mengejar poin agar bisa mengalahkan Daniel, karena menjadi ketua basket adalah salah satu hal yang sangat dia mimpikan.
Gerald dan Rafael yang menyaksikan pertandingan mereka ikut terbawa suasana cemas bagaimana yang akan terjadi bila kekalahan terjadi pada Darren.
"Gila bro! Gimana coba kalo Kak Daniel yang menang? Gue udah kebelet ni" resah Rafael dengan napas cepat.
"Lagi gawat kek gini lo masih aja bercanda!" balas Gerald mengerutkan bibirnya.
Rafael melirik Gerald. "Siapa coba yang bercanda? Gue juga lagi tegang!"
"Mending lo diam dulu deh! Daripada nyerocos mulu kek ibu-ibu arisan" timpal Gerald menaikkan alisnya.
"Jadinya siapa yang bercanda? Penting lo bahagia." canda Rafael terkekeh melihat amarah Gerald.Jangan lupa vote dan ramein commentnya ya teman-temanku, vote dan comment kalian semua sangat berarti bagiku.
Jika ada saran atau apapun silahkan diungkapkan guys.
Terima kasih sudah membaca, tungguin next chapter ya.
See u, reader.
Love u all.
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...