''Semua angan-angan pasti tercipta, tetapi kenyataan tergantung pada takdir yang menentukan segalanya.''
Tangan lentiknya menggerakkan pulpen di atas sebuah lembaran buku. Dengan pandangan mata begitu fokus mengamati beberapa tulisan pada buku tebal terbuka lebar di atas meja belajarnya. Malam ini Vanka kembali produktif untuk mengerjakan tugas sekolahnya untuk besok hari.
Seketika kegiatannya terhenti karena keberadaan Mamanya yang ingin menyampaikan sesuatu hal dan masuk ke dalam kamar.
"Vanka! Ada Darren di depan!" sahut Mamanya dari arah pintu masuk ke dalam kamar.
"Darren mulu! Apa nggak capek Mama bolak-balik masuk keluar kamar Vanka cuman mau bilang Vanka ada Darren terus? Males banget dengernya!" celetuk Vanka yang meneruskan kegiatan menulisnya.
"Capek? Mama malah seneng banget Darren kesini apalagi mau ketemu kamu." pungkas Mamanya tersenyum pada Vanka.
"Kok nggak berdiri-berdiri sih? Buruan sana samperin Darren!" lanjut Mamanya menutup buku yang ada di depan meja Vanka.
"Vanka lagi belajar Mama. Katanya tadi Mama yang seneng Darren kesini, yaudah sana samperin aja sendiri ajak ngobrol kek!" terang Vanka kembali membuka buku yang telah ditutup oleh Mamanya.
"Belajarnya bisa ditunda dulu. Udah deh sana cepetan!" perintah Mamanya memegang kedua tangan Vanka agar berdiri dari kursi tempat duduknya.
"Baru kali ini ada seorang Ibu yang lebih mendukung anaknya pacaran daripada mentingin belajar!" gumam Vanka yang akhirnya berdiri dan melangkah kakinya berjalan keluar dari pintu kamar.Darren yang sudah duduk di sofa ruang tamu dengan kedua matanya fokus tertuju pada layar handphone yang dia pegang oleh kedua tangannya.
"Lo mau ngajak gue keluar? Gue nggak bisa! Gue lagi banyak tugas!" jelas Vanka berdiri di samping sofa yang Darren duduki.
"Gue mau ngajakin lo kerjain tugas bareng." lanjut Darren sembari mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya.
"Ngapain coba pakek kesini? Kerjain di rumah lo bisa kali. Nggak ada temannya? Suruh temenin si kucing lo!" tangkas Vanka mengerutkan kening melirik Darren dengan kesal."Ngomel mulu udah mau nyaingin Mama aja! Buruan bukunya diambil trus dikerjain bareng sama Darren!" tukas Mamanya dari arah belakang dengan kedua tangannya membawa sebuah nampan yang terdapat dua cangkir berisi teh hangat.
"Tadi disuruh nggak belajar, sekarang balik suruh lagi!" geram Vanka melangkahkan kakinya sampai terdengar suara dari kedua kakinya yang menyentuh lantai.Vanka bergegas mengambil beberapa buku yang dia gunakan untuk mengerjakan tugasnya tadi. Kemudian kembali berjalan menuju ruang tamu.
"Belajar yang bener! Biar jadi dokter." ucap Mamanya yang duduk di sofa bagian depan Darren.
"Yaelah dokter mulu! Sekali-kali biar jadi presiden gitu kek!" sahut Vanka berjalan dan duduk di samping Mamanya.
"Yaudah terserah mau jadi apa. Yang penting halal." canda Mamanya tersenyum ke arah Darren yang memperlihatkannya dari tadi.
"Lucu banget, Ma. Mendingan Mama bobok cantik sana! Daripada gabut disini." pinta Vanka melirik Mamanya sambil menyipitkan matanya.
"Yaudah deh Mama mau tidur aja. Darren belajar yang bener ya! Biar jadi mantu Tante." jelas Mama Vanka berdiri meninggalkan mereka berdua.
"Mantu apaan? Sekolah dulu yang bener!" gerutu Vanka mendengus pelan.
"Emang nggak mau punya suami ganteng kek gue kek gini? Banyak yang antri di belakang lo." beber Darren menaikkan alisnya.
"Ganteng bukan segalanya kali! Emang lo loket tiket pakek antrian segala?" cetus Vanka segera membuka bukunya.Tingkah laku obrolan Darren dan Vanka selalu menciptakan canda tawa di setiap pertemuannya. Inilah yang menjadi suatu hal kebahagiaan sendiri untuk Mama Vanka, karena adanya kehadiran Darren di kehidupan Vanka, rasanya menyenangkan walau tampak tidak begitu tenang.
Setelah sekian lamanya aku ga update ya guys, so sorry karna lagi banyak kesibukan akhir-akhir ini, aku harap kalian bisa memakluminya.
Gimana makin seru dan menarik kan kisah mereka berdua? Yuk pantau seru setiap next chapternya. Jangan lupa comment dan kasih vote kalian dengan klik bintang di bagian bawah.
I love u my readers, see u my lovers!!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...