''Kebahagian bisa diciptakan dengan sendiri, tetapi bukanlah lebih indah jika ada yang menemani?''
Mereka tetap saja saling terdiam dan kedua matanya saling bertatapan pada satu arah yang sama. Darren yang terlihat begitu menyakinkan perasaan Vanka, sedangkan Vanka yang begitu bingung apa maksud yang ini semuanya.
''Emang lo mau sama gue?'' tanya Vanka dengan nada yang cepat.
''Mau.'' jawab Darren dengan singkat.
''Mau doang apa mau aja apa mau-mauan?'' cetus Vanka dengan memalingkan pandangannya.
''Selama sebulan, gue pastiin bakal bikin lo bahagia.'' tutur Darren yang berusaha menarik kembali simpatik dari Vanka.
''Kalo nggak bahagia?'' sahut Vanka dengan nada sinis.
''Gue bakal bikin lo bahagia.'' jelas Darren dengan kedua matanya yang terus melihat ke arah wajah Vanka.
''OK. Siapa yang nyuruh lo?'' balas Vanka yang mulai menatap Darren.
''Jadi, lo mau?'' tanya Darren yang berusaha meyakinkan jawaban dari Vanka.
''Mau nggak mau katanya bakal dibikin bahagia.'' timpal Vanka kembali memalingkan pandangannya dari Darren.
''Bilang ''mau'', Vanka!'' tutur Darren dengan suara perlahan kepada Vanka.
''Mau, Darren.'' ujar Vanka dengan nada perlahan dengan kedua matanya kembali menatap Darren.
''Jadi, siapa yang nyuruh lo?'' lanjut Vanka kembali pada pertanyaan yang dia nantikan jawaban nya sedari tadi.
"Kapten Basket." jawab Darren sambil menghembuskan napasnya pelan.
"Lo pasti kalah dari dia dengan konsekuensi lo harus deketin gue, trus nembak gue dan pastinya lo disuruh biar bikin gue sampek baper tergila-gila sama lo, setelah itu lo akan putusin gue begitu aja?" lontar Vanka menatap Darren tanpa terkedip.
"Terus lo nggak mikirin gimana yang bakal terjadi? Coba bayangin! Kalo yang jadi korban ini cewek lain? Lo tega bikin cewek itu sakit hati? Bikin dia terbang tinggi trus lo jatuhin gitu aja!" tegas Vanka dengan rahangnya mengeras sambil kedua matanya yang begitu menatap Darren.
''Gue...''Ucapan Darren terpotong karena kedatangan Mama Vanka secara tiba-tiba dengan membawakan dua cangkir berisi teh hangat yang menghentikan percakapan mereka berdua.
"Aduh maaf ya nunggu lama! Soalnya tadi gasnya ada masalah sedikit." ucap Mama Vanka seraya meletakkan kedua cangkir berisi teh di atas meja tempat duduk mereka berdua.
"Makasih banyak, Tante." balas Darren tersenyum pada Mama Vanka.
"Darren kok nggak diajak masuk ke dalam sih, Vanka? Ayo masuk dulu ngobrol-ngobrol dulu!" tanya mamanya pada Vanka yang sedang meminum teh.
"Sama aja kali, Ma. Sama-sama duduk sama ngomongnya kan?" jawab Vanka meneguk tehnya ke dalam mulut.
"Yaudah kalo nggak masuk, Mama ambil kursi dulu." ujar mamanya melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah dan kembali keluar rumah membawa kursi lipat.
"Astagfirullah. Ngapain coba ribet banget jadi emak-emak!" gumam Vanka mengerutkan aslinya menatap mamanya.
"Kamu satu kelas sama Vanka?" lanjut Mama Vanka bertanya pada Darren.
"Kebetulan beda kelas. Tapi kelasnya sebelahan, Tante." sambung Darren menyipitkan matanya.Mama Vanka menggangguk tersenyum pada Darren. "Kalian kenal udah dari kapan?" imbuh Mama Vanka melanjutkan pembicaraannya.
"Sejak masih dalam rahim, Ma! Ngapain coba nanya-nanya? Udah ngalahin wartawan aja." timpal Vanka menatap mamanya dengan kesal.
"Orang Mama nanya ke Darren. Kenapa kamu yang ngomel-ngomel?" gerutu mamanya mengerutkan dahinya melirik Vanka.
"Oh iya ya. Tadi katanya Darren ada janji deh sama temannya sekitar jam 4 sore. Nah ini kan udah mau jam 4. Jadi, Darren harus cepet pulang, takutnya nanti temannya marah ke Darren trus dia nggak ditemenin selama sebulan, Ma. Parah kan!" sahut Vanka melirik ke Darren memberi kode agar dia cepat pulang dari rumahnya.
"Oh iya hampir lupa untung diingetin sama Vanka. Kalo begitu, saya pamit pulang dulu ya Tante. Terima kasih banyak udah dibikinin minum. Ngrepotin banget." sambut Darren bergegas berdiri dari duduknya bersalaman kepada Mamanya Vanka berpamitan untuk pulang.
"Oh iya-iya. Sering-sering ya main kesini! Kamu hati-hati di jalan! Salam buat Papa Mama di rumah!" tutur Mama Vanka memegang lengan tangan Darren.
"Baik, Tante. Assalamualaikum." pamit Darren mulai melangkah kakinya berjalan menuju letak motornya.
"Wa'alaikumussalam." jawab Mama Vanka tersenyum melihat Darren menaiki motornya.Tin!
Suara klakson dari motor Darren memberi tanda kepada Vanka dan mamanya lalu dia melajukan motornya keluar dari gerbang rumah Vanka.
"Punya pacar kok nggak bilang-bilang!" pungkas mamanya melirik Vanka.
"Aha! Waktunya ganti baju!" balas Vanka segera berlari masuk ke dalam rumahnya.
"Kebiasaan deh! Selalu lari dari kenyataan!" pinta mamanya memberesi bekas cangkir minum teh Vanka dan Darren.Vanka berdiri di depan sebuah kaca berbentuk persegi panjang yang menempel pada dinding kamarnya. Vanka mulai menatap kaca tersebut dan mulai menghembuskan napasnya secara perlahan. Kedua tangannya mulai mengacak-acak rambutnya yang sedari tadi terlihat rapi sempurna sekarang sudah tidak, rambutnya terlihat berantakan.
''Ih apaan sih maksud lo?'' ucap Vanka dengan raut wajah geram.
''Hahh!!!'' Vanka berteriak dan berlangsung melempar badannya pada kasur kamarnya.
Teriakan tersebut ternyata terdengar sampai telinga Mamanya yang sedang berada di dapur. Mamanya yang mendengar berlangsung melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar Vanka.
''Vanka, kenapa teriak-teriak?'' sahut Mamanya yang sudah berada di depan pintu masuk kamar Vanka.
''Ada kecoa, Ma tadi. Orang nggak teriak-teriak kok. Cuma ''Hahh'' doang juga dibilang teriak-teriak.'' jawab Vanka dengan nada yang menggerutu.
''Makanya kalo punya kamar dibersihkan biar nggak jadi sarang kecoa.'' cetus Mamanya yang melihat ke berbagai surut kamar Vanka.
''Bersih banget ini, Ma.'' ucap Vanka yang mengamati berbagai sisi kamarnya.
Ya, sebenarnya kamar Vanka memang selalu terlihat bersih dan rapi, karena Vanka selalu rajin untuk membersihkan dan menata kamarnya. Tetapi kali ini Vanka berbohong kepadanya Mamanya tentang kecoa tersebut. Karena jika Vanka jujur, akan lebih memperpanjang masalahnya.
''Janji nggak ''Hahh'' kalo ada kecoa.'' canda Mamanya yang menyentuh salah satu pipinya dengan tertawa kecil.
''Ih Mama. Nggak usah noel-noel segala.'' gerutu Vanka yang melirik ke arah Mamanya yang tertawa kecil karena berhasil memuat Vanka terlihat kesal.Jangan lupa vote dan ramein commentnya ya guys, anggap seperti ninggalin jejak baca kalian disini hihiii.
Terima kasih selalu buat yang sudah neluangkan waktu untuk baca.
See u next chapter ya semuanya.
Love u all, readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Roman pour AdolescentsBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...