Chapter 38 -He Was The One Waiting-

88 4 0
                                    

''Dia hadir terkadang tidak dipedulikan, tetapi ketika dia tidak hadir, kehadirannya begitu ditunggu.''

Pagi hari ini, Mama Vanka terlihat sudah berada di dapur dengan kedua tangannya yang sedang memasukkan beberapa donat ke dalam sebuah wadah berbentuk kota. Tidak lupa, dia segera menutup wadah tersebut. Setelah dia melakukan kegiatan itu, dia berlangsung memanggil Vanka agar segera berangkat sekolah.
"Vanka! Buruan nanti telat lo!" teriak Mamanya dari arah dapur terdengar sampai kamar Vanka.

Vanka bergegas meransel tas di pundaknya dan berjalan menuju dapur untuk berpamitan kepada Mamanya.
"Tara! Donatnya jadi! Lebih banyak varian rasa!" ucap Mamanya penuh bersemangat.
"Wah! Enak banget pasti. Tapi semoga uangnya nggak hilang lagi ya, Ma." gumam Vanka menundukkan kepala.
"Eh nggak boleh ngomong kek gitu! Insya Allah hari ini emang rezeki kita! Nanti uangnya disimpan baik-baik! Kamu semangat belajarnya!" papar Mamanya menyerahkan wadah berisi donat.
"Hari ini Darren nggak jemput?" tanya Mamanya kepada Vanka.
"Vanka kan bisa naik bus. Vanka berangkat sekolah dulu ya, Ma. Assalamu'alaikum." pamit Vanka mencium tangan Mamanya.
Mengapa Darren tidak datang ketika Vanka sangat membutuhkan kehadirannya, itu yang ada dibenak Vanka saat ini.

Vanka melangkah kakinya satu persatu turun dari bus dengan kedua tangannya membawa wadah berisi donat. Dari arah yang belakang, terlihat Shepora yang berjalan menghampiri Vanka yang berada tepat di depan arah posisi jalannya.
"Sendirian aja, Neng!" sahut Shepora mengangetkan Vanka.
"Yaampun Shepo! Kebiasaan deh ngagetin orang!" keluh Vanka menghembuskan napasnya.
"Bercanda atuh Neng. Wah ada donat ni!" ucap Shepora tersenyum melihat wadah yang dibawa Vanka.
"Gue mau ke kantin dulu. Lo mau ikut?" tanya Vanka melirik Shepora.
"Mau dong. Cus meluncur!" tegas Shepora mengandeng salah satu tangan Vanka berjalan menuju kantin.
Tidak ada Darren, tetapi sosok Shepora juga selalu ada di sampingnya.

Mereka berdua sudah berada di kantin untuk menemui Mpok Surti. Kedua tangan Vanka lalu menyerah wadah kotak donat yang dia bawa kepada Mpok Surti.
"Ini ya, Mpok." ucap Vanka memberikan wadah berisi donat ke tangan Mpok Surti.
"Wah donatnya tambah warna-warni! Tambah laris manis pasti!" sahut Mpok Surti sangat tertarik melihat semua donat yang dibawa oleh Vanka.
"Dijamin deh yang makan hidupnya lebih berwarna!" pungkas Shepora menahan tawanya.

Kelas XII IPS 2 waktunya adalah mapel penjas orkes yang berarti semua harus berganti pakaian olahraga dan segera berkumpul di lapangan sekolah. Terlihat Gerald dan Rafael yang bergegas mengeluarkan pakaian olahraga mereka dari dalam tas.
"Let's go to ganti baju!" tangkas Rafael berjalan ke bangku Darren dengan membawa pakaian olahraga di kedua tangannya.
"Ayo Ren!" ajak Gerald menepuk pundak Darren.

Darren bergegas mengambil pakaian olahraga miliknya dari dalam tas. Tetapi Darren hanya mengeluarkan celana olahraga saja dan berusaha mencari dimana letak baju olahraganya.
"Sumpah gue cuman bawa celananya doang!" cetus Darren mengeluarkan semua barang yang ada di tasnya.
"Yaelah nggak usah bercanda deh!" sambung Gerald membantu mencari di dalam tas Darren.
"Beneran woi! Lihat semua udah gue keluarin! Baju gue ketinggalan!" pungkas Darren mendengus kesal.
"Alamak tamat riwayat lo!" timpal Rafael menepuk dahinya.
Darren benar-benar tidak tertebak, sampai bisa mengalami hal konyol seperti ini.

Prit!

Semua siswa-siswi berkumpul di lapangan sekolah dengan berbasis rapi ke arah samping. Di sudut paling kiri terlihat Darren yang masih mengenakan pakaian seragam.
"Darren! Kamu ngapain belum ganti baju?" tegas Pak Anton selaku Guru Penjas Orkes.
"Saya cuman bawa celananya doang, Pak. Baju saya ketinggalan." ucap Darren dengan ragu.
"Ketinggalan-ketinggalan! Sana bersihin aula sampai kinclong! Selesai jam olahraga saya akan cek!" cetus Pak Anton berteriak ke arah Darren.

Prit!

Suara peluit peringatan untuk Darren. Kemudian dia bergegas berlari menuju aula sekolah.
Dengan membawa alat kebersihan, Darren berjalan masuk ke dalam aula yang begitu luas tanpa terdapat sesuatu barang di dalamnya.
"Gila berapa meter coba?" dengus Darren memulai menyapu bagian lantai aula.

Jam istirahat telah tiba,secara jam mata pelajaran olahraga untuk Kelas XII IPS 2 sudah berakhir. Gerald dan Rafael segera menuju ke kantin untuk membeli makan dan minuman. Di saat mereka berjalan, Rafael melihat Vanka dan Shepora yang sedang menikmati makanan mereka. Tidak lama kemudian, akhirnya Rafael segera menghampiri mereka berdua, dan disusul Gerald yang mengikuti dari belakang.
"Heem heem!" sambut Rafael berjalan bersama Gerald mendekati tempat makan Vanka dan Shepora.
"Kurang kerjaan ya? Kalo kurang kerjaan mendingan bantuin Mpok Surti cuci piring sana!" tukas Shepora menyendok makanannya.
"Ampun deh Neng Shepora jangan marah-marah nanti cepat tua lo!" canda Rafael menurunkan alisnya.
"Kalo belum nambah umur ya belum tualah!" pungkas Shepora menelan makanannya.
"Sebenarnya kalian ada masalah apa sih? Dari awal ketemu sampek sekarang ribut mulu." sambung Vanka menyedot minumannya.
"Nggak ada masalah sih. Cuman Shepora aja yang belum bisa menerima gue apa adanya." ucap Rafael melirik Shepora.
"Berisik banget sih! Daripada ngomong aja nih makan tuh sambel!" geram Shepora menyodorkan wadah kecil berisi sambal kepada Rafael.
"Sungguh teganya dirimu padaku!" keluh Rafael mengerutkan bibir.

"Oh iya, Van! Lo udah tau belum? Darren dihukum sama Pak Anton bersihin Aula. Soalnya waktu jam olahraga dia cuman bawa celana doang, bajunya ketinggalan." papar Gerald kepada Vanka.
"Astaga tuh bocah! Ganteng-ganteng konyol juga ternyata." tawa Shepora memukul meja di depannya perlahan.
''Gue ganteng nggak?'' sahut Rafael tersenyum ke arah Shepora.
''Nggak.'' terang Shepora berlangsung menyendok baksonya dan memalingkan pandangan dari Rafael.

Kali ini Vanka sedang berjalan menuju ke arah pintu gerbang keluar dari sekolah. Dari arah belakang, salah satu tangannya ditarik oleh seorang yang ada di belakangnya.
Vanka segera berbalik arah ke belakang, ternyata sosok tersebut adalah Darren. Ini yang Vanka tunggu.
"Ada yang habis dihukum bersihin Aula sampek kinclong nih. Cuman bawa celana doang!" ujar Vanka tertawa melirik Darren.
"Sumpah kalo lo nggak percaya! Nih gue cuman bawa celananya doang!" terang Darren menunjukkan celana olahraga dari dalam tasnya.
"Nggak heran sih! Kan lo emang agak miring dikit!" ledek Vanka menahan tawanya.
Memang ya terkadang tingkah laku seorang Darren yang menyeleneh, tidak ada habisnya. Apa yang tadi terjadi pada Darren membuat Vanka semakin tertawa ditambah melihat kehadiran Darren ada di depan matanya, ngakak abis.

Perjuangan Mama Vanka benar-benar kasih sayang ibu sepanjang masa ya. Vanka juga anaknya pantang menyerah. Support sytem power!!!

HAHA ada yang ketawa gara-gara kelakuan Darren. Eitss disini jangan-jangan ada yang pernah ngerasain kejadian sama kek Darren gasi? Ngaku dong my readers hihi canda.

Gimana guys? Sampai sini? Atau mau lanjut terus kan? Yes, tungguin terus next chapternya!!! See u my lovers.<3

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang