Chapter 39 -Wrong Good Intentions-

81 0 0
                                    

''Niat hati baik, mungkin hanya salah waktu.''

"Assalamu’alaikum Mama." sapa Vanka berjalan mendekati Mamanya yang duduk di kursi dapur.
"Waalaikumussalam. Semangat banget. Ada berita bahagia pasti?" lanjut Mamanya tersenyum pada Vanka.
Kemudian Vanka langsung memeluk badan Mamanya.
"Alhamdulillah uangnya nggak hilang, Ma!" girang Vanka melepaskan pelukannya dan menunjukkan beberapa lembar uang kepada Mamanya.
"Alhamdulillah. Makasih banyak sayangnya Mama!" ucap Mamanya mengecup dahi Vanka.
Vanka benar-benar bahagia, dia kembali melihat Mamanya tersenyum bahagia karenanya.

Vanka bersiap memasang jepitan pada bagian sudut rambutnya. Hari ini Vanka kembali bersemangat dengan berjalan keluar dari kamar untuk menemui Mamanya.
"Good morning Mamaku sayang!" sambut Vanka sangat bersemangat.
"Good morning Vanka sayang! Hari ini Mama nggak bikin donat soalnya bahannya udah habis." papar Mamanya sambil mengaduk masakan pada wajan di atas kompor yang menyala.
"Oh yaudah nggak papa, Ma! Vanka pamit mau berangkat dulu!" pamit Vanka mencium tangan Mamanya.
"Tunggu sebentar! Ini uang buat bayar tanggungan sekolah. Jangan lupa dibayar ya!" pungkas Mamanya menyerahkan beberapa lembar uang di bungkus amplop kepada Vanka.
"Vanka sayang banget sama Mama!" sahut Vanka langsung memeluk badan Mamanya.
"Kamu nggak sarapan dulu gitu?" tanya Mamanya melepaskan pelukan dari Vanka.
"I love you Mama." ucap Vanka melebarkan senyumannya.
Sayang, kasih dan cinta tiada tara adalah sosok seorang ibu, seperti sosok Mamanya Vanka.

Darren melangkah kakinya turun satu persatu melewati anak tangga menemui Mamanya yang sedang memasak sesuatu di dapur. Walaupun Mamanya adalah seorang pekerja kantor tetapi dia sering memasak sarapan untuk Darren.
"Darren sarapan dulu!" perintah Mamanya mengambil piring di sebuah rak.
"Aduh Ma! Takut telat. Hmm aku bekal aja gimana?" tanya Darren mendekati Mamanya.
"Boleh banget! Bentar Mama siapin dulu!" ucap Mamanya mengambil kotak makan pada rak.
"Dua ya, Ma!" jelas Darren berarah pada Mamanya.

Jam istirahat telah tiba, semua berhamburan keluar dari kelas untuk menuju ke kantin. Terlihat Shepora yang sudah berdiri dari bangku kursinya untuk segera bergegas menuju kantin, di satu sisi terlihat Vanka yang masih terdiam duduk di kursi bangku miliknya.
"Jangan bilang kalo lo nggak ke kantin lagi!" tukas Shepora melirik Vanka.
"Gue mau ke TU, Shepo. Jadi lo ke kantin sendiri ya! Tenang nanti di kantin ketemu sama Rafael biar nggak kesepian! Bye!" pungkas Vanka segera berjalan keluar dari kelas dan meninggalkan Shepora sendiri di dalam kelas.
"Mentang-mentang lo dapat Darren, gue dicombalingin gitu aja!" gumam Shepora berjalan menuju pintu keluar dari kelas.

"Ada apa Vanka?" tanya Bu Amara menatap Vanka yang duduk di kursi depan mejanya.
"Saya mau membayar tanggungan yang belum lunas, Bu." balas Vanka mengeluarkan amplop pada dalam saku rok.
"Uangnya kamu simpan aja ya! Semua biaya tanggungan kamu udah lunas!" terang Bu Amara tersenyum kepada Vanka.
"Lunas, Bu? Kan saya baru mau bayar hari ini." ucap Vanka penuh dengan kebingungan.

"Sebenarnya ada seseorang yang sudah melunasi semua tanggungan kamu." lanjut Bu Amara dengan pelan.
"Kalo boleh tau, siapa orang tersebut?" sambung Vanka penuh tanda tanya.
"Kebetulan tadi dia cuman bayar doang trus nggak bilang sesuatu ke Ibu. Jadi boleh dikasih tau kan?" ujar Bu Amara menaikkan alisnya.
"Siapa, Bu?" lanjut Vanka kembali bertanya kepada Bu Amara.
"Darren." kata Bu Amara menatap Vanka.

Mengetahui apa yang telah Darren lakukan membuat Vanka tidak terima, karena bukan seharusnya Darren melakukan hal itu semua. Dengan cepat Vanka berjalan memasuki kelas Darren, tetapi kondisi kelas kosong tidak ada satupun orang yang ada di dalamnya.
Vanka melanjutkan berjalan keluar dari kelas Darren menuju kelasnya dan dia melihat Darren yang duduk di tempat bangku miliknya.
"Maksud lo apaan sih? Gue nggak suka lo ikut campur sama kehidupan gue!" cetus Vanka berjalan mendekati Darren.
"Apa sih, Van? Gue nggak paham apa yang lo omongin." ucap Darren berdiri dari tempat duduknya.
"Kenapa lo bayar tanggungan sekolah gue tanpa lo kasih tau gue sebelumnya?" kesal Vanka dengan mata menyala.
"Gue cuman pengen bantu lo aja." balas Darren melirik Vanka perlahan.
"Kalo lo mau bantu gue, harusnya lo tau mana yang seharusnya lo bantu, mana yang seharusnya nggak!" sanggah Vanka menghembuskan napasnya dengan cepat.
"Gue minta maaf kalo gue salah. Tapi gue nggak maksud apa-apa. Gue cuman mau bantuin lo doang. Gue harap lo juga ngerti apa maksud gue." sambung Darren melihat ke arah Vanka yang memalingkan pandangan.
"Gue kesini mau ngasih nasi goreng buatan Mama gue. Lo makan ya! Kotak makannya lo simpen aja! Gue ke kelas dulu." lanjut Darren berjalan meninggalkan Vanka yang berada di kelas.

Vanka mengeluarkan napasnya cepat dan duduk di bangku miliknya dengan arah mata tertuju pada kotak bekal pemberian dari Darren. Lalu dia membukanya, berisi nasi goreng yang diatasnya terdapat telur goreng membentuk tanda love.
"Heiii Van! Ngapain lo bengong aja?" sambut Shepora dari arah masuk ke dalam kelas.
"Wah bawa nasi goreng nih! Gue mau dong! Eh kok ada lovenya sih." ucap Shepora langsung duduk di samping bangku Vanka.
"Makan aja! Gue udah kenyang!" perintah Vanka menyodorkan kotak bekal ke arah Shepora.
"Ih baik banget sih! Tambah cinta deh!" girang Shepora langsung menyatap nasi goreng tersebut.
"Sumpah masakan Mama lo emang nggak ada tandingnya, enak banget!" kata Shepora memberikan jempol ke arah Vanka.

Vanka sedang mencuci kotak bekal yang diberikan Darren saat di sekolah. Semua telah dihabiskan oleh Shepora yang tidak menyisakan sedikit pun sebiji nasi.
"Vanka kamu lagi ngapain?" sambut Mamanya berjalan menuju dapur.
"Ini kotak makan siapa? Seinget Mama kamu nggak pernah punya kotak makan selain warna pink." tanya Mamanya tertuju pada kotak makan berwarna biru yang sedang dibilas dari busa sabun oleh Vanka.
"Oh iya. Ini tadi tuh Vanka dibawain bekal sama Shepora waktu di sekolah, terus kotak bekal emang buat dikasih ke Vanka. Baik banget kan Shepora, Ma?" ucap Vanka tersenyum pada Mamanya.
"Baik banget udah bikin kamu sarapan walaupun bukan di rumah." ledek Mamanya tertawa dengan berjalan membuka kulkas.

Serba salah juga yaa di posisi Darren, disisi lain pengen bantu meringankan beban Vanka dan disisi lain ternyata Vanka menolak apa yang menjadi tindakannya. Ya, karena Vanka gamau melibatkan seseorang.

Gimana yaa kelanjutannya? Apa Darren dijauhin Vanka? Atau Vanka bakal malas ketemu sama Darren? Penasaran kan?

Semua pertanyaan kalian akan bisa terjawb di next chapter, see u next chapter guys. I love u more my lovers.<3

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang