Chapter 33 -Presence Without Sincerity?-

123 5 0
                                    

"Mungkin terkadang banyak orang berpikir, bahwa kehadiran seseorang hanyalah hal biasa. Tetapi terkadang kehadirannya yang sangat dinantikan.''

BROK!!!

Pukulan mengenai meja makan yang ditempati mereka berempat.
"Woi santai napa? Rusak lo yang ganti!" dengus Rafael mengarah ke Stella yang secara tiba-tiba datang dan memukul meja yang mereka tempati.
"Darren sakit pasti karena lo kan?" kilah Stella menatap Vanka dengan tajam.
Memang kalau sudah cinta itu buta, sampai sakit dikatakan dikarenakan oleh seseorang yang tidak pernah berusaha menyakiti. Sebegitu cintanya sampai lupa dengan keadaan yang ada.

"Sakit karena Vanka? Sakit tuh emang udah takdir Tuhan!" timpal Shepora matanya menyala.
"Gue nggak nanya sama lo! Jadi nggak usah ikut campur!" sungut Stella kepada Shepora.
"Berani sama mereka? Lawan dulu kita berdua!" cetus Rafael menaikkan alisnya.
"Bacot!" tegas Stella mengarahkan air botol yang terbuka dari tutupnya ke arah Vanka.
"Bangsat!" balas Gerald menahan tangan Stella yang menyebabkan air botol tersebut mengenai baju seragam Stella yang menjadi bahas.
"Kurang ajar! Awas lo semua!" geram Stella mendengus kesal dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan mereka.
"Sukurin! Biar tau rasa tuh cewek!" cibir Rafael tertawa leta
Selain Shepora, Gerald dan Rafael tampil terdepan sebagai pelindung Vanka dari segala serangan dari Stella and the geng. Vanka merasakan bersyukur akan hal itu, teman-teman yang baik hadir di kehidupan Vanka.

Pantulan cahaya dari arah laptop, pandangan kedua mata Vanka tertuju menatap layar laptopnya. Karena besok tidak ada tugas sekolah, maka seperti biasanya dia menggunakan waktu malamnya untuk menonton film.
"Vanka!" terdengar suara Mamanya memanggil Vanka.
Lagi, lagi dan lagi suara panggilan dari Mamanya membuat Vanka bosan karena dia sedang menikmati keasyikannya malam ini.

"Apa lagi coba?" hembus Vanka secara perlahan.
"Buruan ganti baju! Siap-siap!" perintah Mamanya masuk ke dalam kamar.
"Mau kemana sih, Ma? Setiap masuk ke kamar suruh ganti baju mulu!" celetuk Vanka mengerutkan bibir.
Seperti biasanya, Mamanya setelah memanggil nama Vanka yang bersegera menemui Vanka di kamar dan selalu menyuruh Vanka untuk cepat ganti baju.

"Udah ditungguin Gerald sama Rafael di depan. Mau jenguk Darren." pungkas Mamanya mendekati Vanka.
Kali ini berbeda dengan biasanya, yang biasanya ada Darren yang sudah menunggu Vanka. Tapi, kali ini kedua teman-teman Darren, yaitu Gerald dan Rafael dengan alasan akan mengajaknya mengejuk Darren.
"Darren sakit kok kamu nggak bilang Mama?" lanjutnya menatap Vanka.
"Yaelah! Kenapa nggak sekalian Darren lahir di muka bumi ini juga harus laporan ke Mama!" cetus Vanka memutar bola mata.
"Ya kan Mama dikasih tau biar tau. Udahlah buruan cepetan ganti baju!" timpal Mamanya keluar dari kamar Vanka.
Vanka menghembuskan napasnya keluar dari hidung dengan tangan kanan bergerak menekan tombol untuk mematikan laptop. Dia berlangsung berdiri kasur seraya membuka lemari untuk mengambil sebuah jaket kain yang segera dikenakan pada balutan kaos polos.

"Vanka! Buruan!" teriak Mamanya dari luar.
"Ini udah keburu banget!" decak Vanka berjalan keluar dari pintu kamar dengan membawa sebuah sling bag di tangan kirinya.
Seperti yang dikatakan oleh Mamanya, Gerald dan Rafael sudah berada di teras luar rumah.

"Kita pamit berangkat dulu ya, Tante!" ujar Rafael bersalaman pada Mama Vanka.
"Iya, hati-hati. Kalo bawa mobil nggak udah ngebut!" sambung Mama Vanka tersenyum pada Rafael.
"Kalo lambat nyampeknya subuh!" tukas Vanka bersalaman pada Mamanya.
"Kamu ini kalo dibilangin!" pungkas Mamanya melirik Vanka.
Bukan tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mamanya, tapi bagi Vanka Mamanya terlalu banyak kata-kata. Wajar baginya tapi kadang begitu menyebalkan.

Mobil yang dikemudikan oleh Gerald melaju dari arah Rumah Vanka. Di samping kursi depan diduduki oleh Rafael yang sibuk memainkan handphone, sedangkan Vanka berada di kursi belakang sedang melihat arah depan.
"Eh kita mau jenguk Darren masa nggak bawa sesuatu gitu?" tanya Vanka dengan wajah bingung.
"Tenang aja Van! Tadi gue sama Gerald udah beli tiga parsel buah. Jadi nanti tinggal bawa satu-satu." balas Rafael menoleh ke arah belakang.
"Kenapa semuanya harus buah? Kenapa nggak roti apa gitu kek?" lanjut Vanka bertanya kepada Rafael.
"Kebetulan tadi pas mau ke rumah lo ngelewatin toko buah, jadinya ya biar nggak banyak rute. Langsung aja deh biar simple." terang Rafael menyipitkan matanya.
Kocak, memang perpaduan karakter Gerald dan Rafael. Selalu ada kelakuan darinya yang membuat Vanka tidak lagi bisa berkata-kata, hanya membatin dalam benaknya.

Tok! Tok!

Cetukan tangan Gerald pada pintu Rumah Darren. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu Rumah Darren yang tertutup rapat.
Selang beberapa detik ketika Gerald mengetuk pintunya, pintu tersebut tertarik ke belakang oleh gerakan tangan seseorang yang membuat pintu tersebut terbuka lebar.
''Aduh Den Gerald! Ada Non Vanka juga!" sahut Bi Gayatari setelah membuka pintu mengetahui kedatangan mereka.
Bi Gayatri begitu tersenyum sumringah setelah mengetahui kedatangan mereka bertiga. Tetapi nama Rafael lupa tidak dia sebutkan.

"Lah Bi, saya nggak dianggap?" celetuk Rafael mengangkat tangan kanannya.
"Oiya ketinggalan, ada Den Rafael juga. Mau ketemu Den Darren?" sambung Bi Gayatri bertanya pada meraka.
"Mau ketemu Bi Gayatri boleh nggak?" canda Rafael dengan senyuman.
"Aduh! Den Rafael selalu aja bikin Bibi salting!" ucap Bi Gayatri tersipu.
Jika rayuan dari Rafael tidak mempan untuk menaklukan hati seorang Shepora, mungkin Bi Gayatrilah yang mampu untuk ditaklukan.

Antara ikut perasaan diri sendiri atau apa yang dilakukan orang lain diikutin? Apakah benar Vanka setidak peduli itu dengan Darren? Atau justru dia hanya bersikap biasa saja agar tidak mengundang ciutan dari orang lain?

Gimana gengs makin penasaran kan sama kelanjutan kisah cinta Vanka & Darren? Kalo penasaran, jangan lupa klik votenya juga tuh. Tap tombol bintang di bawah cerita yaa guys!!!

Oh yeah!! Besok udah lebaran guys. Olive mengucapkan Happy Eid Mubarak, minal aidzin wal faidzin, mohon dibaca karyaku jangan dibiarin. Chapter ini jadi cek ombak, kalo rame aku updatenya cepat kalo sepi mungkin yaa agak lama yaa karna lebaran juga pasti kalian sibuk berburu THR hihi. Semoga next years author bisa kasih kalian THR yaa, doakan saja intinya dukung terus karya aku!!!

Thank u for all my readers!!! Kehadiran kalian untuk membaca karyaku sangat amat berarti bagiku. See u next chapter guys.<3

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang