''Hidup memang sulit beranekaragam konfilk. Jika tidak ada konfilk, bukan kehidupan namanya.''
Vanka dan Shepora sudah berduduk bangku meja makan kantin di sudut pinggir dinding.
"Bakso ya, Van?" tanya Shepora kepada Vanka.
"Hmm gue minum aja deh. Soalnya tadi udah sarapan kenyang banget sampek sekarang." terang Vanka tersenyum tipis kepada Shepora.
Vanka memang berbohong, dia tidak pernah sarapan sebelum pergi sekolah. Ini yang dia lakukan untuk menghemat uang sakunya."Oh yaudah deh! Gue pesenin dulu ya!" ucap Shepora berdiri meninggalkan Vanka sendiri.
Vanka hanya terdiam memainkan jam tangannya. Tidak lama kemudian Shepora datang dengan membawa dua gelas berisi lemon tea."Ini Van!" singkat Shepora meletakkan gelas tersebut di atas bangku meja.
"Eh gue tadi beli donat. Lo mau?" lanjut Shepora menunjukkan donat yang ada di tangan kanannya.
"Lo makan aja! Cobain enak nggak?" balas Vanka menaikkan alisnya.
Shepora langsung mengigit bagian pinggir donat lalu dikunyah dan dirasakannya.
"Hmm enak banget sumpah! Lo harus nyobain!" tangkas Shepora dengan menelan donat.
Vanka tersenyum usai mendengar ucapan dari Shepora karena donat buatan Mamanya disukai oleh Shepora.Dari arah berlawanan terlihat Mpok Surti berjalan mendekati mereka berdua dengan membawa satu mangkuk bakso.
"Bakso satu ya, Neng!" sambut Mpok Surti meletakkan semangkuk bakso di tas meja makan mereka.
"Oh iya. Makasih banyak Mpok!" ucap Shepora menarik mangkuk tersebut ke arahnya.
"Sama-sama Neng. Ini Neng Vanka ya? Uangnya donat bisa diambil habis ini! Donatnya laris manis banget! Mpok udah nyobain satu tadi, top markotop deh!" terang Mpok Surti memberikan dua jempol kepada Vanka.
"Alhamdulillah. Makasih banyak ya Mpok!" balas Vanka melebarkan senyumannya.
"Sama-sama Neng Vanka. Mpok kesana dulu ya. Selamat menikmati Neng cantik-cantik!" sahut Mpok Surti berjalan meninggalkan mereka.
"Hah? Jadi donat yang gue makan tadi lo yang bawa? Yaampun Vanka lo kok nggak pernah bawain gue donat gitu! Enak banget sumpah!" jelas Shepora menatap Vanka mengerutkan bibirnya.
"Tadi pagi Mama gue kebetulan buat donat banyak. Jadinya ya gue jual aja kan di kantin. Alhamdulillah kalo ludes semuanya!" ujar Vanka kemudian menyedot minumannya.
"Hmm enak banget jujur! Gue kasih bintang 100/10 deh!" imbuh Shepora melahap bakso.
Shepora benar-benar sosok teman yang support system, Vanka beruntung bertemunya di kehidupan ini."Ini ya, Neng!" ucap Mpok Surti menyerahkan wadah berisi uang di dalamnya.
"Makasih banyak ya, Mpok!" balas Vanka menerima wadah tersebut.
"Sama-sama Neng cantik. Besok-besok lagi bawa donat yang banyak ya! Semuanya pada suka." saran Mpok Surti tersenyum memperlihatkan giginya.
"Enak banget kan, Mpok? Bintang seratus juta!" kilah Shepora memberikan jempol ke arah Mpok Surti yang sedang mengaduk teh di kelas.Kebetulan hari ini Kelas Vanka jadwal mata pelajaran yang adalah Bahasa Indonesia. Sesuai perintah dari Guru bahwa semua siswa maupun siswi dari Kelas XI IPS 1 harus ke perpustakaan karena pembelajaran akan dilakukan disana.
"Pokoknya gue deket lo, Van!" tegas Shepora memegang tangan Vanka.
"Iya-iya! Siapa juga ya mau nggak sama lo?" canda Vanka menyenggol pundak Shepora.
Harus berdua dan bersama, itu yang harus terus ada pada Vanka dan Shepora.
"Kalo sama gue mau nggak, Van?" sahut Alex dari arah belakang mereka.
"Nggak deh!" singkat Vanka menolehkan badan ke belakang.
"Aduh ditolak tanpa basa-basi!" tawa Shepora ke arah Alex.
Tidak Rafael tidak Alex, sama-sama belum dapat menaklukkan seorang Shepora.Pembelajaran Bahasa Indonesia telah selesai. Semua siswa-siswi berhamburan keluar dari perpustakaan. Begitu pun Vanka dan Shepora baru keluar dari pintu.
"Eh Van. Gue mau toilet dulu ya! Kebelet banget. Lo duluan aja! Gue titip buku ya!" ucap Shepora menumpuk bukunya di atas buku Vanka yang berada di kedua tangannya.Vanka melangkahkan kaki menyusul semua teman kelasnya. Sesampainya di kelas, Vanka duduk di bangku tempat miliknya dengan kedua tangan mengambil wadah donat tadi. Vanka terkejut semua uang tidak ada di dalamnya satupun tidak tersisa.
Vanka berlangsung mengeluarkan semua barang dari dalam tas. Semua buku sudah Vanka keluarkan tapi tidak ada satupun pertunjuk dimana hilangnya uang tersebut.Sebelum Shepora datang, Vanka kembali memasukkan semua buku ke dalam tas dengan cepat.
"Kenapa semuanya lo keluarin, Van?" tanya Alex dari arah belakang.
"Hmm cuman ngecek aja takut ada kecoak. Soalnya kemarin tas gue ada kecoanya." balas Vanka dengan nada terputus-putus.
"Kecoa? Hih gue angkat tangan aja deh!" sahut Alex terlihat geli dan kembali duduk ke bangku miliknya.Dari arah pintu, Shepora melangkah kaki masuk menghampiri Vanka dan duduk di bangku sampingnya.
"Gue lama banget ya? Soalnya mules banget. Mana airnya tadi habis lagi." gumam Shepora menghembuskan napas perlahan.Vanka melangkahkan kakinya begitu pelan tanpa bersemangat, detak jantungnya sangat cepat, hembusan napas yang keluar dari hidung tidak sewajarnya. Vanka berjalan masuk ke dalam rumah menemui Mamanya. Terlihat Mamanya sedang berada di kamar sedang melipat pakaian.
"Ma." lirih Vanka berjalan mendekati Mamanya yang duduk di kasur kamar.
"Maafin Vanka, Ma. Maafin Vanka." ucap Vanka dengan air mata yang saking berjatuhan di balik pelukan belakang badan Mamanya.
"Kamu kenapa? Tiba-tiba minta maaf sama Mama." tanya Mamanya melepas pelukan dengan perlahan dan mengusap air mata di pipi Vanka.
"Uang donatnya hilang, Ma! Maafin Vanka! Maafin Vanka!" beber Vanka terseguk oleh nagisannya dari air mata yang terus berjatuhan.
"Nggak papa kok! Besok Mama buat donat lagi ya? Vanka bawa ke sekolah. Vanka mau kan?" pungkas Mamanya mengelus rambut Vanka.Vanka tidak menjawab pertanyaan dari Mamanya, dia masih terus mengalirkan air mata begitu deras.
"Vanka udah besar masa nangis gara-gara uang hilang? Vanka kecil udah sering banget. Kalo Mama kasih uang buat jajan sekolah pasti pulang-pulang bilang kalo uangnya hilang." terang Mamanya tersenyum pada Vanka.
"Mungkin ini emang belum rezeki. Kalo pun kembali berati emang rezeki kita. Tapi kalo nggak kembali berarti Allah akan ngasih kita sesuatu yang lebih daripada ini." lanjut Mama berusaha menenangkan Vanka.
''Vanka ngerepotin banget ya, Ma. Tambah gede malah bikin Mama kecewa.'' ucap Vanka yang masih berusaha menahan air matanya dengan pandangan matanya melihat ke arah bawah.
''Vanka nggak pernah ngerepotin Mama. Vanka selalu bikin Mama bahagia. Itu pasti.'' sahut Mamanya mengelus helai demi sehelai rambut Vanka.
"Sekarang kamu ganti baju terus makan siang! Mama udah masakin ayam goreng bumbu kecap kesukaan kamu."
Vanka benar-benar merasa sangat bersalah, dia bukan membantu menyelesaikan permasalah tapi baginya dia malah mempertambahkan konfilk baru lagi.Topeng Vanka kali ini bener-bener pudar di pelukan mamanya. Rasanya pengen peluk Vanka juga kan?
Pasti dipikiran kalian ''apa penyebab uang hasil jualan donat hilang?''
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk tungguin di next chapter. See u my lovers.<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...