Chapter 6 -Met By Accident-

86 20 7
                                    

''Pertemuan yang tidak disengaja, terkadang akan berakhir sebuah kisah cerita yang tidak terduga.''

Pagi ini Darren sudah terlihat sedang berjalan pada depan kelas, Darren melangkah kaki masuk ke dalam kelasnya, langkah kedua kakinya begitu lesa sangat tidak memiliki semangat. Dengan raut wajah yang sangat datar sambil kedua matanya yang melihat di sana sudah terdapat kedua temannya yang sedang asyik mengobrol.
"Good morning my friend! How are you today?." tanya Rafael pada Darren.
"Gimana udah kayak Guru Bahasa Inggris belum?" lanjut Rafael menepuk pundak Gerald.
"Stres!" balas Gerald membuang mukanya.
"Harusnya hari ini gue udah bisa ambil hati tuh cewek." papar Darren menghembuskan napasnya dengan cepat.
"Yaudah sekarang aja ambil hatinya. Ngapain pakek ribet?" ucap Rafael melirik Darren.
"Masalahnya waktunya tinggal besok!" sahut Gerald mendenguskan napasnya.
"Gue bantu apa gitu kek. Apa gue jadi tukang apa gitu?" tanya Rafael menaikkan alisnya dengan pandangan tertunjuk pada Darren.
"Jadi tukang parkir apa tukang ojek? Bukannya bikin masalahnya clear, malah tambah parah." timpal Gerald memutarkan bola matanya dengan kesal.
"Apa salah dan dosaku kepadamu? Kok kamu nggak pernah bisa menerima aku. Sakit Ger, sakit!" ucap Rafael dengan nada dibuat-buat dengan matanya melihat ke arah Gerald.
"Banyak! Sampek eror kalkulator gue buat ngitung kesalahan dan dosa lo!" tegas Gerald yang sedang menahan emosinya.
''Kadang gue juga capek banget ama kelakuan lo, El. Tapi mau gimana lagi, udah bawaan juga.'' ucap Darren mengeluarkan napasnya perlahan.
''Darren, kalo ngomong suka bener juga.'' jawab Rafael dengan tersenyum dengan meringiskan giginya ke arah Darren.
''Gue kadang mau muntah, Ren.'' lanjut Gerald dengan membuang pandangnya.
''Sini-sini gue tampungin muntahan lo.'' balas Rafael dengan kedua tangannya sedia sebuah kantong plastik berwarna hitam.

Langkah kaki yang turun dari bus angkutan umum itu disambut oleh sepoian angin terus mengacak-acak rambut Vanka yang membuatnya kedua tangannya sibuk membenahi agar rambutnya tidak berhamburan kesana kemari.
Langkah demi langkah satu persatu kakinya menyusuri jalan. Di tengah perjalanan, langkah kakinya terhentikan oleh suara teriakan seseorang perempuan meminta tolong. Terdapat seorang ibu-ibu berusaha melawan laki-laki berpakaian serba hitam berbadan besar kekar menarik paksa tasnya milik ibu tersebut.
"Tolong! Tolong! Jambret!" teriak ibu tersebut berusaha menarik tasnya dari tangan penjambret tersebut.
Vanka dengan cepat berlari menghampiri ibu tersebut untuk menolongnya.
"Eh ada nona manis. Mau ikut abang ya?" ujar pejambret tersebut berjalan mulai mendekati Vanka.
"Jangan main-main!" sahut Vanka berjalan mundur ke belakang.

Vanka mulai merasa ketakutan, napasnya berhembusan tidak karuan, matanya melirik sisi kelilingnya untuk mencari batuan seseorang yang melewati jalan tersebut. Tetapi tidak ada satupun orang yang lewat.
Seketika selang beberapa detik setelah Vanka menoleh ke berbagai arah, terdengar suara lantang dari seorang cowok yang berada dari arah belakang posisi berdiri Vanka.
"Woi beraninya sama cewek doang!" bentak cowok yang turun dari motor ninja warna hitam berjaket kulit hitam menggunakan helm berjalan menghampiri Vanka dan penjambret.
"Mau jadi pahlawan kesiangan lo!" balas penjambret berjalan maju mendekati cowok tersebut.
"Banyak bacot!" timpal cowok itu tanganya mengepal langsung melakukan pukulan mengenai bagian wajah penjambret.
"Ibu mendingan langsung pergi aja ya!" perintah Vanka pada ibu-ibu yang terjambret tadi.
Ibu tersebut langsung melarikan diri dengan  membawa tasnya dan meninggalkan tempat tersebut. Tersisa tiga orang disana, Vanka yang terdiam melihat Darren yang sedang berusaha melawan penjambret tersebut.

Pertikaian terjadi begitu saja, pukulan demi pukulan mengenai satu sama lain. Vanka yang melihat begitu ketakutan, dengan napas yang berhembus tidak beraturan Vanka mulai kebingungan untuk mencari batuan.
"Aduh! Woi ini nggak ada orang apa? Ini jalan apaansih? Dari tadi nggak ada orang lewat." gerutu Vanka sambil melirik ke berbagai arah untuk mencari bantuan.
Tetap seperti tadi, tiada satu pun pengguna jalan yang lewat. Aneh, hanya itu yang ada di benak pikiran Vanka saat ini.

Wiu Wiu Wiu!
Terdengar suara sirine dari mobil polisi tidak tahu dimana asal suaranya tersebut secara tiba-tiba mengagetkan mereka.
"Ada polisi woi! Awas nanti ditangkap masuk penjara! Tau rasa lo!" seru Vanka berteriak dengan keras.
Mendengar suara tersebut dan lontaran ucapan dari mulut Vanka membuat penjambret langsung melarikan diri dengan bergegas menaiki motornya dan pergi meninggalkan Vanka berdua dengan cowok tersebut begitu saja.
"Cemen! Badan hulk mental hello kity!" seru Vanka meneriaki penjambret yang sudah tidak terlihat wujudnya.
Cowok penolong Vanka membuka helmnya sambil berjalan mendekati Vanka yang membuat Vanka terkejut melihat cowok yang menolongi adalah Darren.

Seperti biasanya, jangan lupa buat vote sama commentnya ya teman-teman semuanya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.
See u next chapter ya, love u readers.

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang