Chapter 26 -I Call Him My Hero-

84 4 0
                                    

''Perjuangkan seseorang yang mau memperjuangkan dirimu. Jangan sampai salah orang hanya karena sepintas egomu.''

Dari arah luar pintu kelas terlihat seorang cewek berambut panjang sebahu yang bagian bawahnya sedikit curly terurai begitu indah. Dengan tas yang dia ransel dibahunya, Shepora mulai melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam ruangan kelasnya.
"Hallo Vanka! Good morning!" sahut Shepora yang baru saja datang langsung menghampiri Vanka yang sedang duduk terdiam di bangku miliknya.
"Lo ngapain sih diem aja?" lanjut Shepora duduk di sebelah Vanka.
"Lagi badmood aja." singkat Vanka melirik Shepora.
Vanka selalu menutupi segala luka-luka sedihmu. Walaupun dia sudah cukup lama dekat dengan Shepora, tapi jika persoalan tadi Vanka tidak bisa untuk menceritakan kepada Shepora dengan alasan akan memperpanjang masalah, Shepora pasti akan marah kepada kelakukan Shepora dan kedua temannya atas apa yang mereka lalukan pada Vanka.

"Daripada badmood mending ayo deh selfie!" ajak Shepora sambil mengeluarkan handphone dari saku baju.
"Hadap sini dong! Satu dua tiga!" ujar Shepora tersenyum dengan menekan tombol ambil foto.
Shepora yang selalu berusaha mencairkan suasana kebosanannya yang Vanka rasakan. Shepora selalu bisa membuat Vanka kembali semangat dan melupakan hal-hal yang membuatnya merasa bosan walaupun harus berpura-pura.

Kring!
Upacara woi!
Buruan keluar keburu dihukum sama Pak Anton!

Semua para siswa maupun siswi yang sedang berada di dalam kelas maupun di luar kelas berlangsung bersahutan berlarian menuju ke lapangan tengah dengan setiap kepala mereka sudah mengenakan topi milik masing-masing.
"Ayo Van! Ke lapangan sekarang." pungkas Shepora mengambil topi di dalam tas.
"Gue nggak bawa topi. Gimana dong?" balas Vanka dengan wajahnya memelas.
"Aduh! Gimana ya? Mending lo tetep ikut upacara deh daripada nanti ada razia anak yang bolos upacara lo kena hukuman sama Pak Anton!" saran Shepora memegang tangan Vanka.
"Hmm kita masuk barisan tengah-tengah aja biar lo nggak kelihatan!" papar Shepora menatap Vanka penuh makna.
Rasanya ingin marah pada diri sendiri, mengapa Vanka tidak dapat melawan kelakuan mereka bertiga tadi, mengapa dia harus diam saja diperlakukan semena-mena. Sudah terlanjur, Vanka harus menerima semua ini dengan hati yang lapang.

Tanpa bersemangat Vanka ikut bersama Shepora menuju ke lapangan upacara. Di sana sudah banyak didapati beberapa barisan siswa maupun siswi yang sudah bersiap. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berdiri di barisan tengah diantara para siswa-siswi yang bertubuh tinggi agar posisi Vanka aman.
"Shepora! Gue takut!" lirik Vanka memegang tangan Shepora.
Vanka begitu takut, dia mengamati teman-teman disekelilingnya yang semua memakai topi di kepalanya. Ini suatu hal yang tidak pernah Vanka alami, dia terlalu menjauhi yang namanya pelanggaran sekolah. Dia tidak mau dihukum, dia malu terhadap dirinya sendiri.
"Apa gue juga nggak usah pakek topi? Biar kita nanti dihukum bareng-bareng!" ucap Shepora langsung melepaskan topi dari kepalanya.
"Jangan! Nggak usah. Lo pakek aja!" perintah Vanka sambil kembali memakaikan topi pada kepala Shepora.
Secara tiba-tiba kepala Vanka dipasangkan topi oleh seseorang dari arah belakang. Ketika membuat Vanka langsung membalikkan badannya ke belakang.

"Lo pakek aja!" pungkas Darren segera meninggalkan tempat mereka berdua dan bergegas baris sesuai kelasnya.
"Udah pakek aja!" ucap Shepora tersenyum pada Vanka.
"Aduh enak banget ya punya pacar kek Darren! Ganteng, baik, pengertian so sweet lagi! Apa coba kekurangannya?" jelas Shepora meyenggol bahu Vanka.
"Kekurangannya, takut sama ulet!" gumam Vanka di dalam hatinya sambil menghembuskan napas dengan pelan.
Lega, yang Vanka rasakan saat ini. Mengapa dikala Vanka sangat membutuhkan bantuan, dikala dia dalam keadaan kesulitan. Darren selalu ada, Darren selalu datang diwaktu yang tepat, dan hanya Darren yang bisa melakukan semua ini. Kata terima kasih tidak akan habis untuk Vanka berikan kepada Darren. Dia sangat membantunya selama ini, semenjak dia mengenalinya.

Upacara bendera telah usai, semua para peserta upacara meninggalkan lapangan. Mulai dari siswa-siswi saling berlarian sampai yang hanya berjalan melangkahkan kakinya depan pelan sambil berbincang dengan teman di sampingnya.
Kecuali beberapa anak cowok yang menetap di lapangan, seperti anak yang tidak berpakaian seragam lengkap, sampai anak yang datang terlambat. Kumpulan barisan tersebut terdapat Darren karena tidak memakai topi.
"Kalian semua lari keliling lapangan 20 kali. Mulai dari sekarang!" tegas Pak Anton seraya meniup peluit.

Prit!

Semua berlangsung berlari menggelingi lapangan secara berbaris.
"Yaampun Van! Segitunya perjuangan Darren buat lo!" pungkas Shepora melihat Darren yang sedang berlari.
"Ah udahlah buruan ke kelas. Keburu masuk nanti." cetus Vanka langsung memasuki kelas.
Sebenarnya Vanka kasihan melihat Darren yang dihukum karenanya, topi yang seharusnya berada pada kepala Darren, kini malah berada di kepalanya. Tapi mengapa sikap Vanka selalu terlihat cuek dan tidak memperdulikan Darren, apalagi di depan Shepora. Padahal kini hatinya cukup terpihak pada Darren.

Seusai Darren menjalankan hukuman, dengan hembusan napas yang keluar dari hidungnya secara bersahutan, dia mulai melangkahkan kaki menuju kelasnya. Terlihat keringatnya yang saling bercucuran mengenai pakaiannya. Dia sangat lelah. Kemudian langkah kakinya berbelok masuk ke dalam kelasnya. Dia berlangsung disambut oleh kedua temannya, Gerald dan Rafael.
"Habis dihukum bro? Nih minum dulu!" ucap Rafael menyodorkan botol minum kepada Darren.
"Segitunya lo ke Vanka?" tambah Gerald menepuk pundak Darren.
"Itu namanya cewek ngrepotin!" cetus Stella dari arah bangkunya dengan suara yang cukup keras.
"Yaelah jomblo! Berisik banget!" timpal Rafael melirik Stella.
Dari arah berlawanan Stella memperhatikan Darren dan kedua temannya. Stella begitu kesal, apa yang dia lakukan dengan mengambil topi Vanka tidak ada gunanya. Darren yang memberikan topinya pada Vanka dan Darren yang mendapatkan juga menjalani hukuman bukan Vanka.

Hi my readers. Aku kembali setelah lama ga update lagi. Aku minta maaf bangett yaa guys, terimakasiii buat kalian yang udah setia nungguin kelanjutan kisah Darren dan Vanka. So, let's go baca lagi. Have fun guys. See u my lovers.

Ada yang mau menyampaikan segala cuitan isi hatinya? Yuk silahkan taruh kata-kata kalian di comment.

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang