''Sebuah hubungan butuh kejelasan, bukan berada di dalam ketidakjelasan.''
Badan Vanka menduduki kursi di sudut pinggir jendela bus dengan pandangan mata yang mengamati setiap jalan yang terlewati. Salah satu tangan Vanka bergerak ke dalam tas untuk mengeluarkan headset, kemudian segera dipasangkan pada kedua telinganya.
Vanka terlihat sangat menikmati alunan musik yang dia dengarkan.Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurnaDan membuatku utuh
'Tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku"Selamat pagi Shepora dan Vanka!" sapa Rafael berjalan bersama Gerald menghampiri Vanka dan Shepora yang sedang duduk di kursi depan kelas.
"Heran gue sekolah tuh lebar tapi setiap hari yang nongol lo mulu! Mana ngeselin lagi, pengen gue tampol!" pungkas Shepora memutarkan bola mata setelah melihat Rafael.
"Gue juga heran, cewek tuh banyak. Tapi yang gue suka cuman Shepora Aurestelia." ungkap Rafael tersenyum kepada Shepora.
"Heh kok dia bisa tau nama lengkap gue, Van?" lirih Shepora melirik Vanka yang hanya terdiam saja dari tadi.
"Mungkin dia udah punya akte kelahiran lo." jawab Vanka dengan nada pelan.Seperti biasa, Vanka dan Shepora sudah berada di kantin sekolah. Di sudut tembok kantin terdapat Vanka dan Shepora sedang menikmati bakso Mpok Surti.
"Jujur enak banget mo terbang!" ucap Shepora tertawa dengan menyenggol lengan Vanka."Hallo guys! Kita berjumpa kembali dalam acara makan bersama bakso Mpok Surti." sambut Rafael berjalan dengan Gerald dari arah depan mereka berdua sambil membawa semangkuk bakso pada kedua tangannya.
"Temen lo yang satunya kemana?" sambung Shepora bertanya pada Gerald dan Rafael.
"Darren lagi ngerjain tugas di kelas. Soalnya tadi katanya udah sarapan dari rumah terus perutnya kenyang banget.'' terang Rafael dengan memberikan senyuman kepada Shepora.
"Rajin juga cowok lo!" ungkap Shepora tersenyum pada Vanka yang menghadap ke arahnya.Darren:
Pesan ini telah dihapusVanka menghembuskan napasnya perlahan setelah melihat pesan yang dikirim Darren pada siang hari tadi sedangkan Vanka membukanya pada malam hari.
"Kenapa gue jadi kek bersalah banget ya?" gumam Vanka berpikir akan sesuatu.
"Tapi kalo dilogika disini yang salah tuh gue. Darren kan udah nolongin gue, harusnya gue berterima kasih dong bukannya malah marah-marah nggak jelas ke dia." bimbang Vanka seraya mengaruk bagian rambut.Handphone Vanka bergetar yang membuatnya bergegas mengambil dari samping bantal pada kasurnya. Panggilan dari Darren tiba-tiba diakhiri oleh Darren sendiri.
"Maafin gue Darren." ucap Vanka mengerutkan bibir melihat handphonenya.Sudah beberapa hari Vanka tidak berangkat sekolah bersama Darren. Maka hari ini juga Vanka sudah duduk di kursi bus dengan pandangan kosong. Dia hanya terus menerus melihat ke arah depan tidak menghiraukan apa yang ada di sekeliling. Tetapi seketika Vanka merasa ada seseorang yang mengamati dari arah belakang yang membuatnya berlangsung menolehkan kepala dan dia melihat pria memakai pakaian serba hitam. Mulai dari topi hitam, hoodie hitam juga masker hitam, kecuali celana panjang berwarna biru abu-abu seperti seragam anak SMA pada umumnya.
Bus berhenti di tepi jalan SMA Aestro, Vanka segera melangkahkan kakinya keluar dari pintu bus bagian depan. Hari ini SMA Aestro masih terlihat sepi, hanya Vanka yang berjalan memasuki gerbang sekolah. Yang membuat Vanka semakin bingung, pria yang ditemui dalam bus tadi berjalan tepat di belakang Vanka. Dia langsung mempercepat langkah kakinya dengan sedikit berlari kecil.
Ketika Vanka membaik badan, dia tidak menemukan keberadaan pria tadi. Vanka menghela napas reda dan berjalan masuk ke dalam kelas. Seketika Vanka sudah berada di dalam kelasnya, pria tadi berada di bangku tempat duduk Vanka.
"Lo siapa?" teriak Vanka dengan hembusan napas yang tidak beraturan.
"Lo jangan macem-macem ya? Gue nggak tau lo siapa? Lo bukan anak sini! Ngapain lo disini?" pungkas Vanka melangkahkan kakinya mundur perlahan karena pria tersebut berjalan maju mendekati Vanka.Vanka bergegas berlari ke arah pintu, tangannya berusaha membuka pintu tersebut. Tetapi anehnya pintu tersebut seperti terkunci dan tidak dapat dibuka.
"Woi yang di luar tolong bukain!" tegas Vanka terus menerus menggerakkan handle pintu.
"Vanka! Gue Darren." ucap pria tersebut dengan membuka masker dari mulutnya dan melepas topi yang dia kenakan pada kepalanya.
"Tolong maafin gue!" lanjut Darren menatap Vanka penuh makna.
"Lo apaan sih? Nggak lucu banget! Bikin orang ketakutan aja!" celetuk Vanka menyubit salah satu lengan Darren.
"Aduh ampun-ampun!" rintih Darren memegang lengan yang dicubit oleh Vanka.
"Bukain pintunya!" pungkas Vanka dengan kesal.Plek!
Suara pintu berhasil dibuka oleh tangan Darren tanpa menggunakan bantuan apapun termasuk kunci.
"Dari tadi nggak gue kunci. Lo aja yang nggak bisa buka!" ucap Darren melirik Vanka.
"Terserah!" singkat Vanka berjalan menuju bangku tempat duduknya.
"Van tolong maafin gue! Gue nggak bisa kita jauhan kek gini! Hidup gue jadi nggak tenang, Van!" papar Darren berjalan mengikuti Vanka dari belakang.
"Bukannya lo malah tenang kalo gue nggak ada di hidup." timpal Vanka segera duduk di bangku miliknya.
"Gue minta maaf, udah ya jauh-jauhannya!" pinta Darren mendekati Vanka.
"Jauh-jauhan? Bukannya lo yang mulai." cetus Vanka memalingkan pandangannya.
"Apapun kesalahan yang udah gue lakuin ke lo sampek saat ini, gue bener-bener minta maaf. Sekarang gue harus ngelakuin apa biar lo nggak marah ke gue?" tanya Darren berusaha meyakinkan Vanka.
''Nggak perlu.'' singkat Vanka dengan membuang muka dari pandangan Darren.
''Apa yang harus gimana, Van?'' ucap Darren yang berusaha bertanya kepada Vanka.
''Udah dibilang nggak perlu ya nggak usah.'' cetus Vanka dengan nada sedikit kesal.
''Maafin gue, Van. Gue harus ngelakuin apa?'' lanjut Darren kembali masih dengan pertanyaaan yang sama dengan wajah Darren yang mulai mendekati wajah Vanka.
"Lo harus jelasin semua apa yang lo lakuin ke Mama gue." balas Vanka dengan muka datar.
"Nanti malam gue ke rumah lo. Gue akan ajak lo ke suatu tempat! Gue ke kelas dulu ya. Sampai ketemu nanti malam!" terang Darren berjalan meninggalkan Vanka.Rasanya bimbang tapi ada sedikit rasa lega, karena akhirnya Darren menemui Vanka kembali walau dengan sedikit cara yang aneh. Kira-kira apa yang akan dilakukan Darren nanti? Itu yang ada dipikiran Vanka saat ini, mulai menebak-nebak.
Akhirnya yaa guys kehadiran Darren kembali ada di kehidupan Vanka, rasanya gaenak kan jauh-jauhan apalagi jauh dari kamu eakkk HAHA.
Kalian pasti sama kek Vanka kan? Pasti penasaran apa yang akan dilakuin Darren ke Vanka nantinya. Kalo penasaran harus setia nunggu kelanjutan di next chapternya.
OKkaayy seperti biasanya, see u next chapter guys!! I love you more my readers.<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Fiksi RemajaBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...