Chapter 15 -Tired Of Reality-

89 15 0
                                    

Vanka sudah kembali duduk di tempat awal tadi dengan kedua tangangnya yang sedang mengotak-atik handphonenya.
"Hayo lagi lihat apaan tuh?" tanya Darren tiba-tiba mendekati Vanka.
"Kepo banget jadi orang! Buruan sana ngerjain tugas lo!" protes Vanka menggeser posisi duduknya.
"Siap laksanakan Nona Vanka!" sambung Darren bergegas membuka bukunya.
"Emang agak miring ni orang!" gumam Vanka dalam hatinya.
Tangan Darren yang berlangsung membuka kembali buku pelajaran yang mulai mengerjakannya kembali dengan badannya yang duduk pada lantai. Sedangkan Vanka yang berfokus dengan layar handphonenya.

Waktu demi waktu berjalan begitu cepat, Darren masih terlihat sibuk mengerjakan tugas dengan  posisi membelakangi Vanka sedangkan Vanka terlihat menutupi mulutnya yang menguap berkali-kali. Vanka sudah sangat mengantuk dan dia ingin segera tidur.
Seketika selang beberapa waktu, Darren mulai memberesi segala buku yang berserakan pada meja.
"Van! Lo pulang agak nanti nggak papa kan?" tanya Darren kepada Vanka tanpa melihat Vanka, karena dia masih sibuk dengan buku-bukunya.

Tidak ada jawaban satu pun kalimat dari Vanka yang membuat Darren langsung melihat ke arah belakang.
Dan ternyata Vanka terlihat sudah tertidur lelap dengan mata yang terpejam dan tangannya masih memegang handphone miliknya.
"Dasar bocil!" lirih Darren tersenyum melihat layar depan handphone milik Vanka yang bergambar beruang yang saling berpelukan dengan latar belakang berwarna pink.

"Darren kamu belum selesai dari tadi?" sahut Mamanya dari arah belakang.
"Yaampun! Vanka sampek tidur nungguin kamu lama banget!" lanjut Mamanya mendekati Darren.
"Ini udah selesai kok. Tadinya mau ngajak pulang Vanka eh ternyata dia tidur" terang Darren sambil merapikan kembali bukunya.
"Mama bangunin Vanka pelan-pelan ya? Kasihan dia pasti udah ngantuk banget." sambung Mamanya mendekati tempat duduk Vanka.
"Vanka sayang! Vanka bangun yuk!" ucap Mama Darren mengelus rambut Vanka.

Tanpa menunggu waktu lama, Vanka dengan cepat matanya terbuka perlahan dan melihat sekeliling. Vanka terkejut mengetahui dirinya ternyata sudah terlelap dalam tidurnya dan masih berada di rumah Darren.
"Tante. Maaf Vanka ketiduran!" pungkas Vanka menenggakan badannya.
Vanka merasa sangat tidak enak, karena sudah tertidur sedari tadi dan dibangunkan oleh Mamanya Vanka.
"Nggak papa kok! Kamu ngantuk banget ya? Gara-gara nungguin Darren. Kamu pulang apa nginep disini aja? Besok biar Darren anter!" ucap Mama Darren memegang pundak Vanka.
"Makasih banyak, Tante. Vanka pulang aja, Mama di rumah pasti nungguin." balas Vanka tersenyum.
"Yaudah kalo begitu. Makasih ya udah main kesini. Salam buat Papa sama Mama di rumah!" sambung Mama Darren pada Vanka.
"Sama-sama, Tante! Nanti Vanka salamin. Vanka pamit pulang dulu ya! Assalamualaikum." ucap Vanka bersalaman pada Mama Darren.
"Wa'alaikumussalam. Darren anterin Vanka sampai rumah! Hati-hati kalian di jalannya!" perintah Mamanya kepada Darren.
"Siap laksanakan Bu Bos! Berangkat dulu!" tegas Darren seraya memegang tangan Vanka.

Mereka berdua berjalan keluar rumah dengan perpegangan tangan. Seperti biasanya, Vanka sangat tidak suka dengan apa yang dilakukan Darren. Sudah mengantuk malah dibikin semakin menahan emosinya.
"Udah deh pencitraannya!" celetuk Vanka melepaskan pegangan tangan dari Darren.
"Pencitraan harus totalitas dong!" ucap Darren memasang helm di kepala.
"Udah cepetan anterin gue pulang! Lo ngerjain tugas apa cuman lo liatin? Lama banget!" gerutu Vanka memalingkan pandangan.
"Yaelah jam 8 aja udah ngantuk!" ledek Darren seraya menaiki motornya.
"Jangan banyak ngomong deh!" pungkas Vanka menata helm bergegas naik ke atas motor.
Darren mengegas motornya dengan laju pelan keluar dari rumah.
"Darren! Kita lewat jalan yang tadi?" tanya Vanka pada Darren.
"Iyalah! Mau lewat mana lagi? Jalannya cuma situ doang!" tegas Darren dengan suara keras.
"Lo jangan teriak-teriak dong udah malem sepi lagi! Emangnya daerah sini setiap hari kek gini juga?" lanjut Vanka bertanya pada Darren.
"Nggak tau juga sih! Jarang keluar malem-malem!" balas Darren membelokkan stir motornya.
"Lo jangan bikin gue merinding deh!" gerutu Vanka melirik arah kanan kiri.
"Bentar lagi kita lewat jalan tadi! Demi keselamatan bersama dan demi mengatasi ketakutan lo, mending sekarang lo peluk gue terus pejamkan mata lo kek tadi! Ini bukan masalah gengsi atau modus ya! Kalo lo nggak mau sih gue nggak papa!" ucapan Darren seketika terhenti karena gerakan pelukan yang diberikan Vanka pada tubuhnya dadi arah belakang.

Di tengah perjalanan, Vanka terus mempererat pelukannya pada tubuh Darren dengan memejamkan matanya dan menggigit bibir bagian bawah yang membuatnya sampai tidak sadar jika sudah sampai di rumah.
"Udah nyampek! Kalo mau peluk besok aja!" ucap Darren membuat Vanka langsung melepaskan pelukan dengan membuka mata segera turun dari motor.
"Gue nggak mau deh lo ajak ke rumah lo lagi! Kek orang mau uji nyali!" pungkas Vanka dengan kesal.
"Udah sana masuk istirahat terus tidur! Selamat malam Nona Vanka! Kalo kangen tinggal bilang aja!" sahut Darren menyalakan motornya kembali.
"Nggak banget! Bye!" pungkas Vanka berjalan menuju pintu rumahnya.
Daripada muak dengan percakapannya dengan Darren, Vanka melangsungkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah saja. Kedua matanya yang sudah terasa tidak bisa diajak untuk berkompromi, karena dia sangatlah sudah mengantuk. Padahal biasanya dia masih asyik menonton film di kamar tetapi kali ini Vanka sangat mengantuk, mungkin ini efek dari keluar rumah malam hari yang membuat Vanka mudah lelah.

Jangan lupa buat kasih vote dan ramein reaction kalian di kolom komentar ya semuanya.
Terima kasih selalu ku ucapkan untuk yang sudah meluangkan waktu buat baca cerita ini.
Selalu tungguin kelanjutan kisah cinta mereka berdua ya.
See u next chapter, love u all readers.

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang