''Jika namanya sudah cinta akan buta, sampai bisa mengorbankan segalanya.''
Duk! Duk!
Suara pantulan bola basket mengenai tanah berulang kali. Terlihat Darren sedang asyik memainkannya sampai tidak menyadari bahwa Vanka telah berada di sudut samping memperhatikannya dari tadi.
"Nyamperin juga ternyata." gumam Darren berjalan mendekati Vanka dengan memantulkan bola menggunakan tangannya.
"Tangkap!" seru Darren melemparkan bola ke arah Vanka.
Duk!
Bola tertangkap dengan sempurna pada tangan Vanka.
"Main bareng yuk!" ajak Darren kepada Vanka.
"Siapa takut?" sahut Vanka langsung melemparkan kembali bola pada Darren.
Langkah kaki Vanka mendekati Darren yang sedang memantulkan bola.
"Rebut dong!" perintah Darren melirik Vanka.
Dengan berusaha sedemikian mungkin dari arah ke sana ke mari, Vanka tidak berhasil merebut bola dari tangan Darren.
"Udahlah capek!" keluh Vanka mengerutkan alisnya.
Darren terhenti karena ucapan dari Vanka tersebut.
"Coba lo masukin bola ini ke dalam ring!" ucap Darren menyerahkan bola kepada Vanka.
Percobaan pertama, bola tidak mencapai ring.
"Ayo coba lagi!" imbuh Darren tersenyum pada Vanka.
Percobaan kedua, bola terlempar ke arah samping ring.Tidak ada kata menyerah pada seorang diri Vanka. Dia harus buktiin kalo dia bisa, apalagi dihadapan Darren, bisa-bisa dia masih ditertawakan jika tidak bisa memasukkan bola basket tersebut ke dalam ring.
"Kalo ketiga pasti bisa!" tutur Darren memberi Vanka semangat.Duk!
Percobaan ketiga, bola berhasil masuk ke dalam ring dengan sempurna. Vanka terkejut sambil membuka lebar mulutnya dan meloncatkan kedua kakinya dengan kegirangan.
"YEAY! Berhasil!" teriak Vanka secara tiba-tiba memegang kedua tangan Darren.
Melihat apa yang dilakukan Vanka kepadanya membuat Darren menahan tawa.
"Heh! Sorry! Nggak bermaksud!" pungkas Vanka langsung melepaskan tangan Darren.
"Bermaksud juga boleh!" balas Darren melebarkan senyumnya pada Vanka.
"Apaan sih! Modus banget!" geram Vanka langsung melangkah kakinya ke tempat semula.
Vanka tidak bermaksud apapun, antara malu dengan senang. Tidak apa-apalah yang terpenting Vanka bisa memasukkan bola basket tersebut pada ring. Vanka begitu senang seperti mendapatkan sesuatu hal yang ingin sekali dia dapatkan. Walaupun sederhana itu sangat berati bagi Vanka.Motor Darren sudah berada di halaman Rumah Vanka, dengan cepat Vanka berlangsung turun dari motor tersebut. Raut wajah Vanka tidak lagi secemberut seperti awal, kini terlihat terlihat sedikit menampakkan senyumannya.
"Makasih wifi gratisya!" ucap Vanka melirik Darren.
"Itu doang?" balas Darren menjagang motor.
"Makasih minumannya! Makasih tumpangannya! Makasih atas perhatian waktu dan tempat!" jelas Vanka sambil melepaskan helm di kepala.
Vanka begitu berterima kasih atas segala bantuan dari Darren hari ini. Darren begitu membantu disaat Vanka sangat memerlukan batuan dari seseorang.
"Terima kasih kembali Nona Vanka!" ujar Darren tersenyum pada Vanka.
"Lo nggak usah lebay gitu bisa nggak sih?" tanya Vanka seraya merapikan rambutnya lewat kaca spion motor Darren.
"Ih gimana sih?" gumam Vanka mengerutkan dahinya, dia merasa kesal karena rambutnya yang berantakan.
"Sini-sini!" perintah Darren mengambil jepit rambut pada tangan Vanka.
"Kenapa harus pink dan beruang?" lanjut Darren melihat jepit rambut.
"Suka aja!" singkat Vanka menaikkan alisnya.
Tangan Darren bergerak ke arah rambut Vanka, secara pelan dibenahi dan dipasangkan jepit rambut tersebut pada sudut rambut Vanka.
"Ehem! Ehem!" suara Mamanya Vanka dari arah pintu masuk rumah.
Setelah melihat asal suara tersebut, Vanka segera melangkahkan kakinya dengan cepat masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sesuatu hal pada Darren. Ya, malu terlihat oleh Mamanya. Dalam benaknya, mengapa hal konyol ini bisa terjadi, apa yang dia lakukan tadi bersama Darren. Pasti Mamanya akan menjahilinya terus menerus.Suasana kelas begitu sepi karena Vanka sengaja berangkat lebih awal dari sebelumnya untuk menghindari pertemuannya dengan Darren. Tidak ada satu pun seorang lain, teman-teman sekelas Vanka belum ada yang datang pagi ini. Seperti biasa, Vanka terlihat sedang termenung dengan mata tertuju pada novel yang ada di atas bangku.
"Bruk!" suara pukulan dari tangan seseorang mengenai bangku Vanka yang membuatnya langsung menatap siapa pelaku tersebut.
"Vanka! Apa kabar?" ucap Stella tersenyum pada Vanka.
Vanka terkejut akan keberadaan Stella And The Geng yang secara tiba-tiba sudah masuk ke dalam kelasnya dan mendekati bangkunya. Terlalu fokusnya dengan membaca novel sampai Vanka tidak merasa jika ada seseorang yang masuk ke dalam kelasnya.
"Ups! Aduh sorry Van! Sengaja!" pungkas Marcella menyiram air terkena novel Vanka.
Ketiganya tertawa melihat Vanka yang terlihat menundukkan kepalanya tidak berani melawan mereka.
"Oh iya-iya! Hari ini kan hari Senin tandanya upacara bendera. Nah kebetulan gue nggak bawa topi. Jadi gue pinjem topi lo ya Van." jelas Kirana mengambil topi Vanka di samping bangku.
"Sekian pertemuan pagi hari ini. Maaf kalo cuma bentar. Wait for the next surprise!" cetus Stella mendekati wajah Vanka.
"Bye Vanka!" sahut mereka pergi meninggalkan Vanka dan keluar dari kelasnya.Vanka terdiam meratapi novelnya yang basah, kemudian dia langsung memasukkan ke dalam tas. Mereka merusak novel kesayangannya, novel yang selalu dia baca berulang kali tanpa ada rasa bosan. Begitu teganya mereka melakukan ini semua padanya, inj yang ada dibenak Vanka.
Satu persatu siswa maupun siswi berdatangan. Terlihat dari arah luar semua berjalan menuju kelas masing-masing. Seperti saat ini, kondisi kelas Vanka sudah mulai ricuh yang jadinya hanya Vanka sekarang terlihat dapat.
Vanka yang sekarang beralih membuka handphonenya.Darren:
Kok lo ninggalin gue sih!
Kan gue jemput lo!
Ngapain pakek berangkat duluan!
Lo dah nyampe?
Vanka menghiraukan pesan dari Darren karena dia tidak mau menambahkan banyak masalah.
Vanka berlangsung menekan tombol off untuk mematikan layar handphonenya.Hi my readers. Rasanya sepi banget yaa sekarang, aku updatenya lama banget karena sibuk sekolah dengan tugas yang melanda, biasalah anak kelas 12 lagi sibuk-sibuknya HAHA. It's okay, semoga keterlambatanku update bukan menjadi alasan kalian udah males baca ceritaku yaa. Dukung aku terus dengan baca karyaku. Enjoy guys. See u everyone. Love much.
Yang kangen aku boleh comment dong!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Ficção AdolescenteBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...