''Mungkin, sikap yang ada di luar akan berbeda dengan rasa yang ada di dalam hati.''
Seperti setiap hari, Vanka berangkat sekolah dengan menaiki bus angkutan umum. Dia memilih lebih naik bus daripada taksi karena terbilang biaya yang lebih terjangkau dan menurutnya naik bus adalah hal yang seru.
Sesampainya di sekolah, Vanka bergegas melangkah kakinya turun dari bus dan berjalan menuju gerbang sekolah.TIN!
Suara bel motor dari arah belakang membuat Vanka terkejut dan spontan berjalan ke arah pinggir jalan.
Motor tersebut melaju mendekati tubuh Vanka, pemilik motor membuka helmnya dan ternyata itu semua adalah perlakuan dari Darren.
"Kaget ya, Neng?" tegas Darren melajukan motornya dengan cepat.
Karena hal tersebut membuat Vanka kesal. Dia berjalan cepat menghampiri Darren di parkiran motor.
"Lo gila ya? Bikin gue jantungan aja!" seru Vanka mengerutkan alisnya.
"Kalo gue gila ya nggak sekolah disini!" balas Darren menata rambutnya.
"Udah deh jangan marah-marah! Ayo ke kelas" sambung Darren langsung merangkul pundak Vanka mengajak berjalan menuju kelas."Cie cie cie! Udah main rangkulan aja sekarang!" ucap Shepora sudah duduk di bangku.
"Apaan sih? Nggak jelas deh!" gerutu Vanka memalingkan pandangan.
"Sekarang lo udah jadi trending topik di SMA Aestro! Mana followers lo makin hari makin meningkat!" papar Shepora menaikkan alisnya.
"Hei! Sok-sokan banget jadi cewek! Mentang-mentang pacaran sama Darren!" tegas Stella berserta kedua temannya berjalan masuk ke dalam kelas menghampiri mereka berdua.
"Mau numpang pansos biar famous?" lanjutnya melirik Vanka.
"Mohon maaf ya! Lo mau ke kelas orang nggak pakek permisi nggak salam. Tiba-tiba nyelonong aja. Nggak pernah diajarin sopan santun sama orang tua ya? " balas Shepora mendekati Stella.
"Lo nggak usah ikut-ikutan! Gue nggak ada masalah sama lo!" pungkas Stella menatap Shepora.
"Trus maksud lo ada masalah sama Vanka? Lo aja kali yang cari masalah! Orang Vanka nggak pernah ngapa-ngapain lo!" seru Shepora menaikkan aslinya.
"Nggak usah ikut campur! Kalo lo nggak mau berurusan sama kita!" papar Stella pada Shepora.
"Kita? Cemen banget ngajak temen! Nggak berani sendirian!" Ledek Shepora menertawainya.
"Lo...! ucapan Stella terpotong karena suara bel masuk sekolah.Kring!
"Lo mendingan masuk ke kelas sana! Kelas lo kan bukan sini! Takutnya nanti dikira pikun nggak tau kelasnya dimana!" tegur Shepora dengan tangan telunjuknya mengarah ke wajah Stella.
"Awas lo!" cetus Stella menatap Vanka.
Stella beserta kedua temannya langsung keluar dari kelas.
"Awas lo awas lo! Nggak jelas!" ucap Shepora kembali ke tempat duduk.
"Awas berurusan sama cewek yang ditakuti satu angkatan!" papar Alex kepada Shepora.
"What satu angkatan? Terlalu hiperbola lo!" tegas Shepora melirik Alex.
"Udah Van! Lo tenang aja! Nggak usah mikirin tuh cewek!" bisik Shepora mendekati wajah Vanka.
Shepora, adalah sosok yang sangat dibutuhkan oleh Vanka. Ya, seperti dikondisi seperti ini, ada seseorang yang membela dari kebenarannya dan ada seorang yang melindungi Vanka dari ancaman kejahatan orang yang tidak tahu diri.Bel istirahat pun telah berbunyi, semua siswa maupun siswi di Kelas XII IPS 1 segera bergegas keluar dari kelas untuk menuju ke Kantin. Begitu pula, terlihat Shepora yang sudah bersiap-siap akan mengajak Vanka ke kantin.
"Ayo ke kantin, Van! Ayo keburu rame nanti!" ajak Shepora memegang tangan Vanka.
"Nggak deh. Gue lagi males" jawab Vanka sibuk dengan matanya tertuju pada novel yang sedang dia baca.
"Yah kok gitu sih. Ayolah temenin gue!" rengek Shepora mengerutkan bibirnya.
"Mendingan lo cepet sana ke kantin! Nanti nggak kebagian baksonya Mpok Surti." pungkas Vanka melirik Shepora.
"Yaudah deh gue kantin ya? Lo nggak papa kan disini sendirian?" tanya Shepora pada Vanka.
"Nggak papa! Udah sana buruan!" perintah Vanka pada Shepora.
"Sebentar. Bye muah!" ucap Shepora melambaikan tangan sambil berlari keluar dari kelas meninggalkan Vanka.
Di sudut luar sekolah terlihat Stella and the geng sedang berjalan akan menuju ke kelas Vanka, karena mereka mengetahui bahwa Vanka sedang berada di kelas. Rencana mereka terbatalkan karena langkah Darren terlebih dahului masuk ke dalam kelas Vanka.
"Sialan! Wait for my revenge!" pungkas Stella dengan pandangan mata menyala.Langkah Darren memasuki kelas Xl IPS 1, hanya terdapat Vanka yang duduk di bangku sedang sibuk membaca novel yang ada digengaman tangannya.
"Permisi Nona Vanka!" ujar Darren melangkahkan kaki mendekati Vanka dan duduk di sampingnya.
Tidak ada balasan apapun yang keluar dari mulut Vanka yang membuat Darren dengan sengaja mengambil novel yang ada di gengaman tangan Vanka.
"Apaan sih lo! Sana pergi!" gerutu Vanka menarik novelnya dari tangan Darren.
"Kemana nggak ke kantin?" tanya Darren melirik Vanka.
"Males ketemu lo!" balas Vanka dengan ekspresi datar.
"Lo nggak takut sendirian di dalam kelas? Mana sepi lagi cuman ada suara detik jam dinding!" papar Darren melihat ke arah jam dinding.
"Bodoamat!" pungkas Vanka dengan ucapan cepat.Tanpa ada balasan kembali percakapan, mereka berdua terlihat saling berdiam diri. Dengan Darren yang dengan melirik kanan kiri dari sudut di dalam kelas, sedangkan Vanka yang sibuk membaca novelnya dengan serius.
Selang beberapa waktu kemudian, terlihat Shepora yang mulai masuk ke dalam kelas.
"Cie cie! Berduaan ni ye!" sahut Shepora dari arah pintu kelas berjalan masuk.
"Yaudah. Gue balik ke kelas dulu." ucap Darren berdiri langsung melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kelas.
"Ye." cetus Vanka memalingkan pandangannya.
"Yaelah Van van! Cowok modelan kek Darren lo cuekin! Awas suatu saat lo bakal ngerasain gimana rasanya takut kehilangan seseorang!" ucap Shepora duduk di dekat Vanka.
Shepora begitu bingung dengan apa yang dirasakan oleh Vanka. Baginya Darren adalah sosok cowok idaman para cewek. Tetapi sikap dingin dan cuek Vanka masih melekat kepada Darren. Aneh memang aneh, itu yang ada pada benak Shepora saat ini. Tapi Shepora yakin akan ada waktunya sendiri untuk memberi ruang Vanka akan tergila-gila pada Darren. Mungkin saat ini Vanka sudah jatuh cinta pada Darren, tapi masih bisa menutupi dengan sikap dingin dan cueknya, tetapi Shepora tidak bisa membaca isi perasaan orang, termasuk Vanka.Jangan lupa untuk beri vote dan commentnya ya teman-teman.
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
See u next chapter ya, love my readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...