Chapter 3 -The Beginning Of The End-

110 26 7
                                    

''Perjumpaan bukanlah sesuatu hal yang menyakitkan melainkan rancangan indah menuju pertemuan selanjutnya.''

Waktu demi waktu, skor Daniel terus bertambah lebih unggul daripada Darren. Sampai pada akhirnya dengan skor 24-20, Darren tertinggal dengan 4 skor yang membuat Daniel hanya tersisa satu skor yang harus dia dapatkan.
"Cuman segini doang ternyata skill lo." ejek Daniel tersenyum lebar.
Ucapan Daniel semakin membuat pikiran konsentrasi Darren terganggu ditambah lagi dengan konsekuensi yang harus dilakukan jika dia mengalami kekalahan.
Dribbling bola yang dilakukan Darren direbut oleh Daniel, dengan langsung Daniel melakukan gerakan shooting memasukkan bola ke dalam ring. Dan akhirnya bola masuk dengan sempurna yang membuat Daniel dapat mengalahkan Darren dengan skor akhir 25-20.
"Sialan! Darren kalah!" dengus Gerald dengan kesal.
"Anjir! Gue udah nggak nahan! Gue ke toilet dulu." balas Rafael dengan lari meninggal lapangan basket.

Atas kemenangannya, Daniel merasa bahagia dapat mengalahkan Darren dengan skor yang bisa dikatakan jauh darinya.
Daniel melangkahkan kakinya mendekati Darren.
"Selamat atas kekalahannya! Emang lo nggak pantes jadi ketua basket SMA Aestro!" hina Daniel menepuk lengan Darren.
"Sesuai perjanjian. Lo harus ngelakuin challenge dari gue! Kalo lo nggak mampu, lo harus siap keluar dari anggota tim basket SMA Aestro!" lanjut Daniel dengan meletakkan tangan di lengan Darren.

Mendengar apa yang diperintahkan Daniel padanya membuat Darren semakin terbebani.
"Apa challengenya?" sahut Darren menatap ke arah Daniel yang sedang mengeluarkan handphone di saku celananya.
"Udah gue kirim lewat Whatssap biar jelas!" tegas Daniel terlihat meremehkan Darren.
"Deal!" imbuh Daniel langsung menjabat salah satu tangan Darren.
Tanpa menjawab dengan suara, Darren harus dapat menerima walau penuh keterpaksaan.

Dengan begitu saja, Daniel langsung meninggalkan Darren dengan berpasang muka menyebalkan.
Melihat Darren terlihat frustrasi, Gerald berjalan  menghampirinya. "Lo nerima dengan semudah ini? Apa challangenya coba?" tanya Gerald mengerutkan dahinya.
"Mau gimana lagi? Keluar tim basket? Bukan hal yang mudah bagi gue!" balas Darren dengan putus asa.
"Jadinya gimana?" teriak Rafael dari sudut samping lapangan.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Rafael, Darren berjalan meninggalkan lapangan basket bersama dengan Gerald begitu saja.
"Parah woi! Gue nggak direspon, ditinggalin lagi." geram Rafael berlari mengejar mereka berdua.

Hari ini, hari yang penuh dengan keganjalan bagi Darren. Tidak seperti biasanya, dia menikmati harinya tanpa adanya sesuatu masalah yang membuatnya selalu memikirkan hal tersebut. Pikirannya yang biasanya tidak terdapat suatu pikiran yang berat, berbeda dengan kali ini pikirannya yang terus memikirkan tentang sesuatu hal itu.
"Lo serius mau tembak tuh cewek? Emang lo kenal sama ceweknya? " tanya Gerald secara spontan setelah membaca kiriman challenge yang diberikan Daniel pada Darren.
"Yaelah kalo nggak kenal ya kenalanlah. Darren mah anak ganteng, gampang kalo masalah kek ginian. Siapa juga yang bakal nolak. Gue aja kalo cewek mau banget." sahut Rafael dengan tertawa kecil.
"Emang perlu diservice otak lo!" cetus Gerald menatap Rafael dengan tajam.
"Kalo lo mau bayarin, ayo-ayo aja gue. Eh tapi apa maksud dari challenge Kak Daniel coba?" gumam Rafael berpikir keras.
"Nah, baru aja gue mau bilang! Jauh juga pikiran lo. Kirain isinya cuma nasi gorengnya Cak Maul." ledek Gerald melirik Rafael.
"Ini nih baru mantep! Mari kita ke kantin untuk membeli nasi goreng Cak Maul!" ajak Rafael menarik kedua tangan Darren dan Rafael.

Sesampainya di kantin mereka bertiga langsung menduduki tempat makan. Rafael dengan wajah sumringahnya yang tidak sabar untuk segera mengisi perutnya, Gerald dengan raut wajah yang terlihat cukup datar seperti biasanya, dan Darren yang tetap saja termenung dengan isi pikirannya yang tetap menghantuinya.
"Cak Maul! Tiga seperti biasa. Spesial pakek telor mata sapi, kuning telurnya yang banyak, cabenya 5 merah semua. Jangan lupa kerupuknya penuh satu piring!" perintah Rafael pada Cak Maul yang sedang mengoreng nasi.
"Siap 96!" balas Cak Maul sangat bersemangat.
"Bangkrut lama-lama Cak Maul!" sahut Gerald pada Rafael.
"Yakali bangkrut. Pelanggannya aja satu sekolah." balas Rafael menata rambutnya.

Tiba-tiba Daniel berjalan dari arah yang berlawanan menghampiri mereka bertiga. Dengan langkah penuh percaya diri secara perlahan mendekati tubuh Darren dan duduk disampingnya.
"First Day! Are you ready?" tanya Daniel sambil  menatap Darren.
"Mana ceweknya?" balas Darren penuh tanya.
Pandangan mereka dialihkan oleh jari telunjuk Daniel yang mengarahkan ke arah depan.
"Cewek pakek jepit beruang warna pink, dekatnya cewek yang lagi main handphone." ucap Daniel menatap cewek itu.
"Good luck!" sambung Daniel berdiri meninggalkan tempat mereka bertiga.
"Cewek yang pakek jepit beruang itu? Cantik bener bukan main!" ungkap Rafael melirik Darren.
"Kalo cewek sampingnya bisalah buat gue! Nggak kalah cantik!" lanjut Rafael merangkul punggung Darren.
"Emang mau sama manusia bentukannya kek lo?" canda Gerald menyenggol tubuh Rafael.
"Kalo pengen juga ngomong, nggak usah malu-malu kali!" sindir Rafael memoyongkan bibirnya.
"Pesanan datang! Paket spesial khusus buat para pelanggan setia Cak Maul." ucap Cak Maul meletakkan piring nasi goreng ke tempat duduk mereka bertiga.
"Thank you very much Cak Maul yang baik hati dan mau dibikin rugi!" balas Rafael terkekeh girang.
"Mohon dimaklumi ya, Cak. Soalnya anaknya kurang garam dikit." ungkap Gerald menyedok nasinya.
"Bacot banget ni orang. Pantes nggak punya pacar." balas Rafael menguyah makanannya.
Tanpa menggubris percakapan Gerald dan Rafael, kedua mata Darren terlihat berlangsung menatap ke arah cewek yang ditunjukkan baru saja oleh Daniel. Akan tetapi, pikiran yang terus menerus melekat di kepala Darren sekarang terhilangkan sedikit, dia merasa sedikit lega setelah mengetahui indentas cewek tersebut. Dan baginya mengambil hati seorang cewek bukanlah hal yang begitu sulit, siapa yang tidak mau untuk memiliknya, cowok incaran para cewek-cewek.

Jangan lupa vote dan ramein commentnya ya teman-teman semuanya.
Terima kasih sudah membaca.
See u next chapter, tungguin ya.
Love, Olive.

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang