''Apapun keadaannya, apapun hambatannya dan apapun yang terjadi yang terpenting kau masih ada di hidupku.''
Di atas bangku meja sekolah, Vanka meletakkan kedua tangan yang sedang memegang sebuah novel barunya, pemberian dari Darren.
Sudut mulutnya membentuk segi senyuman. Dengan salah satu tangan mulai membuka lembaran halaman pertama. Pandangan mata tertuju pada setiap bacaan yang ada di dalam novel tersebut yang membuat Vanka mengawali membacanya.
"Cie novel baru nih! Makin dicuekin kalo diajak ngobrol!" sahut Shepora baru saja masuk ke dalam kelas.
"Yang penting hati gue nggak pernah cuek ke lo!" canda Vanka melirik Shepora yang melepaskan tas dari pundaknya.Memang terkadang kefokusan Vanka ketika sedang membaca novel membuatnya slow respon untuk menjawab obrolan dari Shepora.
"Bisa aja neng!" pungkas Shepora segera duduk di samping bangku Vanka.
Shepora berlangsung mengambil handphone dari dalam tas miliknya."Demi apa? Diskon 50%? Sumpah gue harus beli! What? Last for today!" ungkap Shepora degan mata menyala.
"Vanka! Lihat dong lucu banget tasnya! Lagi diskon! Terakhir nanti malem! Please lo nanti gue jemput! Lo temenin gue! Okay? Kita jalan-jalan!" terang Shepora penuh bersemangat.
"Asalkan gue ditraktir sesuatu!" balas Vanka menyipitkan matanya.
''Beres!'' sahut Shepora yang sedang kegirangan.
Apapun yang Vanka inginkan pasti Shepora turuti, asalkan Vanka mau menemaninya untuk berbelanja kali ini."Yaampun Van! Sumpah gue nggak sabar banget buat beli tasnya! Akhirnya incaran gue didiskon juga!" jelas Shepora sambil memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
Shepora benar-benar tidak sabar untuk segera memiliki tas incarannya yang akan dia beli malam ini."Yaampun Shepoku! Tipe idaman lo jual diri!" ucap Rafael dari arah belakang meja makan kantin.
"Amit-amit jabang babi! Lo aja sana jual diri! Gue jamin pasti nggak ada yang beli!" cetus Shepora mendengus kesal.
"Bukannya tadi bilang akhirnya incaran gue didiskon juga?" gumam Rafael dengan salah satu tangan mengaruk kepala.
"Tas incaran gue lagi diskon! Bukan tipe incaran gue bambang!" timpal Shepora menatap ke arah Rafael."Lo berdua bisa nggak sih nggak berantem sehari aja? Takutnya nanti jodoh!" pungkas Gerald melirik ke arah Shepora dan Rafael.
"Aaminn Ya Allah." seru Rafael mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
"Jauhkanlah hambamu ini Ya Allah dari syaitan yang terkutuk!" tegas Shepora sambil mengangkat kedua tangan ke arah depan.Mendengar adu mulut dari Shepora juga Rafael membuat Darren, Vanka dan Gerald tertawa secara bersamaan.
"Alhamdulillah padet pahala bikin orang ketawa bahagia!" kata Rafael menghembuskan napas perlahan.
"Udah deh kalian berdua! Cukup bikin perut gue sakit!" balas Vanka tertawa kecil dengan tangan memegang bagian perutnya."Van, nanti malem lo.." ucapan Darren terpotong oleh Shepora.
"Nanti malem gue sama Vanka mau jalan-jalan! Jadi kalo lo mau ngajakin Vanka kemana gitu atau ngapain gitu nggak bisa ya!" urai Shepora menaikkan alisnya ke arah Darren.
"Jalan-jalan? Ikut dong!" sela Rafael tersenyum pada Shepora.
"Enak aja! Kita mau shopping. Lo mau bayarin?" tangkas Shepora melirik Rafael.
"Dompet gue masih dalam keadaan kritis." dengus Rafael dengan meringis.
"Kita bertiga ikut! Nanti malem gue jemput lo berdua pulangnya gue anter. Tenang aja naik mobil muat lima orang." jelas Darren tanpa ekspresi.
"Serius? Yaampun dapet tumpangan gratis dong!" sahut Shepora menyenggol badan Vanka.
"Giliran Darren yang beraksi pada mau-mau." celetuk Rafael menelan ludahnya.
"Awas protes dieliminasi!" ucap Shepora dengan jari telunjuk berarah ke wajah Rafael.
Walaupun rencananya jika dia tidak jadi untuk mengajak Vanka malam ini, tetapi dia tetap lega karena dia tetap bisa jalan dengan Vanka, walaupun dengan banyak teman lainnya. Bukankah lebih seru, bagi Darren.Motor Darren berhenti di depan gerbang Rumah Vanka. Dengan cepat Vanka turun dari motor.
"Tumben nggak sampek masuk." ungkap Vanka melirik Darren.
"Yaudah besok masuk sampek kamar lo." balas Darren tersenyum di balik helmnya.
"Ngawur banget jadi orang!" cetus Vanka menepuk salah satu lengan Darren.
"Masuk doang trus keluar. Kan nggak ngapain-ngapain. Cuman ninggalin jejak doang." lanjut Darren melihat Vanka yang begitu kesal.
"Terserah apa kata lo! Bye!" sahut Vanka langsung melangkahkan kakinya menuju gerbang masuk halaman rumahnya.
"Jangan lupa ntar malem! Dandan yang cantik sampek gue kira artis korea." ucap Darren dengan mengegas laju motornya.
"Y." pungkas Vanka berlangsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Darren begitu saja.
Vanka malas berbasa-basi, dia berlangsung mengakhiri percakapannya dengan Darren dengan kata yang begitu singkat.
Tidak apa-apa yang terpenting Vanka masih bersama Darren, itu yang Darren pikirkan.Cihuww ada aja yakan cara Darren buat bersama Vanka terus. Kalo ga karna Shepora juga gaakan si!! Ni namanya teman saling mutualisme dalam hubungan percintaan.
Kira-kira nanti mereka mau jalan-jalan kemana ya? Terus mau ngapain aja ya? Penasaran kan sama kelanjutan cerita mereka?
Jangan lupa tunggu next chapternya!! Thank u for all my readers. I love u more guys!!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Fiksi RemajaBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...