''Kehadiran seseorang yang terkadang belum terasa dihargai, akan terhargai ketika kehadiran itu mulai hilang.''
Hari ini Vanka berjalan sendiri karena Shepora sudah dijemput. Ketika Vanka melangkahkan kakinya menuju tempat tunggu bus, langkahnya dihentikan seseorang yang memegang pundak dan ingin mengatakan sesuatu pada Vanka.
"Eh Van! Lo dipanggil sama Pak Anton di halaman belakang sekolah!" ucap seorang cewek berambut panjang sesikunya.
"Kenapa ya?" tanya Vanka penuh dengan tanda tanya.Vanka merasa bingung apa maksud dari perkataan cewek tersebut, Vanka juga tidak mengetahui indentitasnya.
"Gue nggak tau. Soalnya cuman disuruh." jawab cewek tersebut kepada Vanka.
"Makasih ya!" sambung Vanka segera melangkahkan kakinya meninggalkannya.
Vanka mempercepat langkah kakinya dengan dalam hatinya penuh tanya, mengapa Pak Anton memanggilnya. Padahal sebelumnya Vanka tidak berbuat kesalahan sekali pun yang akan melibatkan Pak Anton.
Vanka berhenti di sudut pinggir halaman sekolah, kedua matanya melirik di berbagai sudut, tidak ada siapapun di sana termasuk juga dengan Pak Anton. Perasaan tidak enak mulai muncul dalam benaknya, rasanya juga aneh.Bruk!
Badan Vanka terjatuh mengenai tanah karena sebuah dorongan yang begitu keras dari arah belakang.
"Kenapa? Sakit?" seru Stella mendekati Vanka.
"Kalian kenapa ada disini?" tanya Vanka menatap Stella, Marcella dan Kirana.
Ternyata cewek tadi adalah suruhan Stella, ini sebuah jebakan. Vanka tidak menduga, selalu ada acara untuk ingin berbuat buruk padanya.
"Kenapa-kenapa!" sahut Stella membuka botol air minum dan disiramkan kepada Vanka.
"This is the surprise you've been waiting for!" timpal Stella menjatuhkan botol air mengenai wajah Vanka.
"Kalo lo pacaran sama cowok incaran cewek satu angkatan. Lo harus berurusan sama cewek yang ditakuti satu angkatan!" jelas Stella dengan jongkok mendekati telinga Vanka.
"Ini masih awalan belum akhiran!" cetus Stella melebarkan senyumannya.
"Guys!" ucap Stella memetikan jari tangannya melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan.
"Bye-bye Vanka!" imbuh Marcella melambaikan tangan kepada Vanka.
Seusai mereka bertiga meninggalkan Vanka kembali sendiri, Vanka mulai mengangkat badannya untuk berdiri dengan bantuan salah satu tangan menyentuh pada tanah. Kemudian Vanka segera membersihkan tanah pada telapak tangan juga kaos kaki putihnya dengan langkah berlari menuju gerbang sekolah. Rasanya ingin menangis, tapi tertahankan oleh setegaran dirinya, rasanya ingin marah, rasanya sangat capek.Malam yang kosong tidak ada yang istimewa bagi Vanka. Dia hanya terlihat diam dengan badan berbaring di atas kasurnya dengan kedua matanya sedang menatap ke arah jam dinding yang ada di sudut dinding kamar. Kemudian dia berganti duduk dengan salah satu tangannya berusaha mengambil handphonenya yang berada di meja samping kasurnya.
Darren:
Vankaaa
Lo tadi pulang naik bus kan?
Gue cariin ke kelas nggak ada orangnya.
Gue cariin di depan sekolah adanya penjual pentol.Vanka baru membuka isi pesan dari Darren tadi siang. Tidak lama kemudian Darren mengirim pesan lagi kepada Vanka.
Darren:
Vanka! Lo kemana aja?
Chatt gue dari jam 14.30 baru lo baca jam 18.30
Jangan dibaca doang! Bales juga kali!Membaca pesan dari Darren membuat Vanka melebarkan senyumannya. Tanpa berpikir panjang jari kedua jempolnya bergerak pada keyboard handphone untuk memberikan balasan kepada pesan Darren.
Vanka: Sorry baru bales.
Darren:
Lo tadi naik bus kan?
Lo sekarang udah di rumah?
Vanka:
Tadi gue naik jet pribadi
Sekarang gue udah ada di Planet Mars.Baginya, Darren membawa dua dampak baik kehidupan Vanka. Pertama, dampak buruknya membuatnya memiliki musuh, membuatnya tidak disukai oleh Stella karena hubungannya dengan Darren. Kedua, dampak baiknya selama Vanka bersama Darren, Vanka mendapatkan hal-hal yang dapat dicukupi oleh Darren, seperti segala batuannya yang selalu ada.
Pagi hari ini Vanka berangkat tanpa Darren. Langkah kaki pendek Vanka saling bergantian menyelusuri koridor sekolah. Ketika dia akan memasuki pintu masuk kelasnya, Vanka disambut oleh teriakan seorang cowok yang berada dibalik pintu tersebut.
"Dor!" seru Darren dengan keras.
Ternyata kedatangan Vanka lebih didahului oleh Darren yang ternyata sudah datang.
"Nggak kaget!" ledek Vanka menaikkan alisnya.
"Minggir deh! Gue mau masuk." ucap Vanka menarik Darren yang menghalangi pintu masuk.Selalu ada saja cara Darren untuk membuat Vanka agar terbawa ke suasana yang telah dibuatnya. Tetapi kenyataannya, terkadang Vanka hanya menghiraukannya saja, terkadang hanya balasan singkat dan raut wajah yang tidak ada sedikit pemberian senyuman kepada Darren. Tapi bagi Darren itu hal yang wajar, karena Darren sudah mulai mengenali karakter Vanka yang sulit untuk ditaklukan. Terkadang mau tertawa terkadang hanya cemberut saja.
"Nggak mau ngucapin terima kasih soal kemarin gitu?" tanya Darren menatap Vanka.
"Oh iya! Gue lupa nggak bawa topi lo! Ketinggalan di rumah tadi." balas Vanka memegang bagian sudut dahinya.
"Topinya nggak usah dikembaliin! Lo simpen aja buat ganti!" perintah Darren menaikkan alisnya.
"Oh iya lupa! Makasih udah pinjemin topi! Makasih juga udah mau dihukum demi nolongin gue! Dan makasih buat topinya!" papar Vanka secara detail.
"Kurang apaku padamu?" sahut Darren mendekati wajah Vanka.
"Stres!" pungkas Vanka segera masuk ke dalam kelas.Sikap Vanka tetap saja datar, cuek dan dingin kepada Darren. Belum ada sesuatu yang dapat mencairkan sikapnya, padahal Darren sudah selalu banyak berbuat baik kepadanya. Itu pura-puranya, kenyataannya diisi hatinya ingin bergejolak bahwa dirinya sangat beruntung akan keberadaan Darren yang selalu membantunya, bukan termasuk Stella yang merusak ketenteraman hidupnya.
Makin kesini ceritanya bikin bingung karena sikap Vanka ke Darren atau bikin gregeten dengan tingkah laku geng Stella atau justru bikin seru karena effort Darren buat Vanka?
So my readers, jangan bosen-bosen yaa buat nungguin kelanjutan kisah Darren dan Vanka?!?!
Thank u for all yang udah baca dan ngikutin ceritaku hingga saat ini, kehadiran kalian sangat berarti. Boleh kasih comment dan votenya guys, plis pencet apa aja asal comment boleh lo hihi. See u my lovers!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Ficção AdolescenteBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...