Chapter 36 -Big Struggle-

129 4 0
                                    

''Seseorang yang melakukan sebuah perjuangan yang besar bagi kehidupan seseorang, itulah orang yang pantas untuk diperjuangkan juga.''

Di sudut bangku kantin, Shepora terlihat menikmati makanannya sendirian tanpa ada Vanka. Dari arah belakang terlihat Rafael berada di depan Darren dan Gerald yang mengikuti langkah kakinya. Langkah kaki mereka bertiga berhenti di tempat makan Shepora.
"Sendirian aja, Neng. Sini abang temenin!" sambut Rafael bergegas duduk di samping Shepora yang sedang menikmati makanannya.
"Lo bisa nggak sih nggak bikin orang mual?" dengus Shepora melirik Rafael dengan kesal.
"Kenapa mual? Kan omongan gue nggak mengandung zat kimia berbahaya." ucap Rafael mengerutkan alisnya.
"Vanka dimana? Di kelas atau ke perpus?" sambung Darren bertanya pada Shepora.
"Lo kok udah masuk? Emangnya udah sembuh?" lanjut Shepora memasukkan makanan ke dalam mulut.
"Sembuh bangetlah. Semalem abis dijenguk sama Vanka." pungkas Gerald sedikit melirik Darren.
"Hah? Semalem Vanka ke rumah lo?" tanya Shepora begitu tidak menyangka.
"Bertiga sama kita." ujar Rafael tersenyum menaikkan alisnya.
"Terus sekarang Vanka dimana?" ulang Darren bertanya kepada Shepora.
"Vanka keknya masih di toilet deh. Soalnya tadi katanya perutnya mules banget dari jam pelajaran." jelas Shepora menggerakkan sendok berputar ke berbagai arah.
"Lo mau ke toilet cewek? Dihukum Pak Anton bersihin toilet tau rasa!" cetus Shepora melanjutkan menghabiskan makanannya.

Vanka terlihat begitu lesu kepikiran tentang hal yang terjadi pada Ruang TU tadi dengan berbaring di atas kamar kasur. Kemudian dia bangun terduduk dengan menghembuskan napasnya perlahan. Vanka mengangkat badannya berdiri dan melangkah kakinya keluar dari kamar. Mamanya sedang duduk di depan televisi sedang sibuk menjahit sebuah celana di tangannya. Vanka merasa kasihan dengan Mamanya, maka dari itu yang membuat Vanka tidak berani untuk meminta uang pembayaran sekolahnya setiap tahun. Karena selain biaya yang cukup mahal, keadaan ekonomi Vanka juga yang tidak mendukung.
"Lagi ngapain, Ma?" sapa Vanka yang memberanikan diri untuk mendekati Mamanya.
"Ini celana udah Mama jahit ada lima kali, bolong terus." tawa Mamanya tersenyum pada Vanka.
"Kamu nggak belajar?" tanya Mamanya melihat Vanka yang duduk di sampingnya.
"Kebanyakan belajar bikin pusing." hembus Vanka tanpa bersemangat.
"Tumben nyamperin Mama. Pasti ada sesuatu ni." pungkas Mamanya melirik Vanka.
"Vanka sebenarnya mau ngomong sesuatu ke Mama. Tapi..." ucapan terpotong oleh Mamanya.
"Tapi kenapa? Udahlah ngapain malu sama Mama? Orang biasanya nggak ada malu-malunya." jail Mamanya mengunting benang.
"Dah selesai. Semoga nggak bolong lagi. Kamu mau ngomong apa?" ujar Mamanya meletakkan celana beserta alat untuk menjahit di atas meja yang ada di depannya.
"Tanggungan pembayaran sekolah Vanka." lirih Vanka menundukkan kepala.
"Vanka lihat Mama! Insya Allah Mama akan bayar semuanya. Doain Mama ya biar secepatnya dapat rezeki!" pinta Mamanya memeluk Vanka.

Di balik pelukan dari Mamanya, Vanka begitu membungkam mulutnya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
Vanka memang tidak mau merepotkan Mamanya, tetapi sekarang Vanka hanya bisa meminta segala batuannya kepada Mamanya.
"Yaudah sekarang kamu tidur, kan besok sekolah nanti terlambat." canda Mamanya mengusap rambut Vanka.

Vanka terduduk di atas kasur tempat tidur miliknya dengan kedua tangan memegang sebuah foto pigura gambar seorang pria bersama Mamanya sedang mengendong badan kecil Vanka sedang meniup kue ulang tahun. Air mata Vanka saking berjatuhan mengenai kaca yang melapisi foto di dalamnya kemudian salah satu tangannya mengusap kaca tersebut. Ada rasa yang tersembunyi tersendiri pada Vanka.

Vanka bergegas menemui Mamanya yang berada di dapur untuk berpamitan berangkat sekolah. Seketika sampai di dapur, Vanka terkejut akan beberapa donat bercampur coklat juga keju serta hiasan lainnya tertata rapi di loyang meja dapur.
"Ulang tahun Vanka masih lama, Ma!" sahut Vanka tersenyum melihat donat.
"Kamu kira Mama udah pikun gitu? Ini donat buat dijual. Kamu mau kan bantu jualin donat ke kantin sekolah?" papar Mamanya bertanya pada Vanka.
"Mau dong mau banget. Pasti laris manis deh donatnya. Vanka jamin seratus ribu juta persen deh!" pungkas Vanka sangat bersemangat membantu Mamanya memasukkan donat tersebut ke dalam wadah kotak plastik berbentuk persegi panjang.

Perjuangan Mamanya begitu besar dalam kehidupan Vanka sampai rela melakukan apapun untuk kehidupan Vanka.
Terdengar suara motor Darren berhenti di depan halaman rumah.
"Eh itu Darren udah dateng! Buruan sana berangkat!" perintah Mamanya menyerahkan wadah berisi donat kepada Vanka.
"Siap laksanakan!" tegas Vanka berlangsung mencium tangan Mamanya dan berjalan cepat keluar dari rumah untuk menemui Darren ada di depan.

Vanka melangkahkan kedua kakinya menuju keluar dari pintu rumahnya dengan kedua tangannya sedang memegang sebuah kotak bening yang berisikan sebuah donat yang tertata di dalamnya.
"Gue belum ulang tahun kali." sahut Darren melihat donat yang dipegang di kedua tangan Vanka.
"Ih pede banget. Ini mau dijual di kantin sekolah!" cetus Vanka memutar bola matanya.

Klik!
Darren melepaskan helm dari kepala Vanka.
"Gue bisa sendiri kali!" gerutu Vanka melirik Darren.
"Biar cepet! Let's go!" pungkas Darren langsung merangkul pundak Vanka bagian belakang.
"Gue mau ke kantin. Lo duluan aja sana ke kelas!" ucap Vanka berjalan meninggalkan Darren.

Vanka melangkahkan dengan cepat menuju kantin sekolah kemudian dia menemui Mpok Surti untuk menitipkan donat tersebut.
"Pagi-pagi mau makan apa, Neng?" sapa Mpok Surti yang masih bernata perlengkapan di atas meja.
"Saya mau nitipin donat. Boleh nggak, Mpok?" balas Vanka menyodorkan donat ke Mpok Surti.
"Wah! Boleh banget dong Neng Cantik! Nanti uangnya ambil ke Mpok ya!" ucap Mpok Surti menerima wadah donat dari Vanka.
"Oh iya. Namanya siapa, Neng?" lanjut Mpok Surti tersenyum pada Vanka.
"Vanka, Mpok." ujar Vanka membalas senyum Mpok Surti.
"Yok!" sahut Darren dari arah belakang merangkul pundak Vanka mengajak berjalan meninggalkan kantin.

Hello guys, gimana perasaan kalian kalo ada di posisi Vanka? Sedih? Bingung? Serba salah? Pengen nangis kan? Kuat bangett yaa jadi Vanka tu.

Makin penasaran kan sama jalan cerita kisah Darren & Vanka? Jangan lupa tab tombol votenya dong guys, klik bintangnya. Jangan seng kan buat comment juga yaa, kasih saran terbaik dari kalian!!

Terimakasii yang sudah membaca cerita aku sampai sejauh ini. See u next chapter yaa guys, I love u my lovers.<3

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang