''Setiap hari pasti ada cerita tersendiri, tetapi hari akan lebih indah ketika hari-hari bersamanya.''
Darren berbelok ke sebuah arah yang sangat ramai dipenuhi lampu warna-warni di setiap jalannya ditambah banyaknya jumlah orang yang sedang berjalan di tepi jalan tersebut.
Kemudian Darren menghentikan motornya di sebuah lahan lapangan yang luas yang di depannya terpampang sebuah Pasar Malam yang sangat ramai dipenuhi para penghujung.
"Wah pasar malem! Ayo buruan Darren!" girang Darren menarik salah satu tangan Darren untuk segera masuk ke dalam Pasar Malam tersebut.Mereka berdua berjalan masuk disambut berbagai macam wahana permainan juga banyaknya penjual makanan maupun minuman yang ada di dalamnya.
"Darren mau gulali!" pinta Vanka dengan jari telunjuknya mengarah pada penjual gulali.
Mereka berdua berjalan menuju penjual gulali yang sangat dipadati oleh banyaknya anak kecil bersama orang tuanya.
"Pak, mau yang ini ya!" ucap Vanka mengambil sebuah gulali berbentuk kepala beruang yang sudah terbungkus rapi diletakkan di atas gantulan."Darren! Fotoin gue bawa gulali!" perintah Vanka menyerahkan handphonenya kepada Darren.
"Pakek handphone gue aja! Nanti gue share ke lo." balas Darren mengeluarkan handphone di dalam saku celana.
Vanka sudah duduk di sebuah kursi yang berada pada Pasar Malam untuk bersiap difoto oleh Darren. Dia melebarkan senyumannya dan kedua tangan yang memegang plastik gulali tersebut. Berbagai gaya yang Vanka lakukan, mulai dari gaya jari dua sampai berpose bibir monyong."Udah gue share ke lo." pungkas Darren segera duduk di samping Vanka.
"Ih lucu banget gulalinya!" ujar Vanka terlihat sangat menyukai gulali yang dia pegang.
"Lebih lucu yang pegang." timpal Darren memalingkan pandangan.
"Makasih banyak ya udah dibeliin!" kata Vanka tersenyum pada Darren.
"Gitu dong senyum! Jangan marah-marah mulu!" sahut Darren melirik Vanka.
"Tergantung kondisi dan tempat." gumam Vanka sambil memakan gulalinya.
"Kenapa lo suka banget sama yang manis-manis?" lanjut Darren terlihat sangat penasaran.
"Karena kenyataan hidup gue terlalu pahit!" cetus Vanka menelan gulali tersebut.
"Biar nggak pahit, ayo kita main bianglala!" ajak Darren langsung mengenggam salah satu tangan Vanka berjalan menuju wahana permainan.Bianglala merupakan salah satu permainan yang disukai oleh semua kalangan usia terlihat banyak sekumpulan orang yang sedang mengantre untuk menaiki wahana permainan tersebut.
"Darren, gue nggak pernah naik kek ginian." lirih Vanka mempererat gengaman tangannya pada Darren.
"Pasti lo bakal ketagihan deh!" jelas Darren tersenyum pada Vanka.Mereka berdua sudah berada di dalam tempat wahana tersebut. Bianglala mulai berputar secara perlahan, Vanka terlihat sangat ketakutan yang mendekatkan posisi duduknya dengan Darren.
"Darren, gue takut banget!" ungkap Vanka menatap Darren dengan salah satu tangan mendekap tangan Darren dan satu tangannya masih memegang gulali.
"Tenang aja! Ada gue disini." jelas Darren berusaha menenangkan Vanka yang sedang memejamkan matanya.Bianglala sudah mulai bergerak berputar, terlihat Darren yang sangat menikmati wahana tersebut, sedangkan Vanka yang terlihat ketakutan dengan kedua tangannya memegang salah satu lengan Darren dengan erat juga kedua matanya yang terpejamkan.
Crik!
Darren mengambil beberapa foto melalui handphonenya. Suara dari kamera tersebut membuat Vanka langsung membuka mata dari pejamannya.
"Ih Darren jangan difoto! Guenya pasti nggak jelas." keluh Vanka mengerutkan alis.
"Nggak jelas juga berharga!" pungkas Darren melirik Vanka sedikit tersenyum.Bianglala sudah berhenti tandanya waktunya Vanka dan Darren untuk turun kembali.
"Lo nggak papa kan?" tanya Darren menatap Vanka yang terdiam.
Vanka hanya menjawab pertanyaan Darren dengan gelenggan kepalanya.
"Yaudah kita duduk dulu ya?" ujar Darren memegang tangan Vanka berjalan menuju tempat duduk mereka semula tadi yang kebetulan tidak ada yang menduduki.
"Tunggu bentar ya! Bentar aja." pinta Darren berjalan meninggalkan Vanka yang duduk sendirian.Vanka menghembuskan napasnya keluar seraya matanya memperhatikan sekeliling. Tidak lama kemudian, Darren datang kembali menghampiri Vanka.
"Minum dulu ya!" ucap Darren memberikan botol air mineral kepada Vanka yang sudah dibuka tutupnya.
Vanka berlangsung meneguk air tersebut dengan cepat dan kembali menutup botol air tersebut.
"Lo ngapain ngeliatin gue kek gitu? Gue nggak papa kali." sahut Vanka melirik Darren yang begitu khawatir akan kondisi Vanka setelah naik bianglala tersebut.
"Happy?" singkat Darren bertanya kepada Vanka.
"Lebih dari kata happy!" balas Vanka tersenyum kepada Darren.
"Lo terakhir ke Pasar Malam kapan?" lanjut Darren menatap Vanka.
"Terakhir ke Pasar Malam mungkin waktu gue masih TK. Pokoknya lama banget deh." jelas Vanka mengerutkan bibir.
"Kalo terakhir lo jatuh cinta sama seseorang kapan?" sambung Darren dengan perlahan.
Vanka menghiraukan apa yang dikatakan Darren karena pandangan matanya tertuju pada sebuah penjual boneka.
"Vanka?" pelan Darren memanggil Vanka.
"Hah? Apa? Lo tadi ngomong apa?" pungkas Vanka sedikit terkejut.
"Ayo ikut gue!" ajak Darren segera berdiri dan mengandeng tangan Vanka berjalan ke arah barat.Darren menghentikan langkah kakinya pada penjual boneka yang Vanka perhatikan tadi yang banyak dipenuhi oleh anak kecil bersama orang tuanya.
"Lo mau beli boneka?" tanya Vanka dengan wajah polos.
"Tadi kan udah beli mahar mas kawin berarti sekarang kita pesen dekor pernikahannya." balas Darren menahan tawanya.
"Ih apaan sih! Nggak jelas!" cetus Vanka mengerutkan dahi.Kemudian Darren kembali mengandeng tangan Vanka berjalan mendekati berbagai macam boneka beruang yang ada di sudut dalam.
"Lo suka beruang kan? Lo mau yang mana?" cakap Darren memperhatikan beberapa boneka tersebut.
"Darren mau beliin buat Vanka?" pelan Vanka melirik Darren.
"Iya mau beliin. Vanka mau yang mana? Mau lima boleh banget!" tangkas Darren menganggukan kepala tersenyum kepada Vanka.Vanka berjalan mendekati susunan berbagai macam boneka beruang, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran paling besar. Vanka begitu memperhatikan boneka yang ada dengan sudut mulutnya membentuk sebuah senyuman.
"Mau ini?" tanya Darren mengambil sebuah boneka bersal warna pink.
"Vanka udah punya yang warna pink. Pengen yang warna coklat." terang Vanka berarah pada sebuah boneka coklat yang terdapat bentuk love di sisi tengah badan depannya.
"Ini?" lanjut Darren mengambil boneka tersebut kepada Vanka.
"Besar banget." balas Vanka sedikit terkejut melihat boneka tersebut secara dekat karena ukurannya yang cukup besar daripada yang lainnya.
"Ini belum seberapa. Yang paling besar tuh yang paling atas." tunjuk Darren berarah ke boneka yang diletakkan pada bagian paling atas.Yang setom and gerry bisa seromantis ini juga kan, siapa lagi kalo bukan Darren dan Vanka. Akhirnya mereka makin deket yakan.
Eitss tapi makin deket makin apa ni..?!?!Thank u yaa my readers yang udah baca sampai chapter ini, udah setia, udah mau nungguin. See u next chapter my lovers!!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...