Di tengah perjalanan, motor Darren melaju dengan lambat membuat Vanka kesal yang akan menyebabkan sampai rumah memakan waktu lama.
"Lambat banget sih! Kek siput!" tegas Vanka menepuk punggung belakang Darren.
"Pegangan!" ucap Darren pada Vanka.
"Ngapain juga pakek pegangan? Orang kek nggak jalan-jalan dari tadi." balas Vanka mendengus kesal.Brem!
Tiba-tiba Darren mengegas motornya dengan laju tinggi yang membuat Vanka secara refleks segera memeluk pinggang Darren.
"Dasar modus lo!" gerutu Vanka langsung melepaskan pelukannya.
"Gue apa lo yang modus? Orang lo yang peluk gue duluan!" tangkas Darren terkekeh melirik Vanka dari kaca spion motornya.
"Dasar cowok modus!" sambung Vanka dengan kesal.
Darren kembali mengegas motornya, Vanka kembali memeluk pinggang Darren tapi Vanka memegang pundak Darren. Benar-benar menyebalkan, Darren membuat Vanka semakin naik pitam.Darren menghentikan motornya masuk ke dalam halaman rumah Vanka. Tidak lagi asing baginya rumah Vanka baginya, karena Darren tipekal orang yang mudah hafal dengan sesuatu arah jalan hingga tempatnya walaupun hanya sekali dia berada disitu.
"Lain lagi, kalo mau ngajak mati mendingan jangan ngajak gue deh!" geram Vanka dengan ekspresi wajah yang mengeras.
"Mohon maaf tuan putri!" balas Darren melebarkan senyumannya.
"Yaudah! Lo ngapain masih disini? Pulang sana!" lanjut Vanka melepaskan helm dari kepalanya.
"Eh Darren! Kok nggak masuk ke dalam sih?" sahut Mama Vanka secara tiba-tiba muncul dari dalam rumah.
"Bye!" ucap Vanka melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah menghampiri mereka berdua.
"Eh Vanka! Kok gitu sama Darren!" tangkas Mamanya menatap Vanka yang sudah masuk ke dalam rumah.
Mamanya Vanka sangat menyukai karakter Darren, karena baginya selain memiliki paras yang rupawan Darren begitu sopan kepadanya dan baginya Darren begitu serasi dengan Vanka.
Ya, karena baru kali ini Vanka dekat dengan seorang cowok. Sekalinya dekat langsung mendapatkan sosok Darren yang banyak diidamkan oleh cewek di luar sana.
"Gapapa kok Tante. Saya boleh nggak nanti malam ngajak Vanka keluar?" sambung Darren pada Mamanya Vanka.
"Boleh! Boleh banget malah! Vanka anaknya jarang banget keluar gitu! Keluar rumah cuman ke sekolah doang!" jawab Mama Vanka mengangguk tersenyum kepada Darren.
Memang Vanka adalah seorang anak rumahan, jauh dari kata sering keluar rumah selain hari-hari sekolahnya saja. Apalagi malam hari, dia pasti memilih untuk melakukan kegiatan di kamarnya daripada harus membuang banyak tenaga untuk keluar rumah hanya dihabiskan dengan main-main.Kedua matanya sibuk menatap layar dari pantulan laptopnya, terdiam tanpa bersuara apapun hanya dengan gerakan alis yang bernaik turun.
Vanka sedang asyik menonton sebuah film pada laptopnya. Mungkin ini sudah menjadi rutintas malam harinya, jika memang dia tidak mempunyai tanggungan pekerjaan rumah dari sekolahnya.
Kegiatan Vanka dikejutkan dengan langkah mamanya yang secara tiba-tiba langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa Vanka terlebih dahulu.
"Kamu lagi ngapain? Ayo buruan ganti baju yang bagus! Dandan yang cantik! Udah ditungguin Darren di ruang tamu." ujar mamanya seketika membuat Vanka kaget apa maksud dari ucapan mamanya barusan, sedangkan dia tidak ada janji dengan Darren untuk keluar rumah malam ini.
"Apaan sih! Mama nggak usah bohong deh! Siapa juga yang mau keluar sama Darren." sahut Vanka menatap mamanya.
"Kalo nggak percaya, lihat aja Darren udah ada di ruang tamu!" balas mamanya mengerutkan bibirnya.Vanka bergegas melangkahkan kakinya keluar dari kamar berjalan menuju ruang tamu. Seperti halnya yang dikatakan mamanya, Darren sudah duduk berada di ruang tamu. Mengenakan hoodie hitam dengan celana polos warna hitam begitulah style Darren malam ini.
"Lo ngapain disini?" tanya Vanka berjalan mendekati tempat Darren duduk.
"Ayo berangkat!" balas Darren segera berdiri dari duduknya.
"Yakali berangkat pakek piyama hello kity! Ngapain sih lo tiba-tiba dateng ngajak keluar lagi? Kan lo sebelumnya nggak ngomong apa-apa ke gue!" ucap Vanka mengerutkan bibirnya.
"Darren tadi udah minta izin ke Mama. Jadi sekarang kamu buruan sana ganti baju! Nggak kasihan apa sama Darren udah nungguin?" sahut mamanya berjalan mendekati Vanka.
"Vanka lagi banyak pr, Ma. Jadi nggak bisa keluar." balas Vanka melirik mamanya.
"Jangan bohong deh! Dari tadi asyik nonton film nggak belajar, banyak pr darimananya?" sambung mamanya menaikkan alisnya.
"Baru inget kalo Vanka belum ngerjain. Jadi sekarang Vanka mau.." lanjut Vanka terpotong oleh sahutan dari mamanya.
"Udah nggak usah banyak alasan deh! Sana buruan ganti baju cepetan! 5 menit selesai! Nggak pakek lama!" pungkas mamanya mengandeng tangan Vanka menuju kamarnya.
"Ini namanya pemaksaan lo. Mama bisa kena pasal lo." ujar Vanka dengan gerakan bibir cepat.
"Kalo kamu nuntut Mama. Siapa yang kasih makan kamu setiap hari?" ledek mamanya melirik Vanka tersenyum padanya.
''Darren.'' jawab Vanka dengan kesal dan berlangsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya.Masuk ke dalam dengan perasaan yang kesal, Vanka membuka lemari miliknya. Satu demi satu pakaiannya dikeluarkan, berbagai pakaian model apapun berjejer pada kasur kamarnya mulai dari kaos sampai dress. Semakin membuat Vanka kebingungan mau mengenakan pakaian yang mana.
"Pakek ini aja deh! Ngapain juga dandan cantik-cantik emang mau ke kondangan?" dengus Vanka mengerutu kesal.
Setelah selesai berganti baju, Vanka menyisir rambutnya dan memolesakan lip tint pada bibirnya. Vanka bercermin pada kaca kamarnya, tanpa senyuman. Hanya rasa kesal yang terlihat pada raut wajah Vanka. Mamanya dan Darren sudah berkerja sana untuk ini semua, hal itu yang Vanka pikirkan.
"Vanka! Udah lebih dari 5 menit ini!" teriak mamanya dari ruang tamu terdengar sampai kamarnya dengan jelas.
"Astagfirullah. Ya Allah berikan hambamu ini kesabaran!" hembus Vanka menyelempangkan slingbag pada lengan tangannya bergegas melangkahkan kakinya berjalan keluar dari kamar.Atasan hoodie bergambar beruang warna pink dengan bawahan rok hitam polos sebawah lututnya, ditambah slingbag warna putih terlempang pada lengan tangannya, tidak lupa jepitan beruang pink terselip pada sudut rambutnya. Vanka berjalan dengan ekspresi wajah yang datar menghampiri mamanya juga Darren di ruang tamu.
"Cantiknya anak Mama!" sambut mamanya menatap Vanka tersenyum lebar.
"Yaudah ayo berangkat! Assalamualaikum." pamit Vanka mencium tangan mamanya.
"Berangkat dulu ya, Tante! Assalamualaikum." sambung Darren juga bersalaman pada mamanya Vanka.
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati ya! Pulangnya jangan malam-malam!" balas Mama Vanka tersenyum pada Darren.Hi hi semuanya, terima kasih sudah membaca sampai chapter ini.
Jangan lupa buat kasih vote sama ramein commentnya ya guys.
Tungguin next chapter ya.
Love u all, see u readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Teen FictionBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...