''Melihatnya tertawa bahagia, hati ini sudah lebih dari kata lega.''
Jam pulang sudah tiba, ketika Vanka berjalan menuju tempat tunggu bus terlihat Darren sudah duduk berada di sana. Tidak seperti biasanya, Darren akan naik bus lagi, sedangkan motor dia sedang baik-baik saja.
"Ngapain sih lo disini?" sahut Vanka segera duduk beberapa jarak di samping Darren.
"Ngapain sih lo duduk jauh banget?" tanya Darren melirik Vanka.
"Ditanya malah balik nanya." cetus Vanka memalingkan pandangan.Tertiba bus berhenti di pinggir jalan.
"Mau pulang nggak?" ujar Darren segera berdiri dari tempat duduk.
Vanka tidak menjawab pertanyaan dari Darren dan berlangsung berjalan menuju pintu masuk bus.Vanka segera duduk di kursi yang kosong dekat jendela bus. Dari arah pintu belakang Darren berjalan bergegas duduk di samping Vanka.
Vanka hanya melirik Darren kemudian dia membuka tas dengan tangan sibuk mencari sesuatu di dalamnya, ternyata headset Vanka tertinggal di meja kamar. Lalu Darren memasangkan sebuah headset pada salah satu telinga Vanka.
"Coba lo dengerin!" ucap Darren mulai menyetel lagu.
Lagu terdengar di telinga Vanka.Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Ku berjanji 'tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapa pun ituDarren melirik Vanka dengan tersenyum.
Semakin kulihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummuDan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Darren mengeluarkan suara untuk ikut bernyanyi lagu tersebut membuat Vanka menahan tawanya karena Darren bernyanyi dengan ekspresi wajah terlihat sangat dibuat-buat."Lo nggak usah ikutan nyanyi! Rusak nanti kuping gue." cetus Vanka tersenyum memperlihatkan giginya.
"Berdua denganmu selama-lamanya. Kaulah yang terbaik untukku" lanjut Darren meneruskan bernyanyi.
Dalam perjalanan Vanka sangat heran dengan kelakuan Darren yang terus bernyanyi lagu tersebut berulang kali.Kiri Pak!
Seru Vanka bertanda waktu dia turun dari bus.
"Minggir! Mau lewat." pungkas Vanka segera berdiri dari tempat duduk dan memasangkan headset pada telinga Darren.
Darren bergegas berdiri dan memberikan jalan untuk Vanka.
Dari arah pinggir jalan, Vanka melihat jendela bus. Darren yang juga melihat Vanka langsung kembali bernyanyi ke arah Vanka.
"Dan kau hadir merubah segalanya. Menjadi lebih indah" teriak Darren ke arah luar jendela.
Vanka yang melihat kelakuan konyol Darren bergegas melangkah kakinya dengan cepat karena dia sangat malu jika dilihat oleh para penumpang yang ada di dalam bus.
"Emang ya anak jaman now! Makin cinta makin gila!" tangkas seorang ibu yang berada duduk di samping kursi Darren.Sore ini cukup cerah karena sang mentari masih bersinar terang, terlihat Vanka melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk memenui Mamanya yang sedang berada di dapur sedang mengupas kentang.
"Ma, aku sepedaan keliling ya. Lagi pengen keluar soalnya bosen banget." ucap Vanka mendekati Mamanya.
"Yaudah sana! Mending keluar kemana gitu! Mama aja bosen ngeliat kamu di kamar mulu." terang Mamanya mengerutkan dahinya.
"Ih Mama sok banget deh! Giliran Vanka pulang terlambat dikit aja langsung telpon 10 kali." sambung Vanka meletakkan kedua tangan pada pinggang samping.
"Itu namanya khawatir." cetus Mamanya mengambil sebuah wadah pada rak.
"Assalamualaikum." sahut Vanka langsung berjalan keluar.
"Dasar ya! Wa'alakumussalam." balas Mamanya melebarkan senyumannya.Vanka sudah berada di tempat samping rumah yang terdapat satu motor matic juga satu sepeda cewek. Sepeda berwarna putih yang di bagian belakang boncengan besi yang diatasnya terlapisi sebuah spons sebagai tempat duduk di belakang dan di bagian depan terpasang keranjang besi juga terdapat satu bel sepeda pada bagian samping stir.
Vanka berlangsung menaiki sepeda tersebut menuju halaman rumah.Tin!
Vanka dikejutkan oleh sebuah motor yang secara tiba-tiba masuk ke dalam halaman rumah yang membuat dia segera mengerem sepedanya.
"Lo ngapain sih kesini? Kemarin Minggu kesini sekarang sore kesini!" ketus Vanka dengan kesal.Lagi, keberadaan Darren selalu mengusik kenyamanan hati Vanka. Heran, apa yang dia inginkan sebenarnya, padahal tidak ada sedikit rasa padanya, itu yang membuat Vanka bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Kan emang pengen aja. Lo mau kemana?" pungkas Darren berjalan mendekati Vanka yang menaiki sepeda.
"Minggir-minggir!. Gue mau refreshing!" perintah Vanka mengayuh sepeda ke arah samping Darren.
"Tunggu-tunggu! Masa gue tamu nggak dihargai sama sekali?" ucap Darren menghentikan sepeda Vanka dari depan.
"Emang lo tamu nggak diundang. Udah deh nggak usah ganggu!" tangkas Vanka kesal karena jalan gerbang rumah ditutupi oleh Darren.
"Gue ikut ya? Please!" pinta Darren sangat memohon,
"Sepeda gue cuman satu!" tegas Vanka mengerutkan bibirnya.
"Gue yang bonceng. Lo tinggal duduk aja di belakang. Setuju?" jelas Darren menaikkan alisnya.
"Nggak ah! Gue pengen sendiri." geram Vanka memutarkan bola mata.
"Please! Please! Please" ujar Darren beberapa kali.
"Ih yaudah deh! Cepetan!" jawab Vanka berlangsung turun dari sepeda.
Mungkin dengan menerima tawaran Darren membuat Vanka tidak lelah, karena dia cukup duduk menikmati pemandangan disetiap perjalanannya, sedangkan Darren yang harus siap lelah karena mengayuh sepeda juga membonceng badan Vanka.Darren mengayuh sepeda begitu semangat, begitu pun Vanka yang duduk di boncengan belakang terlihat sangat menikmati udara sore ini yang begitu sejuk juga pemandangan luar seperti sedang menyapa kehadiran Vanka. Dia merasa sangat senang, karena sudah lama dia tidak keluar rumah seperti ini.
''Lo keberatan nggak?'' sahut Vanka yang bertawa pada Darren yang masih terus mengayuh sepedanya.
''Masih beratan nahan perasaan.'' canda Darren yang melirik ke arah belakang.
''Perasaan tuh nggak usah ditahan-tahan. Nyesek kalo nggak kuat.'' ucap Vanka sambil mengamati suasana alam disekitarnya.
''Lo kok kek berpengalaman banget soal perasaan. Emang udah berpengalaman ya?'' tanya Darren yang mengira jika Vanka sudah sangat berpengalaman tentang cinta.
''Belajar dari pengalaman orang-orang aja.'' jelas Vanka yang masih mengamati suasana sekitar.
''Emang lo nggak mau berpengalaman juga?'' balas Darren yang masih bertanya-tanya tentang hal tersebut pada Vanka.
''Pengalaman bukan cuma tentang cinta-cintaan. Pengalaman hidup gue lainnya juga udah banyak banget.'' terang Vanka yang membalas pertanyaan Darren tersebut.Mendengar jawaban Vanka, Darren berpikir jika menurutnya Vanka sangat menghiraukan persoalan cinta. Mungkin baginya Vanka, cinta bukan segalanya bagi kehidupannya. Karena menurutnya bahagia bukan hanya soal percintaan.
"Vanka. Lo tau nggak?" tanya Darren secara tiba-tiba ke arah samping yang kembali mengawali topik pembicaraannya dengan Vanka.
"Nggak tau lah!" sahut Vanka dari arah belakang.
"Gue belum selesai ngomong. Tadi waktu lo turun dari bus, gue kan nyanyi-nyanyi trus ada ibu-ibu ngomong 'dasar ya anak jaman sekarang, makin cinta makin gila' gue spontan langsung diem. Malu banget!" terang Vanka terkekeh geli.
"Oh ternyata bisa malu juga. Biasanya aja malu-maluin!" kilah Vanka tertawa mendengar cerita dari Darren.Vanka yang tertawa membuat Darren bergegas mengayuh sepeda begitu cepat sampai lajunya berlekok-lekok membuat Vanka langsung kedua tangannya berpegangan pada samping pinggang Darren.
Suasana hati Vanka kembali naik, Darren yang masih mengayuh sepedanya mendengar tawa Vanka membuatnya begitu semangat.Candaan tu dibalesnya yaa ketawa yakan? Bukannya candaan dibalesnya rasa cinta. Hehe maaf kalo ada yang kesindir.
Gimana sampai sini udah mulai punya bayangan kelanjutan kisah cinta mereka berdua? Atau kalian justru makin bingung masih bertanya-tanya gimana kelanjutan ceritanya?
So, yeah. Selalu tungguin kelanjutan cerita karya aku yaa my readers. Jangan lupa kasih vote dan comment. Kehadiran kalian sangat berarti buat aku. Thank u semuanya. Love u all my lovers.<3
![](https://img.wattpad.com/cover/337172990-288-k88493.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
arenka -on going-
Ficção AdolescenteBagi Vanka, hidup ini bukan hanya tentang cinta belaka. Menurutnya, buat apa cinta ada hanya akan meninggalkan luka? Buat apa cinta ada jika harus ada yang tersakiti? Bukankah cinta seharusnya ada untuk membuat dua insan saling bahagia tanpa adanya...