Chapter 43 -Feel Very Lucky-

50 1 0
                                    

''Keberuntungan juga termasuk memiliki sosok penuh kasih sayang pada kehidupannya.''

Mereka berdua kembali duduk di kursi yang tadi mereka duduki. Vanka terlihat begitu bahagia dengan berulang kali tersenyum melihat boneka yang ada di pegang pada kedua tangannya.
"Lo suka boneka?" Darren kembali bertanya kepada Vanka.
"Suka banget dan nggak bakal nggak suka!" ucap Vanka tersenyum kepada Darren.
"Kapan terakhir lo beli boneka ?" tambah Darren menatap Vanka.

Seketika air mata Vanka terjatuh mengenai pipinya setelah mendengar pertanyaan Darren tersebut.
"Van, lo kenapa? Gue salah ya?" tutur Darren langsung menatap kedua mata Vanka.

"Gue nggak pernah beli boneka sendiri pakek uang gue. Dan terakhir kali gue dibeliin boneka itu waktu ulang tahun, kelas satu sd." jawab Vanka yang terus menerus mengeluarkan air mata.
"Lo tau nggak? Boneka itu hadiah dari Papa untuk terakhir kalinya buat Vanka." lanjut Vanka tersenyum kepada boneka yang dia pegang.
"Vanka?" ucap Darren dengan pelan.
"Waktu itu, gue seneng banget karena gue lagi ulang tahun. Gue nggak sabar banget pulang sekolah karena ada acara pesta di rumah. Sampai waktu itu, udah  banyak orang datang dengan senang riang. Waktu semuanya nyanyi happy birthday buat gue, tiba-tiba Mama dapat telpon dari pihak Rumah Sakit, katanya Papa mengalami kecelakaan tunggal. Acara ulang tahun yang bener-bener gue harapin semuanya nggak ada artinya. Dan yang paling gue inget, di Ruang Rumah Sakit ada boneka beruang warna pink dan suster bilang boneka itu adalah hadiah ulang tahun dari Papa buat gue." urai Vanka seketika air matanya terus terjatuhan.

"Lo jangan nangis! Gue nggak suka lihat lo nangis." sambung Darren dengan suara lirih.
"Oh iya! Nanti ada orang yang ngeliat kan malu." ucap Vanka segera menghapus air mata menggunakan kedua tangannya.
"Gue min.." ucapan Darren terpotong oleh sahutan dari Vanka.
"Lo nggak salah! Nggak perlu minta maaf! Makasih banget lo udah bikin gue bahagia banget malam ini. Bener kata lo, gue nggak akan pernah ngelupain malam yang indah ini!" pungkas Vanka menatap Darren dengan melebarkan senyumannya.

"Pulang yuk!" ajak Darren menaikkan alisnya.
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan menuju tempat motor Darren terparkir.
"Darren, ini bonekanya gimana? Nanti jatuh." ujar Vanka yang kesusahan naik ke atas motor dengan membawa boneka di kedua tangannya.
"Bonekanya kasih sini! Lo naik dulu!" perintah Darren yang membuat Vanka langsung naik pada motor.
"Taruh di tengah! Pegangin nanti jatuh!" pungkas Darren memberikan boneka ke arah Vanka.

Motor Darren berhenti tepat di tengah halaman Rumah Vanka. Dengan cepat Vanka menurunkan badannya dari atas motor dengan kedua tangan memegang sebungkus plastik besar berisi boneka.
"Aduh Vanka! Ngapain beli boneka? Udah gede juga Mana ini besar banget." sambut Mamanya yang baru saja keluar dari pintu depan.
"Dibeliin sama Darren, habis jalan-jalan ke Pasar Malam." balas Vanka menyipitkan mata.
"Ya ampun Darren, ngrepotin banget! Harga pasti mahal." ucap Mamanya mengerutkan keningnya.
"Nggak kok, Tante." lanjut Darren tersenyum pada Mamanya Vanka.
"Oh iya bentar! Mama sama Darren tunggu Vanka disini!" perintah Vanka berlangsung berlari ke dalam Rumah dengan membawa boneka tersebut.

Dengan cepat Vanka menaruh boneka pada atas kasurnya dan mengambil sebuah amplop yang ada di dalam tas sekolahnya. Kemudian dia segera berlari keluar dari kamar menghampiri mereka berdua di depan Rumah.
"Darren." panggil Vanka memberi kode kepada Darren dengan mengendipkan salah satu matanya.
"Hayo kalian!" pungkas Mamanya melihat apa yang Vanka lakukan.

"Tante, Darren mau ngomong sesuatu. Sebelumnya Darren minta maaf, Darren nggak bermaksud apa-apa. Tapi Darren cuman pengen bantu Vanka." papar Darren menatap Mamanya Vanka penuh makna.
"Maksud kalian berdua apa sih? Bikin Mama bingung aja." lanjut Mama Vanka terlihat kebingungan.
"Jadi, Darren udah bayarin semua tanggungan sekolah Vanka." jelas Darren berkata dengan pelan.
"Kemarin Vanka mau bayar trus Bu Amara bilang kalo semuanya udah lunas. Katanya ada seseorang yang bayarin, ternyata Darren." sambung Vanka menyerahkan amplop berisi uang kepada tangan Mamanya.
"Darren, kenapa kamu baik banget? Ini kamu ambil ya sebagai gantinya!" sanggah Mama Vanka memberikan amplop tersebut kepada Darren.
"Nggak, Tante. Darren bantu bener-bener karena kemauan Darren sendiri tanpa alasan apapun. Dan uang ini Tante simpan aja ya." imbuh Darren tersenyum dengan menyerahkan kembali amplop ke tangan Mamanya Vanka.
"Kamu banget baik Darren! Terima kasih banyak ya!" puji Mamanya Vanka membalas senyuman dari Darren.
"Sama-sama, Tante. Darren pamit pulang dulu. Assalamu’alaikum." pamit Darren mencium tangan Mamanya Vanka.
"Waalaikumussalam." balas Mamanya Vanka melebarkan senyumannya melihat Darren berjalan menuju motornya.

"Kamu beruntung banget dipertemukan cowok sebaik Darren! Ganteng banget pula!" pungkas Mamanya melirik Vanka yang hanya terdiam dari tadi.
"Vanka juga beruntung banget punya Mama yang super duper terbest!" balas Vanka berjalan masuk ke dalam Rumah.

Sebenarnya memang benar apa yang dikatakan Mamanya, Vanka sangat beruntung dipertemukan sosok Darren. Tapi sosok Mamanya juga membuatnya sangat beruntung.

Sama-sama beruntung dan diuntungkan, saling melengkapi bukan? Gimana guys masih setia sama kisah cerita mereka berdua kan?

Jangan lupa selalu ikutin next chapternya, thank u so much my readers. Love u all, and see u my lovers.<3

arenka -on going-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang