PART 22

125 20 5
                                    

Happy reading

𖧷 𖧷 𖧷

Sekarang Lusy sedang ditangani, Elion duduk diluar menunggu. Kepalanya dia sandarkan pada dinding, rasanya sedikit pusing. Dia bahkan tidak ingat apakah sudah makan malam atau belum. Hari ini sungguh melelahkan, dimulai dari Liz yang hilang dan obrolannya dengan Lusy.

"Apa anda yang bernama Elion?" Seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.

Elion langsung berdiri, "iya, benar."

"Apa anda keluarganya?"

"Bukan dok, mungkin keluarganya sebentar lagi akan datang."

"Baiklah kalau begitu anda masuk saja, pasien menunggu di dalam. Dan tolong jangan tinggalkan pasien sendirian sampai keluarganya datang." Pesan dokter tersebut. Elion mengangguk paham lalu masuk ke ruangan.

Lusy terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya yang murung seketika berseri kala Elion menghampiri.

"Aku tau kamu nggak akan pergi." Ucapnya. Elion hanya diam tak bergeming.

"Elion.." lirih Lusy. Tangan Elion langsung digenggam oleh Lusy. Elion tentu saja ingin melepas tapi kalimat selanjutnya membuat dirinya terdiam.

"Jangan tinggalin aku, aku mohon el. Aku nggak tau berapa lama lagi ada di dunia ini."

Elion mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. Tapi meskipun begitu Elion tetap diam dan tidak ingin tau hal apapun lagi tentang Lusy, karena resikonya pasti berat.

Lusy yang merasa Elion tidak menanyakan perihal ucapan tadi pun memilih membuka suara kembali,"Elion, kamu nggak mau nanya aku kenapa?"

Responnya tetap Elion hanya diam sambil melihat ke arah pintu di pojok ruangan.

"Elion, kamu harus tau aku sakit-"

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu tersebut memotong pembicaraan Lusy. Elion pun melepas genggaman tangan Lusy.

"Keluarga lo udah dateng, gue pergi."

Elion pun bergegas pergi ke arah pintu, mengabaikan Lusy yang memanggil namanya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan wanita yang seumuran dengan ibunya Elion pun tersenyum ke arahnya.

"Kamu Elion?"

"Iya tante. Saya Elion, kata dokter Lusy sudah membaik. Kalau gitu saya pamit."

Wanita tersebut menganggukkan kepalanya, seolah paham bahwa Elion sedang terburu-buru.

"Terima kasih ya."

Di sepanjang jalan Elion baru tersadar, bahwa dia tidak menggenggam ponselnya. Bodoh sekai, kenapa bisa dia melupakan barang pentingnya itu.

Di dalam mobil Elion mencari keberadaan ponsel tersebut. Hingga benda pipih berwarna hitam itu pun terlihat di bangku belakang mobil. Ah ternyata ponsel miliknya mati.

Elion pun menghidupkan terlebih dahulu ponselnya. Dan alangkah terkejutnya saat Elion melihat banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab terutama dari Alsa. Saat melihat jam yang kini menunjukkan pukul 12 malam Elion memukul dahinya cukup keras.

Bagiamana dia bisa lupa kalau jam 10 ada janji untuk menjemput Alsa dan mengajaknya pergi ke kedai Nasgor. Elion merutuki kebodohannya.

Dia menelpon kembali Alsa dengan perasaan gelisah. Sudah yang ke 10 kali tapi tetap tidak diangkat. Apa mungkin Alsa masih di cafe?

Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang