Part 23

128 20 1
                                    

Happy reading

𖧷 𖧷 𖧷

"Beres juga." Ucap perempuan yang kini sedang tersenyum bahagia menatap ponsel miliknya. Dia adalah Evelin.

Evelin sangat merasa bahagia hari ini karena semua rencananya berjalan lancar. Rencana yang mana? Pastinya tentang Alsa.

Tepat sekali, Evelin lah yang telah menculik dan mengirim Alsa ke arena balapan. Cukup mudah ternyata, apalagi tanpa mengotori tangannya sendiri. 

Jujur saja Evelin sangat malas untuk turun tangan langsung, jika punya bawahan untuk apa tidak digunakan. Evelin pun memberikan waktu sejam kepada para bawahannya tapi pukul 11 sudah mendapatkan Alsa dan mengirimkannya ke arena.

Jadi sekarang dia tinggal menunggu kabar buruk tentang Alsa. Hal yang paling dia nanti.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian pada ponsel. Eveline berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan.

"Apa Oma menganggu?"

Ternyata itu adalah neneknya, Rena. Evelin pun menggelengkan kepalanya, "tidak Oma."

Rena tersenyum, "kalau gitu ikut Oma sebentar."

Rena pun berbalik dan berjalan ke arah ruangan santai yang berada tak jauh dari kamar Evelin. Evelin tentunya mengikuti dibelakang. Dia cukup senang, karena jarang sekali neneknya itu mengajak Evelin mengobrol.

Sesampainya di tempat, Rena dan Evelin pun duduk berhadapan. Lalu terdengar helaan napas yang cukup berat hingga membuat senyuman di bibir Evelin luntur.

"Kenapa Oma?"

"Oma mau menanyakan sesuatu tentang ingatan kamu yang hilang. Apa sekarang sudah mulai ingat?"

DEG

Sesaat jantung Evelin berhenti, inilah yang dia takutkan. Ingatan yang hilang. Akhir-akhir ini Rena selalu menanyakan Ingatan masa kecil dirinya.

"Eveline, Oma sudah menanyakan kepada dokter yang biasa merawat kamu. Dia bilang kamu seharusnya sudah bisa ingat beberapa kejadian dulu."

Evelin menunduk, "maaf oma, tapi aku belum inget apapun. Lagipula setiap kali aku berusaha buat inget, kepala aku selalu sakit. Atau mungkin Oma pengen aku sakit terus supaya inget?" 

Mendengar jawaban Evelin membuat Rena gelagapan, cucunya ini salah paham.

"Bukan gitu. Oma cuman memastikan, apalagi dokter kepercayaan keluarga kita yang bilang. Setidaknya sedikit saja, atau ingatan apapun itu. Ceritakan pada Oma."

Melihat neneknya yang memaksa pun menyulut emosi Evelin, "Kan aku udah bilang, kalau aku nggak inget apapun! Oma nggak percaya sama aku? Atau ngeraguin aku sebagai cucu oma?"

"Evelin, Oma hanya menanyakan tentang ingatan kamu, kenapa kamu sampai berpikir kesana?"

Evelin terdiam lalu menggigit bibir bawahnya kuat, "maaf Oma, aku kebawa emosi."

Rena pun tersenyum lalu dia beranjak dari kursi yang dia tempati.

"Tak apa Evelin, Oma cuman kangen sama kamu, dulu kamu anaknya ceria bahkan mengetahui segalanya meskipun masih kecil. Sekarang kembali ke kamar ya."

Rena pun pergi tanpa menunggu balasan, meninggalkan Evelin yang masih diem tak merespon kalimat terakhir. Dirasa neneknya sudah jauh, Evelin pun bergegas pergi ke kamar.

Rena mendudukkan dirinya di tepi kasur. Sebelah tangannya memegang figura yang terdapat foto dua anak kecil perempuan sedang tersenyum bahagia.

Nala dan Lili

Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang