Part 30

101 18 0
                                    

Happy reading

𖧷 𖧷 𖧷

Kini di ruangan tempat Alsa dirawat hanya ada Alsa, Isyana, Hania dan Arsy. Lalu Deon dan Elion kemana? Mereka tentunya diusir karena mengganggu pembicaraan mereka. Padahal berdua tapi kayak sekampung.

Cowok sama cewek sama aja!

Mereka berempat pun melanjutkan obrolan mereka setelah mengusir kedua laki-laki itu.

"Sadis banget yang ngelakuin ini ke lo."

"Kalo ketemu kita geprek bareng-bareng." Ucap Arsy disetujui langsung oleh Hania.

"Sa, jadi lo itu sepupuan sama keluarga Mahatma?" Ucap Hania membuat Alsa terkejut.

"Em, maaf sa, waktu di sekolah kita nggak sengaja denger lo ngobrol sama Evelin terus Evelin manggil lo itu sepupu tersayang." Jelas Hania lagi. Keempatnya terdiam melihat Alsa yang tengah menatap mereka satu-persatu.

"I-tu, iya, gue sepupu Evelin. Sepupu jauh, maaf ya nggak ngasih tau kalian." Balas Alsa.

Alsa tau teman-teman ini lambat laun akan tau tentang dirinya. Tapi ini bukan saatnya, jadi lebih baik Alsa berbohong saja dulu. Ibunya pun sudah bilang pada Alsa kalau beliau mengaku sebagai tante alisa Alsa adalah keponakannya Rosa. Otomatis dia harus mengikuti peran itu.

"Eh, nggak papa sa. Kita cuman mastiin aja, takutnya salah." Ucap Hania.

"Maafin kita juga ya sa, nggak sengaja nguping pembicara lo." Ucap Isyana.

"Nggak, kok nggak papa, santai aja ya."

Kini mereka berempat merasa canggung setelah percakapan ini. Arsy yang sibuk mengunyah chiki yang dia bawa pun mulai mengangkat keresek yang tadi dia bawa dari minimarket.

"Daripada diem-diem mending habisin ini." Ucap Arsy.

Mata Alsa langsung berbinar, tapi saat akan mengambil satu snacks tangannya langsung dihempaskan.

"Heh masih sakit! Ini pedes semua." Ucap Hania.

"Pengen dong, sedikit aja, ya." Rengek Alsa.

"Gak!" Ucap ketiganya serempak.

Alsa langsung cemberut. Isyana yang peka langsung mengambil keranjang buah yang tadi dia bawa.

"Pilih."

Alsa menoleh pada Isyana yang menyodorkan keranjang buah. Tapi tetap saja Alsa ingin snacks yang tengah di makan oleh Arsy. Seperti enak, Alsa ingin itu.

Isyana yang melihat Alsa malah diam dan memperhatikan Arsy pun berdehem.

"Makan ini dulu sa, lo nggak pengen cepet sembuh? Atau betah di rumah sakit? Lo harus bisa nahan biar cepet sembuh. Nih cepet pilih gue kupasin." Ucap Isyana panjang lebar dengan wajah datar seperti biasa.

"Iya iya! Mau ini." Tunjuk Alsa pada buah apel.

Hania yang sedari tadi diam memerhatikan bingung dengan Isyana,"Lo marahin Alsa?"

"Gak, gue cuman ngasih tau."

"Tapi muka lo kayak marah."

"Muka gue emang gini."

"Beda harusnya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang."

"Sama aja."

"Beda!"

"BERISIK! KELUAR LO BERDUA!" Suara Arsy kembali menggelegar untuk yang kedua kalinya.

Malam pun tiba, kini di ruangan tersebut hanya ada Alsa dan Brian yang menjaga. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi Alsa sama sekali belum bisa memejamkan matanya.

Brian yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel miliknya pun tersadar bahwa sedari tadi Alsa belum kunjung tidur.

Brian bangkit dari duduknya dan menghampiri Alsa. Lalu di mengusap kepala Alsa pelan sambil tersenyum.

"Tidur sa, udah malem." Ucapnya lembut.

Alsa menoleh ke arah Brian, "aku nggak bisa tidur."

"Kenapa? Ada yang kamu pikirin?" Brian menarik kursi yang disediakan di pinggir ranjang Alsa. Lalu duduk dan mulai memperhatikan Alsa yang seperti gelisah.

"Nggak papa kok." Alsa tersenyum menutupi kegelisahan dirinya.

"Cerita aja, jangan sungkan gitu, aku kakak kamu juga sa, aku bakalan selalu ada buat kamu." Brian tau adiknya ini sedang menutupi sesuatu.

Melihat Brian yang sedang dalam mode abang membuat Alsa terdiam dan mulai menimang-nimang apakah dia harus menceritakan atau tidak.

"Jadi gini, em...aku cuman kangen mansion. Kira-kira aku bisa balik ke sana nggak ya?"

Kali ini Brian yang terdiam, menjawab pertanyaan dari Alsa cukup sulit. Tidak ada yang tau apakah Alsa bisa kembali ke mansion atau tidak.

Melihat Brian yang hanya terdiam membuat Alsa paham. Sepertinya memang tidak bisa, lagipula dia sudah tidak dianggap lagi bukan oleh neneknya. Jadi apa boleh buat meskipun kembali mansion tidak akan semenarik dulu.

"Eum... Udah gitu aja kok. Kak aku ngantuk, mau tidur duluan ya." Tanpa menunggu jawaban Alsa langsung memejamkan matanya dan berusaha tidur.

"Maaf sa, aku belum bisa bales pertanyaan kamu. Tapi kayaknya sekarang belum bisa balik kesana, kamu yang sabar ya."

Setelah mengatakan itu Brian pun kembali duduk di sofa. Jujur saja mendengar pertanyaan Alsa juga membuat Brian rindu akan kehangatan keluarganya dulu.

Andai saja kehangatan keluarga itu kembali mungkin tidak hanya Alsa yang senang tapi semuanya pun ikut senang. Tapi jika dipikir-pikir itu sangat mustahil sekali terjadi.

Suara dering ponsel miliknya pun membuat lamunannya hilang. Dia pun mengangkat panggilan tersebut sambil berjalan keluar ruangan.

"Ada apa ayah?"

"Dimana kamu sekarang?"

"Di rumah sakit."

"Di rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Alsa, ada apa?"

"Secepatnya temui ayah di kantor, ada yang harus kamu urus."

Panggilan pun terputus. Brian menghela napas berat, sepertinya perusahaan lagi-lagi sedang terkena masalah. Kalau begini dia harus mencari pengganti untuk menjaga Alsa. Dan kandidat pertama tentunya adalah Javaro.

"Halo Jav, lo dimana?"

"Gue lembur di kantor, kenapa?"

"Lembur? Ngapain? bukannya lo bilang udah beres tadi sore?"

"Bokap gue manggil lagi, Pokoknya gue sibuk belum bisa gantiin lo jaga Alsa."

"Tapi pagi lo bisa kan?"

"Bisa-bisa, gue usahain beres. Lo disuruh ke kantor juga?"

"Iya, bokap gue telpon, kayaknya ada yang nggak beres Jav."

"Maksud lo?"

"Perusahaan kita kebocoran data lagi."

"Hah! Lagi?"

𖧷 𖧷 𖧷

Vote and Comen
 


Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang