PART 38

115 16 5
                                    

Happy reading

𖧷 𖧷 𖧷

"Sa, makan dulu yuk." Seru Brian di balik pintu kamar Alsa. Kemudian ponsel di saku celananya bergetar menandakan pesan masuk.

Adikualsa
Udah makan, jangan ganggu gue.

Brian menatap layar ponsel dengan lega, syukurlah Alsa sudah makan dia sangat takut adiknya itu sakit lagi.

Brian pun turun dari lantai 2 ke bawah. Dia berjalan ke dapur untuk menutup makanan yang ada di meja makan. Kemudian jalan ke ruang keluarga.

Disana terdapat Zidan yang terduduk lesu, Brian yang melihat lalu menepuk sebelah bahu Zidan.

"Makan Zid."

"Nggak napsu bang. Alsa gimana?" Balas Zidan lemas.

"Makan sana lo lemes banget. Alsa udah aman, gua yakin dia nggak bakalan kenapa-napa. Cuman butuh waktu sendiri aja." Ucap Brian menenangkan Zidan yang sepertinya merasa bersalah.

Dia tau masalah Alsa yang menemui Rena neneknya karena Zidan memberitahu saat dalam perjalanan pulang dari kantor. Brian juga cukup terkejut dengan informasi yang Zidan berikan. Tapi untuk cerita lebih jelasnya Alsa belum mengatakan apapun karena dia butuh waktu sendiri.

Beralih kepada Alsa di kamar. Rungan itu seperti biasa dibuat redup. Alsa sengaja mensetting lampu kamarnya seperti ini jika dalam keadaan sedih. Suasana hati Alsa memang sedang sedih sekarang.

Ingin menangis dengan kencang namun tak bisa. Rasa sesak di dadanya tak kunjung reda padahal air matanya sudah mengalir dengan deras. Menangis tanpa suara memang menyakitkan. Lagipula Alsa tidak mau membuat saudara-saudara nya khawatir.

Setelah mengucapkan kalimat terakhir Alsa langsung meninggalkan Rena yang meneriakkan nama dirinya. Alsa sebenarnya mau-mau saja kembali ke mansion tapi melihat Evelin di sekolah saja selalu mengusik dirinya apalagi jika satu rumah. Alsa yakin lebih baik seperti ini saja, dia juga merasa bahagia meskipun keadaannya tidak seperti dulu.

Meskipun Alsa tidak mendapatkan hak-haknya, Alsa tetap bahagia. Meskipun dia selama ini mendapatkan perundungan di sekolah dan sekarang mulai berkurang tapi Alsa tetap ingin seperti ini saja. Alsa yang tanpa nama keluarga.

Alsa juga saat sakit pernah merindukan mansion dan orang-orang disana tapi untuk kembali Alsa masih harus berpikir berkali-kali. Banyak resiko tapi tidak menutupi kemungkinan dia juga mendapatkan keuntungan. Meskipun begitu Alsa tetap pada pendiriannya untuk tetap tinggal sendiri.

Kepalanya pening setelah menghadapi semua rangkaian kejadian hari ini. Dia bahkan belum sempat mengganti bajunya tapi kantuk sudah menyerang. Dengan posisi yang sudah nyaman Alsa langsung terbang ke alam mimpi.

Suara alarm ponsel membuat Alsa terperanjat. Dia langsung mencari keberadaan ponsel dengan mata yang masih tertutup.

Matanya perlahan membuka, kemudian memeriksa jam yang ada di dinding. Ternyata masih jam 5 pagi, Alsa meregangkan otot-otot tubuh kemudian bergegas mandi.

Di depan cermin Alsa memerhatikan dirinya, rambut acak-acakan dengan kedua mata sembab membuat Alsa bergidik ngeri. Siapa perempuan dihadapannya ini, jelek sekali.

Dia pun mandi dengan cekatan kemudian mengambil seragam baru di lemari dan memakainya. Setelah siap Alsa turun untuk membuat sarapan.

Baru saja sampai di dapur Alsa dikejutkan dengan Brian yang sudah mengotak-atik kompor. Karena Alsa datang seperti hantu membuat Brian tidak sengaja mengumpat.

"SETAN!"

Alsa langsung menggeplak bahu Brian yang mengatai dirinya setan.

"Enak aja, gue cantik gini lo bilang setan!" Cibir Alsa. Brian hanya tertawa terbahak-bahak melihat Alsa yang merajuk.

"Maaf Sa, sini duduk-duduk." Ucap Brian mempersilahkan Alsa duduk di bangku meja makan.

Alsa menurut dan menunggu Brian memasak, tak lama kemudian Zidan datang dengan muka bantalnya.

"Sehat Sa?" Celetuk Zidan.

"Sehat." Balas Alsa. Dia agak heran, dengan Zidan yang tiba-tiba bertanya seperti itu.

Tak berselang lama makanan pun jadi. Meraka bertiga makan dengan lahap. Setelah habis, giliran Zidan yang mencuci piring. Tersisa Alsa dan Brian di meja makan.

"Udah mendingan?" Tanya Brian. Alsa mengangguk.

"Nanti kalo udah siap cerita aja ya." Alsa mengangguk lagi untuk yang ke-dua kalinya.

"Berangkat sama siapa?" Sahut Zidan di tempat cuci piring.

"Elion, bentar lagi jemput." Balas Alsa.

Beberapa menit kemudian bel rumah berbunyi menandakan Elion sudah datang menjemputnya.

"Berangkat." Seru Alsa.

"Hati-hati!"

Alsa merapikan pakaian dan rambutnya sebelum membuka pintu. Setelah dirasa rapih Alsa membuka pintu dan melihat Elion tersenyum kearahnya.

"Pagi manis."

"Pagi."

Elion menggandeng tangan Alsa ke mobil. Membukakan pintu kemudian berjalan memutar untuk duduk di samping. Elion pun memajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Pitanya bagus." Puji Elion, Alsa langsung memegang jepit yang dia pakai di rambutnya.

"Makasih." Balasnya malu-malu.

"Lion, kemarin kamu ke parkiran pas pulang sekolah?"

"Nggak, kan langsung ke lapangan basket."

"Oh." Alsa membulatkan mulutnya, berarti yang kemarin dia salah lihat. Mungkin karena bayang-bayang kejadian UKS masih menempel di kepalanya.

Setelah sampai mereka berdua jalan terpisah, karena Elion harus menemui temannya di ruangan OSIS. Jadi Alsa jalan sendiri ke kelas.

Setelah sampai di kelas, Alsa disambut hangat oleh temen-temennya. Kemudian dia duduk dan menghadap ke belakang dimana Hania dan Arsy sekarang menjadi teman sebangku. Dan Alsa tentu saja dengan Isyana.

"Gosip apaan nih pagi-pagi?" Cibir Alsa yang melihat Arsy dan Hania yang berbisik bisik.

"Itu si Cinta, eh Sa gue kemarin nemu sesuatu loh." Ucap Hania.

"Apa?" Tanya Alsa penasaran. Hania memajukan kursinya untuk mendekat, "Kemarin gue liat Elion nganterin Lusy pulang."

"Beneran?" Tanya Isyana tak percaya.

"Bener, sumpah ya gue liat pake mata gue sendiri. Kalo nggak salah pas lo berdua pulang. Masa lo berdua nggak liat dia di parkiran?"

"Nggak, ya kan Sa?"  Tanya Isyana melirik Alsa yang terdiam.

"Iya...mungkin." kenapa Elion berbohong.

𖧷 𖧷 𖧷

Vote and Comen

Aku kembaliii ༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ
Membawa konflik, apakah akan karam? Gatau deh.
Tungguin terus yaa❤️

Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang