Happy reading
𖧷 𖧷 𖧷
Pagi ini Alsa masih berada di rumah sakit. Kesehatan belum pulih, jadi dia belum diperbolehkan pulang. Dan hari ini adalah hari dimana dia akan di interogasi.
Alsa sudah tau sebelumnya bahwa Lusy juga dimintai keterangan. Karena Alsa ingat Lusy bersamanya kala itu. Dan sekarang Lusy sudah pergi ke luar negeri meninggalkan salam yang dititipkan pada Zidan.
Ditemani Javaro, Alsa bercerita panjang lebar dari awal kejadian hingga dirinya pingsan tak sadarkan diri. Semuanya selesai dan mereka yang di perintahkan meminta informasi pada Alsa pamit pergi untuk melanjutkan proses penyelesaian.
"Emang Evelin sampai sekarang belum ketemu?" Tanya Alsa pada Javaro disampingnya.
"Belum, dia kabur kayaknya."
Alsa mengangguk kecil, kemudian beralih pada paper bag yang tadi belum sempat dibuka.
"Handphone!" Seru dirinya saat membuka tote bag pemberian Javaro. Ini adalah ponsel keluaran terbaru yang harganya, ekhem lumayan mahal.
"Buat gue?"
"Bukan, buat Zidan." Alsa langsung cemberut mendengar ucapan Javaro.
"Ya buat lo lah, sini gue bukain." Javaro merebut kotak ponsel yang belum dibuka. Mata Alsa berbinar binar melihat ponsel miliknya yang sedang di otak-atik oleh Javaro.
"Nih, tinggal pake." Javaro menyodorkan ponsel itu pada Alsa. Alsa menerimanya dengan senyuman mengembang. Akhirnya ponsel baru.
Tapi kemudian direbut kembali oleh Javaro, "jangan lama-lama mainnya." Ucapnya tegas.
"Iya-iya bawel." Alsa langsung merebut paksa dan menatap Javaro sebal.
Kemudian tak lama suara pintu terbuka, menampilkan Aylina, Hania dan Arsy.
Soal Isyana dia mendapatkan tawaran untuk mengubah namanya. Meski terbilang akan cukup rumit apalagi dia sudah memiliki KTP itu tidak masalah. Tapi karena Isyana pun ingin kembali menggunakan nama aslinya, kini dia yakin mengubah namanya kembali menjadi Aylina.
Sebab selama ini dia menggunakan nama samaran. Keluarga Mahatma pun senang akan apa yang Isyana putuskan. Mau bagaimana pun sekarang Isyana dan Aylina adalah orang yang sama. Tenang saja dia sudah melakukan banyak tes DNA, dan hasilnya benar tidak ada kekeliruan lagi.
Dan hubungan dirinya dengan keluarga Gentala masih berjalan. Terkadang Aylina akan menginap di mansion Gentala seperti biasa lalu kembali lagi ke mansion Mahatma.
"Gue tinggal." Ucap Javaro saat melihat temen-temen Alsa datang. Dia pamit keluar dan memberi anggukan kepada ketiganya sebagai tanda mengizinkan.
Hania di samping Arsy berbisik, "ganteng cuy gebetlah." Ucapnya yang mendapat lirikan maut dari Arsy.
Mereka bertiga pun berjalan mendekati Alsa. Hania yang tadi senyum berseri seri karena lelaki tampan kembali menampilkan wajah yang sedih saat melihat Alsa.
Seperti yang diceritakan Aylina di sekolah, luka Alsa benar-benar parah kali ini. Meskipun sudah kering itu masih terlihat merah-merah. Alsa yang melihat temen-temennya khawatir pun tersenyum.
"Gue baik-baik aja kok."
"Ck, baik-baik tapi babak belur gini." Celetuk Arsy.
"Ih Arsy, lo harus baik-baik sama anak gue." Entah ide dari mana Hania mengklaim bahwa Alsa adalah anaknya. Aneh memang, tapi biarkan saja.
Kini Alsa tengah dipeluk Hania yang mengusap lembut rambut yang terurai. Dia benar-benar khawatir dengan Alsa. Lalu beralih menatap Aylina yang sibuk mengupas buah-buahan yang tadi mereka beli sedangkan Arsy sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓
Teen Fiction|| COMPLETED Didekati crush saat sudah move on sungguh hal yang mustahil, bukan? || DISCLAIMER : •100% FIKSI ( JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE IDOL) •KARYA SENDIRI •PICT : PINTEREST, GOOGLE, DLL •LIKE, COMEN AND SHARE Publish Pertama : Kamis, 15 Desemb...